17. PRETTIEST & WORST MEMORIES

1.7K 238 57
                                    

Jaehyun mengunyah cepat makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Sesekali ia terkikik kecil, tak dapat menahan rasa bahagianya ketika Yeona kini berada di sisinya, menyuapinya dengan sabar.

Seperti mimpi. Padahal sebelumnya ia sudah sangat pasrah untuk memperjuangkan Yeona. Tapi, entah apa yang telah tertulis dalam garis hidupnya hingga ia diberi kesempatan semudah ini untuk mendapatkan Yeona.

Tanpa harus menunggu kehidupan selanjutnya.

Televisi di depannya menampilkan acara komedi malam. Sesekali ia tertawa dengan keadaan mulut penuh nasi. Tidak sepenuhnya menertawakan sang aktor, ia lebih sering tertawa karena bahagia yang membuncah di dadanya.

Jaehyun menoleh ke arah Yeona yang duduk di sampingnya di atas ranjang. Mulutnya kosong, ia hendak meminta suapan selanjutnya. Namun urung ketika ia melihat Yeona melamun.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya, membuat Yeona tersentak dalam lamunannya.

Yeona menoleh ke arah Jaehyun kemudian tersenyum tipis. "Tidak."

Bohong, padahal sedari tadi ia terus memikirkan Johnny. Sampai sekarang belum ada kabar bahwa pria yang masih berstatus suaminya itu sadar.

Untuk kedua kalinya, ia dikejutkan oleh tindakan Jaehyun yang tiba-tiba. Pria itu memeluknya dari samping hingga selang infus yang tertanam di punggung tangan kirinya itu tertarik. Ia mendorong pelan tubuh besar Jaehyun. "Jaehyun, hati-hati infusmu."

Jaehyun tidak mendengarkan Yeona. Ia justru mengubur wajahnya di leher Yeona. Menghidu aroma manis yang selalu ia rindukan setiap detiknya. "Aku sudah bangun. Jangan sedih lagi," kelakarnya dengan nada berbisik.

Yeona bergerak risih ketika ujung hidung Jaehyun bergerak pelan menelusuri lehernya. "Astaga, hentikan. Ini di tempat umum," ujarnya ketika ia merasakan bibir Jaehyun mengecup rahangnya.

Pria itu meringis, menampilkan deretan giginya kemudian menjauhkan tubuhnya. Tangan kirinya terangkat untuk mengusap kepala Yeona yang duduk di sisi kanannya. "Apa karena Johnny? Kau masih curiga padanya?" tebaknya.

Kepala Yeona menggeleng pelan. Ia membalas senyuman Jaehyun kemudian menyuapkan nasi ke dalam mulut Jaehyun. Ia tidak ingin membicarakannya dulu pada Jaehyun, ia ingin merenungkannya sendiri.

Ia berdecak kecil melihat Jaehyun mencomot ayam rebus di atas piring dan memasukkannya ke dalam mulutnya yang penuh. Ia tidak habis pikir. Bahkan saat pria itu tengah sakit, napsu makannya sama sekali tidak hilang.

Ketika ia sedang menyiapkan sendokan selanjutnya, suara pintu diketuk membuatnya dan Jaehyun menoleh. Ia mengernyit ketika orang yang mengetuk pintu itu tidak lantas membuka pintu dan menampakkan dirinya.

Yeona menghela napas kemudian turun dari ranjang. Ia meletakkan piring makan Jaehyun di meja lantas mendekati pintu geser tersebut.

"Irene?" pekiknya sesaat setelah pintu di depannya terbuka.

Di hadapannya, Irene mengangkat wajahnya yang semula tertunduk. Ia tersenyum nanar ke arah Yeona yang masih terkejut itu.

"Yeona, Johnny sudah siuman. Dia ingin bertemu denganmu."







***









Irene membuka salah satu pintu ruang inap VIP di rumah sakit tersebut. Mempersilakan Yeona untuk masuk ke dalam seorang diri.

Yeona menoleh ke arah Irene yang sedari tadi terdiam sepanjang jalan. Ia pun sebenarnya sedikit canggung setelah perseteruan kecilnya bersama Irene. Mendengar pernyataan Jaehyun mengenai Johnny sedikit membuatnya tidak enak pada gadis cantik di depannya itu.

REMINISCENCE - Jung Jaehyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang