Setelah itu Arion pergi.Ava membuka mulutnya.Ia kira Arion akan mengusap kepalanya sebelum pergi ternyata tidak
"Ngumpat jangan?"
-()-
Inilah moment yang penting dalam kehidupan Anna.Moment ini merupakan moment sakral yang sudah pernah ia lakukanAva melihat ibunya yang baru saja duduk di sebelah mempelai pria
Setelah itu sang penghulu berjabat tangan dengan Mempelai pria.Setelah mengucapkan rentetan kalimat hingga kata "SAH" menggema di dalam ruangan tersebut
Disaat itulah detik kehidupan Ava berubah.Ia akan merasakan sosok ayah setelah lama hilang dan juga sosok adik yang pasti akan ikut menggoreskan tinta kehidupan di hidup Ava
Seluruh tamu antri ingin bersalaman dengan ke dua mempelai.Ava juga berdiri di sebelah ibunya
Mata indah Ava melihat seorang laki laki masuk dari arah pintu depan.Dengan membawa sebucket bunga dan juga seorang wanita yang tengah menggandeng tanganya
Pria dan wanita itu berjalan mengarah pada ibunya lalu menyodorkan sebucket bunga tadi
"Selamat.Semoga pernikahan kalian bertahan"
"Terimakasih"Ibu Ava menjawab dengan tatapan dingin
Pria itu adalah ayah kandung Ava.Pria yang ia rindukan tapi ego nya lebih tinggi.Ava lebih memilih bungkam
"Ava,ayah pengen bicara sama kamu"
Ava menatap sang ayah.Air matanya berlinang.Ava jadi ingat kejadian bertahun tahun silam.Ayahnya pergi dari rumah tak menghiraukan tangisan ibu nya
Dan sekarang,saat telah bertemu ternyata ayahnya telah didampingi wanita lain.Wanita ini yang merawatnya selama ini.Dan juga anak wanita ini yang selalu ada saat Ava ada masalah
Anna menggenggam tangan Ava.Menganggukkan kepalanya sebagai kode agar Ava pergi untuk berbicara dengan sang ayah
"Dimana?"
"Di samping ruangan ini"
Ava mengikuti langkah ayahnya yang lebih dulu berjalan didepan nya
Setelah sampai di tempat yang dituju,Ayah Ava mebalikkan badanya menghadap sang putri
Sebelum memulai kalimatnya pria itu menghela nafas pelan,menatap manik sang putri yang sama persis dengan maniknya
"Ayah minta maaf"
"Ayah tau kan kalau Ava nggak mungkin nggak mau maafin ayah"
"Ayah kelepasan,ayah terlalu emosi.Ayah tidak berniat sama sekali untuk membentak kamu"
Ava tak merespon.Gadis ini lebih memilih mendengarkan dan meresapi kalimat ayah nya
"Dan juga maafin ayah ninggalin kamu sama ibu waktu kamu waktu itu"
Air mata yang Ava tahan sedari tadi turun.Tapi Ava mengusap pipinya agar air mata itu hilang
"Sekarang giliran Ava yang ngomong"
Ava menghembuskan nafas kasarnya.Mata nya menajam menatap pria di depannya ini
"Kenapa ayah ninggalin Ava sama ibu dulu?"
"Ayah rasa semakin kamu dewasa kamu akan paham"
"Ava nggak mau tau.Toh nanti sama aja kan yah,mau Ava udah dewasa atau sekarang pun pasti jawaban ayah itu mengecewakan"
"Ayah ninggalin Ava sama ibu yah.Ayah pun nggak pamit sama Ava.Ayah nggak peduli sama tangisan pilu ibu.Bahkan suara pekikan ibu juga nggak ayah hiraukan"
Pria yang disebut Ava sebagai ayahnya itu mengerutkan keningnya
"Ayah heran kenapa Ava tau?!Ava lihat sendiri malam itu yah.Bahkan sampai sekarang ava masih ingat"
"Ayah tegaaa tau nggak"
"Ava pengen benci sama ayah tapi ava nggak bisa.Ava nggak tau alasan ayah ninggalin Ava.Jadi Ava nggak tau mau nyalahin siapa"
"Jadi,lebih baik ayah sama Ava jangan ketemu ketemu dulu.Sampai Ava tau alasan ayah pergi"
Setelah itu Ava pergi berlari meninggalkan ayahnya.Air matanya yang ia usap tak ada gunanya.Karena butiran bening itu tetap mengalir
Ava memilih berlari ke arah berlawanan dari tempat ia dan ayahnya berbicara tadi
Di tengah tengah larinya tangan Ava ditarik.Ava mendongakkan kepalanya ternyata itu Arion
Bagaikan pahlawan Arion datang tepat disaat Ava butuh tepat bersandar
Arion memeluk Ava.Sangat erat.Hatinya melenguh melihat sang gadis menangis seperti ini
"Nangis va.Keluarin kegelisahan hati Lo.Gue masih disini.Disamping Lo.Dan akan seperti itu selamanya"
Mendengar ucapan Arion membuat tangis Ava makin menjadi jadi
"Ava nggak benci sama ayah tapi ayah itu jahat"
"Tanya ke ibu lo.Pasti ibu Lo tau alasanya.Dan apapun alasanya nanti Lo harus terima"
Ava menganggukkan kepalanya di dada Arion.Ava melingkarkan tanganya yang sedari tadi di dada Arion.Kini tanganya melingkar erat di punggung arion
Setelah beberapa menit,tangis Ava berhenti.Menyisahkan isakan kecil
Arion mengusap pipi ava.menghilangkan jejak air matanya
"Sana balik ke tempat ibu Lo.Pasti dia nyariin Lo.Gue pulang dulu"
"Kok cepat banget sih pulangnya"
"Lo aja nangis nya udah sejam"
"Nggak ah"
"Iya nggak.Sana masuk,gue liatin dari sini"
"Ava bentar"Jalan Ava terhenti karena panggilan dari Arion
"Apa kak?"
CUP
Bagaikan ada sihir,badan Ava tak bergerak sama sekali.
Arion yang melihat respon Ava seperti itu tertawa geli.
"Sana masuk"Arion memutar badan Ava lalu mendorong nya Pelan
Ava langsung berjalan dengan tempo cepat.Setelah sekian menit berlalu Ava masih merasakan ciuman hangat Arion di pucuk kepalanya
"Bisa nggak ya kak Arion cium Ava pas detik detik Ava pergi"
Ava menampilkan senyum terbaiknya.Tapi ia lebih menginginkan kepergiannya tidak ada satu pun yang menyadarinya
Karena kepergiaannya hanya akan meniggalkan tangisan
"Ava nggak mau banyak.Ava cuma ingin mereka bahagia disaat Ava udah pergi nanti"
-()-
Jangan lupa voment<3
See u next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Arion Adhitama (Selesai)
Teen FictionRasanya, pandangan pertama itu tak terlalu buruk. Benar?