Tidak ada sautan, gue menempelkan telinga gue ke daun pintu. Tidak ada suara apa-apa.
Tangan gue beralih ke knopnya, "Gak dikunci?"
Perlahan pintu itu gue buka, tidak ada siapapun di sana.
"Pah, Ananda udah bali-" ucapan gue terpotong oleh suara pintu kamar mandi yang terbuka.
Menampilkan seseorang yang tengah berdiri dia ambang pintu dengan bermodalkan handuk yang melilit dari pinggang ke lutut.
AAAAAAAA!
Gue menutup mata lalu membalikan badan, "Lo ngapain disitu!?" Mampus banget, malu gue udah sold out.
"Ya Lo pikir aja." Nanda balas dengan santai, anjing banget. "Lo yang ngapain disitu?"
"Ya- ya gue pikir Lo belum bangun, makanya gue kesini. Gue teriak juga Lo gak kedenger kan?"
"Gue rasa, kamar bang Doy kedap suara deh." Tiba-tiba suara Ananda jadi kerasa Deket banget. Dan, wangi Citrus.. shampoo Abang, hapal banget gue aromanya. Menyeruak kuat ke hidung gue.
"Na?"
Dia balas dengan deheman, lagi-lagi deruan nafasnya kerasa dengan jelas.
Jangan-jangan,
"Lo bisa gak agak jauhan dikit, ganti baju sana Lo!" Teriak gue sembari menutup pintu asal.
~~~~~
"Oke. Yang merasa nilainya dibawah KKM silakan menemui Bu Irene di kantor selepas KBM." Gue memperhatikan beberapa teman satu rombel gue, pucet. Kalian pasti paham.
"ANJIM, gue gak remed. Makasih ya Tuhan!" Haechan sujud syukur, benar-benar suatu keajaiban.