20. Kembali

102 8 0
                                    

Author comeback😘😘😘

Sudah sepuluh hari tapi Kenan belum menampakkan tanda tanda akan sadar. Pihak berwajib pun masih berusaha mencari penyebabnya, namun nihil. Kecelakaan itu seakan sudah direkayasa dengan sangat rapih.

Keadaan Keana juga sama mengenaskannya. Kantung mata yang sangat kentara juga sembab. Wajah yang pucat, juga tatapan yang selalu kosong.

Dion selalu setia menemani Keana. Bahkan terkadang ia rela bolos sekolah demi menemani Keana. Seperti sekarang ia kembali bolos pelajaran terakhir dengan alsan darurat keluarga. Kenan dan Keana kan calon keluarganya.
Posisi Dion dan Keana sekarang sedang berada di sofa dengan bahu Dion sebagai sandaran Keana.

"Ya" panggil Dion.

"...."

"Kea" panggilnya lagi.

"Hm" jawab Keana singkat.

"Keluar yu, liat yang ijo ijo" ajak Dion.

"Buta ijo?" tanya Keana.

"Maksudnya ke taman, pikiran kamu juga perlu ditenangin" jelas Dion.

"Gimana aku mau tenang, sedangkan separuh diri aku entah lagi kemana" jawab Keana lirih.

Dion sudah kehabisan akal untuk membujuk Keana, mulai dari mengajaknya membeli makan ditempat kesukaan Keana, membeli eskrim di kedai favorit mereka, hingga mengajak Keana ke taman Rumah Sakit saja Keana seakan berat melangkahkan kakinya.

"Kalo Kenan sadar, terus liat kamu kaya gini. Apa dia gak sedih juga?" tanya Dion.

Keana diam, benar juga apa yang dikatakan Dion. Tapi, entahlah. Ia tak ingin melewatkan satu detikpun. Ia ingin melihat Kenan sadar dengan mata kepalanya sendiri.

Keana berjalan dan duduk dikursi di samping brankar Kenan. Ia mengenggam erat tangan kembarannya.

"Cepet kesini" bisiknya ditelinga Kenan.

Dion yang melihat itu hatinya teriris. Tatapan Keana yang baru baru ini memancarkan kebahagiaan kini kembali memancarkan sorot kekosongan lagi.

Ia berjalan menghampiri Keana dan berdiri dibelakang Keana. Mengusap kedua bahu Keana seakan menyalurkan ketenangan dan kekuatan. Keana berbalik dan menatap manik mata Dion sambil tersenyum, setidaknya dengan memberikan senyuman Dion tidak akan terlalu khawatir. Pikirnya.

Namun Dion tahu apa yang Keana rasakan, sekeras apapun Keana menutupi, Dion akan bisa membukanya.

Keana merasakan gerakan digenggaman tangannya. Jari jari Kenan mulai bergerak. Ia tersenyum hingga matanya berkaca kaca, tangisnya luruh seketika, sedangkan Dion sudah memanggil dokter.

Dokter memeriksa keadaan Kenan dan mengatakan keadaan Kenan sudah mulai stabil. Setelah itu dokter tersebut pamit karena masih ada beberapa pasien yang harus ia periksa.

Punggung Keana bergetar, Kenan yang melihat itu merasakan hatinya teriris, separah apa dan seberapa lama ia tak sadarkan diri hingga Keana seperti ini.

"Na" panggilnya pelan.

Dion segera menyodorkan air minum untuk Kenan membantu Kenan untuk duduk yang dibalas dengan senyuman oleh Kenan.

"Jangan nangis" ucap Kenan sambil mengelua pucuk kepala Keana.

Keana mendongakkan kepalanya dan langsung menubruk Kenan dengan pelukannya. Erat. Sangat erat seakan tak rela jika yang ia peluk kembali kekeadaannya beberapa menit lalu.

Kenan mengusap punggung Keana dan memberikan kecupan sayang dipucuk kepala Keana.

Kenan menanyakan 'berapa lama' lewat gerakan mulutnya  yang dijawab Dion dengan mengangkat kedua tangannya.

"Sepuluh hari" jawab Dion tanpa suara.

Kenan sempat memelototkan matanya. Namun anggukan Dion meyakinkannya. Pantas saja Keana seakan mayat hidup saat ia lihat pertama kali. Ia mengucapkan 'terima kasih' kepada Dion lewat gerakan bibirnya lagi yang dibalas dengan senyuman dan anggukan dari Dion.

Dion lega, ia kali ini tak akan menghentikan tangisan Keana, karena ia tahu, kali ini tangisan Keana adalah tangisan bahagia.




Holaaaaa, author kembali gaisss, sudah author katakan updatenya tergantung mood. Jadi jangan berharap yaaa. Doakan saja mood author selalu baik dan inspirasinya selalu lancar.

See u next part 😉😉😉

Jangan lupa tinggalkan jejak👣👣👣

NADI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang