"Jaehyun, bangun."
Yeona mengguncang pundak Jaehyun. Pria tampan itu kini nampak lelah dan terlelap di atas sofa tunggal, entah sejak kapan.
Kedua mata Jaehyun mengerjap beberapa kali sebelum kemudian terbuka secara perlahan. Ia mengernyit ketika melihat Yeona berdiri di sampingnya dengan berkacak pinggang.
"Oh, astaga, aku ketiduran," pekiknya kemudian menatap ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 4 sore. Itu berarti ia sudah tidur selama dua jam di ruang tamu Boa.
"Dimana anak-anak?" tanya Yeona ketus.
"Mereka ada–" Jaehyun menegakkan badannya ketika melihat di hadapannya ruang tamu sudah bersih. Padahal sebelum ia ketiduran Gaeun dan Yoonoh membuat ruangan itu berantakan dengan berbagai macam mainan. "Aku bersumpah tadi mereka bermain di sini bersamaku."
Yeona menghela napas panjang seraya memijit batang hidungnya. "Temukan mereka. Aku harus pergi," ujarnya sebelum kemudian melangkah meninggalkan Jaehyun.
"Kemana? Bukan kah mobilmu masih rusak?" Pria itu melangkah lebar menyusul Yeona. Ia segera memblokir jalan Yeona dengan tubuhnya.
Melihat wajah Jaehyun membuat perasaannya kian memburuk. Dengan keras ia berdecak. "Aku akan bertemu dengan Johnny. Tolong temukan Yoonoh, tapi jangan bilang apapun padanya jika aku pergi."
Ya, Johnny baru saja mengiriminya pesan setelah seharian ia menganggurkannya. Pesan itu berisi permintaan Johnny untuk menjelaskan semuanya padanya.
Ia tahu seharusnya ia tidak bisa sebaik ini. Namun, pikirannya selalu jatuh pada Yoonoh. Anaknya itu sangat merindukan Johnny, ia tidak bisa lama-lama menjadi egois dan menghindari suaminya itu.
Lagi-lagi, Jaehyun menghalangi langkah Yeona ketika hendak beranjak hingga membuat gadis itu melotot ke arahnya. Namun, ia justru menunjukkan wajah tak peduli. "Kau belum menjawab pertanyaanku yang satunya," ucapnya.
"Aku sudah memesan taksi. Puas?"
"Batal kan pesanannya. Aku akan mengantarmu."
"Temani saja anak-anak."
Usai Yeona berujar seperti itu, suara gelak tawa Gaeun dan Yoonoh mengudara dari arah halaman belakang. Suara nyaring mereka bersahutan dengan suara Boa yang lembut dan sedikit bergetar dimakan usia.
"See? Mereka bermain bersama ibumu." Jaehyun merebut paksa ponsel dalam genggaman Yeona untuk membatalkan pesanan taksi.
Namun, dengan cepat, Yeona kembali menyahut ponselnya sebelum pria itu sempat menekan 'batal'. "Apa yang kau lakukan?"
Pria itu menunduk sesaat sebelum kemudian kembali menatap wajah Yeona yang sudah memerah. "Please, aku janji hanya akan mengantarmu. Aku tidak akan ikut campur."
Yeona mendengus kasar. Ia tidak pernah tahu jika pria setampan Jaehyun bisa membuat wajah memelas yang sempurna. Bahkan ia bisa samakan dengan milik Yoonoh.
"Kondisimu belum stabil, aku hanya–"
"Okey. Tapi, jangan ikut campur," potong Yeona cepat. Terus menolak Jaehyun sama saja ia tidak jadi pergi menemui Johnny.
Lagipula, keberadaan Jaehyun mungkin bisa sedikit banyak membuatnya melupakan kekalutannya saat hendak menemui Johnny nanti. Mungkin?
"Tunggu di sini. Aku akan siapkan mobil." Pria itu segera melesat menuju rumahnya, meninggalkan Yeona yang masih berdiri di depan pintu.
***
Mobil Jaehyun berhenti di sebuah kafe di Cheonan. Johnny memilih lokasi ini karena merupakan tempat yang memiliki jarak terdekat dari Seoul dan Daejeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMINISCENCE - Jung Jaehyun✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] -a sequel of (UN)BROKEN VOWS ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Sebelum membaca REMINISCENCE sangat disarankan untuk membaca (UN)BROKEN VOWS terlebih dahulu ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Jangan kira semuanya telah berakhir dengan perpisahan. Jaehyun dan Y...