Siang hari ini, Yeona kembali datang ke rumah sakit. Kali ini ia tak sendirian, melainkan mengajak Yoonoh dan Gaeun bersamanya. Mark juga ikut untuk mengurus asuransi Jaehyun.
Yoonoh dan Gaeun begitu gembira bisa melihat Jaehyun lagi. Terutama Gaeun yang baru tahu kecelakaan Jaehyun kemarin. Gadis kecil itu tidak terpisah dari Jaehyun sejak kedatangannya. Ia berbaring di sisi Jaehyun, memeluknya erat seolah rindunya selama ini sangat berat.
Ketika jam menunjukkan waktu makan siang, Mark selesai mengurus segala administrasi. Pria itu mengajak kedua bocah kecil itu untuk mencari makan di luar. Awalnya, berat bagi Gaeun untuk berpisah dari ayahnya. Namun, Jaehyun terus meyakinkan sang anak bahwa ia akan baik-baik saja.
Dan akhirnya tinggal lah ia berdua bersama Yeona. Seperti biasa, Yeona akan menyuapinya makan karena tangan kanannya masih terbalut perban.
Dan seperti biasa juga, Jaehyun makan dengan lahap. Seolah dirinya tidak pernah kesakitan selama ini.
Ya, Jaehyun terlihat sangat bersemangat setiap harinya. Sangat tidak terlihat bahwa dirinya baru saja menjadi korban kecelakaan.
Pria itu banyak mengoceh, menceritakan apapun hal yang tidak masuk akal sekali pun pada Yeona. Mulai dari lelucon yang ia lihat di televisi hingga seorang dokter wanita yang menanyakan statusnya, apakah lajang atau sudah beristri.
Memang se-random itu.
Jaehyun menoleh ke arah Yeona yang hanya tertawa datar menanggapi setiap ceritanya. Ia mengernyit ketika melihat Yeona melamun seraya memainkan bubur dengan sendok.
Tangannya melambai di depan wajah Yeona hingga gadis itu berjenggit. Keningnya berkerut. "Hello? I'm here. Kenapa kau selalu melamun?" tanyanya ketika Yeona sudah menatapnya.
Kedua mata Yeona mengerjap sesaat sebelum kemudian tertawa hambar. Ia menyendok bubur tersebut dan mengarahkannya pada mulut Jaehyun.
Jaehyun menahan tangan Yeona, memberikan tatapan tajamnya pada gadis yang tak mampu menyembunyikan kegusarannya. "Kenapa? Kau masih tidak ingin mengatakan sesuatu? Bercerita tentang percakapanmu dengan Johnny kemarin, mungkin?"
Yeona menghela napas, balik menatap Jaehyun dengan tatapan jengah. Ia berusaha untuk tidak terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Kenapa kau tidak pernah kehilangan napsu makanmu? Kau memang terlahir rakus?" sindirnya, menyingkirkan tangan Jaehyun kemudian memasukkan suapan itu ke dalam mulut sang pria.
Kedua mata Jaehyun berubah menjadi datar. Ia tahu Yeona tengah menyembunyikan sesuatu. "Aku tahu itu bukan hal yang mengganggu pikiranmu hingga mengacuhkanku."
"Tentu saja bukan." Gadis itu menyibukkan diri dengan membereskan peralatan makan Jaehyun yang sudah kosong itu ke atas meja.
"Yeona, jangan buat aku penasaran setengah mati seperti ini. Kau membuatku khawatir, apa kau tahu?"
Tangan kiri Jaehyun mencekal tangan Yeona. Menarik lembut gadis itu agar duduk bersamanya di atas ranjang. Ia tak mengindahkan tatapan terkejut Yeona, ia justru mendekap pinggang Yeona agar bisa menatapnya.
"Cepat beri tahu aku. Apa alasanmu menjadi sangat pendiam seperti ini?" tanyanya dengan lembut tepat di depan wajah Yeona.
Yeona tersentak ketika aroma maskulin khas Jaehyun menyeruak ke indra penciumannya di jarak sedekat ini. Sangat adiktif untuk bisa ia tahan. Ia bahkan sampai menelan ludahnya kasar.
Untuk sesaat, ia kembali merasakan rasa rindu yang menyakitkan. Tangannya terangkat untuk mengusap pelan wajah Jaehyun, berusaha untuk tidak menyentuh luka di sana. "Aku masih tidak percaya. Ku kira kau akan mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMINISCENCE - Jung Jaehyun✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] -a sequel of (UN)BROKEN VOWS ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Sebelum membaca REMINISCENCE sangat disarankan untuk membaca (UN)BROKEN VOWS terlebih dahulu ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Jangan kira semuanya telah berakhir dengan perpisahan. Jaehyun dan Y...