14. Brutal

117 8 0
                                    

okeee, sesuai janji author di part sebelumnya ini adalah lanjutannya.

Happy Reading!!!

Dion dan Keana telah sampai disalah satu mall di kota Bandung. Dengan posisi masih bergandengan tangan mereka sudah menjadi pusat perhatian. Dion dengan tatapan tajam namun teduh, sedangkan Keana dengan tatapan tajam dan menusuk. Banyak yang melihat mereka dengan tatapan iri, bisikan bisikan pun sudah terdengar sedari tadi.

"Goals banget"

"Cowonya buat gue ajaaa"

"Kok cowonya mau sama dia"

"Cih alay banget couple couple segala"

"Pasti matre, segalanya dibeliin cowonya"

"Kaya cabe juga"

Dan apa yang Keana lakukan?

Ia menghampiri ketiga gadis yang sedari tadi melayangkan ucapan ucapan yang tidak seharusnya itu, oh bahkan pakaian mereke lebih terbuka dari yang Keana gunakan.

"Lo ngomongin gue?" tanya Keana datar disertai tatapan dingin dan tajamnya itu.

Sedangkan sang lawan bicara menatap Keana dengan tatapan remeh, salah satu diantar mereka maju, mungkin leadernya.

"Emang kenapa?" tanya nya menantang

"Bukannya lo bener cabe, dan matre. Mau maunya dia sama lo" ujarnya sambil tersenyum puas.

Keana hendak melayangkan tangannya untuk menampar lawannya, namun dengan segera Dion menahannya dengan lembut.

"Udah Na, dia lebih cabe dari kamu". Ujar Dion ketus dan menatap lawan bicara Keana.

"Mau nampar gue lo? Tapi gak berani kan, nanti gak dikasih apa apa lagi sama cowo lo" oke ini sudah keterlaluan, Keana langsung melayangkan tinju dan tepat mengenai rahang perempuan itu.

"Itu buat lo yang udah bilang gue cabe"

Keana kembali melayangkan pukulannya mengenai hidung lawannya hingga mengeluarkan darah.

Dan terakhir Keana menarik kasar lawannya karena lawannya sudah terduduk tak berdaya, ia menarik kasar rahang lawannya sehingga mereka bertatapan.

"Kalo ketemu lagi, nanti gue kasih kaca" sahutnya dingin dan langsung melepaskan cengkramannya dengan kasar. Dua teman perempuan itu sudah gemetar melihat orang yang mereka hina menunjukan sisi brutalnya.

Setelah itu ia pergi diikuti dengan Dion yang menatap Keana dengan tatapan kaget, kagum, dan entahlah. Baru kali ini ia melihat Keana mengeluarkan tanduknya.

Dion meneguk salivanya kasar, bisa bisa ia mati bila berurusan dengan Kenan dan Keana.

***

"Lo keren Na" ujar Dion memuja.

"Dari pada gue nangis bombai" ucapnya sambil terkekeh, mereka masih mengitari mall dengan tanpa tujuan.

"Lo mau ngapain sebenernya?" tanya Keana. Ia sudah lelah mengitari mall sebanyak lima kali.

"Gak tau" jawab Dion polos.

"Makan dulu aja deng, gue laper" lanjut Dion setelah itu mereka memasuki restoran berlogo koki berkumis  dan duduk dipojokan. (Pokoknya ricis gais :")

Keana datang dengan membawa satu nampan penuh.

"Lo level berapa Na?" tanya Dion

"Lima" jawab Keana

Dion langsung memelototkan matanya, apa Keana sudah gila dia saja hanya level tiga, tapi emang sih Dion bukan termasuk pecinta pedas.

"Mata lo keluar kalo gitu terus" ujar Keana. Ia sangat risih bila ada orang yang menatapnya entah tatapan apapun.

Dion kembali menetralkan wajahnya dan memulai memakan makanannya.

"Lo belajar gitu dari siapa?" tanya Dion

Keana menautkan alisnya

"Berantem maksud gue" Dion menjelaskan. Berbicara dengan Keana memang harus jelas dan rinci. Jika tidak pasti akan mendapat respon seperti tadi.

"Kenan" jawabnya singkat.

"Dari kelas berapa?" tanya Dion lagi, kali ini ia ingin lebih mengenal Keana lebih dalam.

"Gue lupa yang jelas udah lama" jawab Keana, ia telah menghabiskan makanannya dan mencuci tangan. Ia kembali ke meja dan menunggu Dion yang sedang cuci tangan.

"Mau langsung pulang?" tawar Dion

"Nanti aja, kayaknya lo mau tanya banyak sama gue"

Dion tersenyum, Keana sangat peka dengan keadaaan.

"Lo masih sampe sekarang?" tanya Dion lagi, sekarang Keana sudah mengerti arah pembicaraan Dion.

"Kalo lagi gabut aja, Kenan ajarin itu ke gue karena kemauan gue sendiri. Gue gak mau jadi cewe yang manja, gimanapun juga nanti akan ada saatnya gue dan Kenan pisah. Begitupun gue yang ajarin dia masak, eh malah dia yang lebih jago" ucap Keana seraya terkekeh. Dion masih diam menyimak, ia yakin Keana akan melanjutkan ceritanya lagi.

"Kenan segalanya buat gue~" Keana menunduk, biarlah kali ini ia melihatkan sisi sesungguhnya pada Dion.

"~kita dari rahim ibu udah berbagi tempat, apa yang gue rasain pasti Kenan rasain. Ibu gue meninggal saat umur kita masih 8 tahun. Ibu pergi bawa adik gue yang masih 5 bulan dalam kandungan. Lo tahu karena apa?"

"Bunuh diri, dia gak kuat kiat bokap gue yang terus terusan morotin hartanya. Dan saat itu ibu nyerahin perusahaan dan hartanya buat kita berdua, papa gak terima awalnya, tapi lama lama dia nerima dan mulai sayang lagi sama kita."

Keana menghembuskan nafasnya pelan, ini adalah hal yang paling ia benci.

"Dua tahun kemudian papa nikah sama ibu nya Marcel, gue dan Kenan seneng seneng aja, gue dan Marcel udah temenan sejak lama bahkan Kenan sering cemburu liat gue sama Marcel yang lebih deket."

Holaa,,, bikin part ngegantung rame kali yaa

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣👣👣👣

NADI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang