Bagian II

262 15 5
                                    

Sekarang pembelajaran di SMA GARUDA tengah berlangsung. Hening tercipta di tiap tiap bagian lorong sekolah.

Tetapi berbeda dengan kelas yang satu ini, kelas yang membuat guru-guru pusing tujuh keliling. Kelas legend yang nama murid nya ter-ukir indah di kening masing masing tenaga pengajar.

"Woi! Eh eh kok gini, ah yah kan!" Lalu pemuda yang habis memekik ini hanya manyun-manyun tak jelas.

"Idih gaya lo. Manyun-manyun apaan tuh? Jijik gue," Ungkap teman nya.

"Biarin! Yang ganteng gue, yang di hujat nanti juga gue, ngapain Lo yg sibuk?" Balasnya.

"Bodo amatlah gue sama lo, Aldo!" Sahut Alan lalu memutar bola matanya malas.

Sedikit perkenalan yang debat tadi namanya Aldo Aldiano dan Alan syahreza. Keduanya memang tidak bisa disatukan. Selalu saja adu mulut. Nampak nya hobi mereka berdua hanya itu.

Aldo dan Alan masih melanjutkan perdebatannya, sementara Rafi—penyuka game tengah memainkan game yang sedang viral di kalangan laki-laki sekarang ini sedang duduk santai diatas meja nya.

Berbeda dengan Arion, dari tadi ia tengah membolak balikan layar ponsel nya. Sembari memikirkan bagaimana gadis yang ia temui di taman tadi dekat dengan diri nya. Em maksud Arion, dia ingin PDKT mungkin?

Lalu tiba-tiba handphone nya melayang di udara akibat ditarik oleh Aldo.

"Widih, foto Cewek, siapa nih? Pacar lu? Manis bat dah. Kalau udah putus kasih gue, ya?" Arion hanya menatap datar manusia aneh di depannya.

"Mana? Liat gue?" Alan pun ikut-ikutan melihat Handphone Arion.

"Gue liat juga. Mana?" Rafi si paling tak ingin ketinggalan juga ikut kepo pada ponsel Arion.

Dengan cepat Arion merebut kembali ponsel nya dari tangan Aldo.

"Apaan sih Lo? Main ambil-ambil aja," Sahut Arion.

"Demi apa cewek lu manis, Yon." Mata Aldo berbinar-binar sehabis mengatakan ini.

Arion hanya mendengus kesal. Lalu pergi keluar kelas. Hasrat ingin menyumpal lobang hidung Aldo dengan air comberan amat besar di kalbu nya.

"Yah ngambek tuh si Yoyon." Sesal Aldo.

"Elu sih! Mulut gak ada filter," Balas Alan. Alan tak kalah gemas dengan mulut Aldo yang kurang di kasih pelajaran.

"kok gue sih?!" Balas Aldo tak terima di salahkan.

Dan perdebatan pun berlanjut. Berbagai kata kata mutiara, mengabsen berbagai nama nama hewan tak luput dalam perdebatan duo A. Dan akhirnya Rafi yang terlanjur kesal, berteriak pada Aldo dan Alan.

"KALAU MAU DEBAT PERGI SONO KE KPK! JANGAN DISINI! GUE KALAH NIH!" Seluruh mata dikelas itupun teralihkan pada Rafi.

"APA LO LIAT-LIAT?" Sewot Rafi setelah merasa menjadi pusat perhatian.

"Yeu Rafi ogeb. Yang buat perhatian sapa yang sewot siapa?" Sahut Aldo.

Lalu tatapan menghunus Rafi teralihkan ke Aldo.

"Eh ampun Rafi ganteng," Balas Aldo setelah melihat Rafi yang ingin menguliti nya hidup hidup.

Setelah mengatakan itu Rafi berpindah duduk ke meja guru. Sungguh! Siapa pun angkut Aldo dari sini.

Setelah Rafi duduk anteng di depan Aldo langsung bertanya pada Alan yang tengah sibuk menghitung lembar buku Sosiologi.

"Eh, Lan!" Panggil Aldo ke Alan yang sibuk dengan dunia lembar buku nya. Aneh memang.

"Paan?" Balas Alan.

"Emang di KPK bisa debat, ya?" Tanya Aldo.

"Gak tau gue," Sahut Alan.

"Terus kita nanya ke siapa?" Tanya Aldo entah ke siapa.

"Tanya noh ke Aini." Ucap Alan sambil menunjuk perempuan yang bernama aini, cewek culun berkacamata bulat tebal.

"Nggak ah, nanti dia suka lagi sama gue. Secara kan gue imut imut ganteng kayak apa namanya oppa oppa korea ya asal lo tau. Terus nih, artis Thai-"

Belum sempat Aldo menyelesaikan ucapannya, Alan langsung menyemburkan mulut pedasnya ke Aldo. "Bodo amat ya baby babi. Gak peduli gua." Sahut Alan.

Poor Aldo. Ayo open donasi untuk menyewa teman buat Aldo.

Ω·Ω·Ω

Dilain tempat Arion terus melangkahkan kakinya hingga tiba kakinya berhenti di saat seseorang meneriaki nama nya dengan begitu lantang.

Pintu kelas di hadapan nya terbuka lebar. Mata Arion menangkap laki laki paruh baya dengan penggaris kayu panjang di genggaman nya.

"Sini kamu, cepat!"

Dengan tergesa-gesa Arion masuk ke dalam kelas. Dan, wala! Lihat apa yang tak sengaja di lihat oleh sepasang manik tajam nya.

Gadis yang baru saja ia stalk di medsos ada di dalam kelas ini. Gadis itu terlihat terkejut menyadari siapa yang tengah menatap nya sekarang.

"Apa pak? Kenapa manggil?" Tanya Arion.

"Tugas yang kamu janjiin kemarin mana? Saya ini orang nya setia. Kalau kamu janjiin sekarang ya harus tepatin sekarang dong."

"Hubungan nya sama setia apa pak?" Sahut Arion.

Laki laki yang sudah berumur ini lantas menodong kan senjata keramat nya pada Arion. "Buang topik alay kamu jauh jauh. Gelay saya, ga Sudi!"

Arion menganga sembari terheran. Ada apa dengan pak Samsul ini?

"Saya mau kamu bersihin gudang alat alat sekolah sekarang. Ga ada bantahan, sana pergi!" Ucap pak Samsul dengan tegas.

Arion baru saja akan mengutarakan ketidak setujuan nya, namun kalah cepat dengan pak Samsul.

"Dan kamu Ava, ikut sama si petakilan ini," Sambung pak Samsul.

"Kenapa saya pak?" Tanya Ava heran.

"Siapa suruh buku catatan kamu tinggal ha? Kan udah di kasih tau sekarang saya meriksa catatan bab 3 kalian." Sinis Pak Samsul.

Ava melongos. Ayolah, Ava tak tau ini keberuntungan atau kesialan nya. Di satu sisi ia bebas dari pelajaran Seni Budaya bersama pak Samsul yang selalu membuat nya mengumpati pak Samsul. Tapi, di sisi lain dia harus bersama Arion!

"Help me, please!"

Arion Adhitama (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang