28. Titik Terendah

100 9 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa votenya 😊😊😊

Keana terus berjalan menusuri koridor dengan menghapus air matanya secara kasar. Ia lalu berpapasan dengan Oca, Oca yang melihat penampilan Keana hancur tanpa banyak berkata langsung membawanya ke UKS. Sangat tidak memungkinkan untuk Keana mengikuti jam pelajaran.

Sesampainya di UKS Oca membimbing Keana duduk dibrankar paling ujung dan menutup tirainya, ia memeluk Keana sambil mengusap punggung Keana memberi ketenangan.

"Gue gak tau apa masalah lo, tapi lo keluarin aja semuanya." ucap Oca sambil terus mengusap punggung Keana.

Keana terus menangis hingga jam pelajaran usai. Ia sebenarnya sudah sangat pusing, namun air matanya seolah tidak ingin berhenti dan terus mengalir.

Oca meregangkan pelukannya. Ia memegang bahu Keana lalu memegang dahi Keana, Panas yang ia rasakan saat kening Keana bersentuhan dengan punggung tangannya.

"Kita pulang ya, lo gue anterin" ucap Oca, Keana hanya mengangguk sebagai jawaban.

Mereka berjalan menuju kelas untuk mengambil tas, Oca merasakan handphonenya bergetar menandakan ada pesan.

08854xxx
Titip Kea.

Oca hanya membacanya saja, tanpa perlu bertanya lagi ia tahu siapa pengirimnya.

******
Setelah sampai di kediaman Keana pun Keana tidak membuka mulutnya, ia hanya menangis dalam diam. Oca menuntunnya untuk ke kamar Keana.

"Mau gue suruh Lala kesini?" tanya Oca. Keana hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi lo makan, gue tau lo gak makan dari tadi" lanjut Oca, sambil menyuapkan bubur pada Keana. Keana hanya mengangguk sebagai jawaban, Oca pun mengerti dengan keadaan sahabatnya sekarang. Terlihat dari manik mata Keana yang menyiratkan kesedihan yang amat mendalam.

15 menit kemudian terdengar deru mobil yang sudah dipastikan adalah mobil Lala.

"Ca, ngapain lo panggil gu-" Lala berucap saat membukakan pintu kamar Keana, namun sesaat terhenti saat melihat penampilan Keana. Ia segera mendekat ia menarik Keana kedalam dekapannya membuat Keana menangis lagi, namun kali ini ia menggumamkan dua nama yang membuat Lala maupun Oca mengernyit.

"Marcel"

"Dion"

Keana hanya menggumamkan dua nama itu sedari tadi.

Waktu menunjukan pukul lima sore, Keana mungkin sudah lelah menangis, Lala dan Oca sudah berganti pakaian. Tadi mereka meminjam baju Keana yang lagi hanya mendapat anggukan dari sang empunya.

Keana hanya menatap figura foto didepannya dengan pandangan kosong. Disana terdapat empat cetakan foto polaroid. Foto pertama berisi foto dirinya dengan Marcel dan Lala, foto kedua Keana dengan Kenan, foto ketiga adalah foto Keana dengan Oca dan foto terakhir berisi foto Keana dengan Dion.

Tepukan dibahunya membuat Keana tersadar dari lamunannya. Ia melirik kedua perempuan disamping kanan dan kirinya. Mereka terlihat sangat sangat khawatir dengannya.

"Kalo lo gak cerita, kita gak tau benang merahnya apa" kata Oca lembut sambil mengusap surai Keana. Inilah yang sangat Keana sukai dari Oca. Selain menjadi teman Oca juga terkadang serasa menjadi ibu untuk Keana. Mungkin karena usia Oca yang terlampau lebih tua -walau hanya enam bulan- dari Keana membuat Oca mengerti dan bisa memposisikan diri.

NADI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang