My Secretary (ZhuiLing)

677 78 18
                                    

Part 2

***

Pukul dua belas lewat lima, Jin Ling meminta izin kepada Lan SiZhui untuk pulang ke rumahnya dan menyiapkan barang bawaan selama perjalanan bisnis. Setelah mendapatkan izin gadis itu meninggalkan kantor lalu kembali ke rumahnya menggunakan ojek.

Wei WuXian telah mengeluarkan koper Jin Ling serta menyiapkan beberapa pakaiannya. Jiang Cheng dihubungi dan ikut pulang demi berpamitan dengan sang keponakan.

Untuk perjalanan ini Jin Ling membawa lima buah kemeja, empat rok dan dua celana kain, enam jas, tiga gaun malam, tiga piyama, baju dalam dan sebagainya, tiga kemeja non formal, dua celana jeans, dua sepatu pantofel dan sebuah sepatu stiletto. Tak lupa perhiasan (dua pasang anting emas, sebuah kalung, sebuah cincin, dan sebuah jam tangan) serta peralatan make up. Wei WuXian telah memasukkan semua skin care Jin Ling ke dalam pouch kecil dan di simpan di tas agar gadis itu dapat mencapainya dengan mudah.

"Kau membawa terlalu banyak barang." Jiang Cheng mengomel sambil meminta Jin Ling duduk di atas koper sementara ia dan Wei WuXian menutupnya. "Kopermu tidak muat!"

Jin Ling merengut, tak terima di katai seperti itu oleh sang bibi. Wei WuXian yang mendengarnya hanya tertawa geli.

"Jangan berkata seperti itu. Wajar saja bagi seorang gadis itu membawa banyak barang. Memangnya kau mau A-Ling hanya membawa tiga buah kemeja dan dua celana?"

"Tetapi ini sudah terlalu banyak. Kopernya saja nyaris tidak bisa di tutup."

"Hum! Lihat saja nanti setelah aku pulang, aku pastinya tidak akan membawa koper ini saja." Jin Ling berdiri setelah kopernya berhasil ditutup dan di gembok oleh Jiang Cheng. Ia mengambil kunci itu dan memasukkannya dalam tas. "Omong-omong apakah malam ini A-Yi akan pergi ke cafe?"

Jiang Cheng mengambil syal dan memasangkannya pada Jin Ling. "Kurasa ya."

Kedua bibi Jin Ling adalah penyanyi tetap di sebuah cafe kecil di tengah kota. Biasanya mereka tampil empat kali dalam seminggu. Mereka melakukan itu untuk menambah penghasilan dan tabungan.

Keluarga Jiang awalnya memiliki restaurant, tetapi bangkrut. Untuk memulai bisnis lain, kakek Jin Ling, Jiang FengMian meminjam uang dari preman. Sayangnya bisnis toko kelontong yang dibangunnya juga tidak menghasilkan banyak untung dan berakhir bangkrut pula. Suatu hari, Jiang FengMian ditemukan mati setelah melompat dari jembatan. Istrinya, Yu ZiYuan, depresi dan akhirnya menyusul ke akhirat. Meninggalkan tiga orang anak, Jiang YanLi yang masih berumur delapan belas dan Jiang Cheng yang baru lima tahun. Wei WuXian adalah sepupu mereka, umurnya dua tahun di atas Wei WuXian.

Jiang YanLi terpaksa tidak lanjut kuliah dan bekerja serabutan demi menghidupi kedua adiknya dan membayar hutang sang ayah. Beberapa tahun kemudian Jiang YanLi secara kebetulan bertemu dengan Jin ZiXuan, pewaris keluarga konglomerat Jin. Mereka saling mencintai. Jin ZiXuan meminta izin ke keluarganya untuk menikahi Jiang YanLi dan ditolak mentah-mentah karena latar belakangnya yang rendah dan tidak jelas. Tetapi itu tidak menghentikannya dari menikahi belahan jiwanya. Jin ZiXuan nekat menikahi Jiang YanLi dan dibuang dari keluarganya, namanya di hapus dari daftar pewarisan dan tidak mendapatkan uang sepeser pun.

Dari pernikahan itu lahirlah Jin Ling. Mereka hidup bersama hingga Jin Ling berusia sepuluh tahun. Di malam ulang tahun pernikahannya, Jin ZiXuan membawa Jiang YanLi keluar untuk berkencan. Tepat setelah meninggalkan rumah mereka ditabrak oleh seorang pengendara yang mabuk dan tewas di tempat.

Uang dari santunan kematian dan ganti rugi cukup untuk membayar sisa hutang dan biaya kuliah Jiang Cheng. Tabungan Jiang YanLi dan Jin ZiXuan disimpan untuk biaya pendidikan Jin Ling sementara kedua wanita itu bekerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketika Jin Ling berumur enam belas, Wei WuXian di pecat dari kantornya setelah menghajar atasannya yang berniat memperkosanya. Wei WuXian mengancam akan melaporkan ke polisi jika mereka menganggunya dan keluarga, tetapi bajingan itu membuat Wei WuXian di tolak di semua tempat kerja yang memungkinkan. Tahun itu adalah yang terparah, di samping masalah Wei WuXian, Jiang Cheng juga mendapatkan masalah karena tempat kerjanya yang baru terlibat dalam kasus pencucian uang salah satu menteri. Di tengah keputusasaan, Jiang Cheng nekat menjual rumah peninggalan Jin ZiXuan dan membawa kedua orang itu merantau ke Beijing. Mereka meninggalkan Wuhan demi mencari penghidupan yang lebih baik.

Uang penjualan rumah cukup untuk membeli tiket dan menyewa apartemen kecil di tengah kota. Jin Ling sempat tidak lanjut SMA selama setahun karena kedua bibinya tidak memiliki uang untuk menyekolahkannya, uang tabungan kedua orang tuanya terpaksa digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan Jin Ling tidak mempermasalahkannya. Ia mengerti kondisi memprihatinkan mereka.

Keadaan mulai membaik setelah Jiang Cheng mulai bekerja di sebuah toko roti. Walaupun memiliki ijazah Sarjana Hukum, Jiang Cheng tidak keberatan untuk bekerja apa saja. Pemilik toko rotinya mengizinkan Jiang Cheng membawa pulang roti dan kue yang masih tersisa. Wei WuXian di sisi lain mengajar musik di taman kanak-kanak, terkadang juga menjadi guru les privat atau mengajar di sekolah minggu. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun Jin Ling bisa menghembuskan napas lega.

Setelah lulus kuliah, atas saran seorang teman Jin Ling mengirimkan surat lamaran ke Perusahaan Lan untuk pekerjaan sales di bidang marketing. Siapa sangka kepala cabang kantor itu sedang membutuhkan sekretaris, Lan SiZhui kebetulan melihat Jin Ling yang sedang menunggu giliran untuk diwawancarai dan memanggilnya ke kantornya. Jin Ling sama sekali tidak tahu dan mengikutinya, mengira Lan SiZhui adalah salah satu pewawancara.

Wawancara itu berlangsung singkat, sekitar lima belas menit. Lan SiZhui membaca resume Jin Ling dan memutuskan untuk mempekerjakan gadis itu sebagai sekretarisnya.

Kembali lagi di apartemen, Jiang Cheng sudah membungkuskan beberapa roti dan kue-kue untuk kudapan siang Jin Ling. Wei WuXian berkata ia memasukkan beberapa barang tambahan ke koper Jin Ling sambil mengedipkan sebelah mata dengan mencurigakan.

"Er-Yi, Xiao-Yi, aku pergi. Sampai jumpa minggu depan." Jin Ling melambai pada dua wanita itu.

Jiang Cheng membalas lambaian tangannya. "Jangan lupa menelpon jika sudah sampai. Kami menunggu kabar darimu."

"Akan kulakukan."

Wei WuXian, "jangan lupa dengan barang di kopermu. Beritahu hasilnya setelah memakainya, oke?"

Jiang Cheng melihat ke arahnya dengan curiga sementara Jin Ling melihat dengan tatapan tak mengerti.

Agar tidak membuang-buang waktu lagi dengan menunggu bus Jin Ling menggunakan taksi. Satpam di luar kantor segera membantunya menurunkan koper yang kelewat berat itu dan membawakannya ke lift. Jin Ling sekali lagi mengucapkan terima kasih, ia memberi pria paruh baya itu kue buatan Jiang Cheng dan naik ke lantai lima belas.

Lan SiZhui tidak berada di ruangannya. Jin Ling menggunakan kesempatan itu untuk memakan bekalnya dan camilan dari sang bibi. Untungnya tak peduli berapa banyaknya ia makan Jin Ling tak pernah gemuk. Hal ini mengundang ejekan dari Er-Yi yang mengatakan bahwa perutnya terhubung langsung dengan black hole.

Pukul dua tepat, Lan SiZhui kembali. Pria itu memberi perintah untuk membawa beberapa berkas seperti data keuangan perusahaan yang terbaru, data grafik penjualan, data mitra kerja perusahaan, dan beberapa data lainnya. Jin Ling menghubungi beberapa manager yang bertugas di lantai bawah dan meminta data-data itu disiapkan.

Jam setengah tiga Lan SiZhui keluar dari ruangannya.

"Apakah semuanya sudah siap, Nona Jin?" Dia bertanya sambil melirik ke arah koper Jin Ling.

Jin Ling, "semuanya sudah siap, pak."

"Kita berangkat sekarang."

Mereka turun menggunakan lift, beberapa orang pegawai segera membungkuk pada Lan SiZhui ketika pria itu berjalan melewati mereka. Mobil yang akan mengantar mereka ke bandara di parkir tepat di depan pintu. Supir membantu memasukkan koper ke dalam bagasi sementara Jin Ling masuk ke kursi penumpang.

Seperti yang sudah diperintahkan, Jin Ling akan duduk di samping Lan SiZhui di kursi penumpang belakang. Jin Ling sudah terbiasa duduk bersama pria itu tetapi kali ini dia sedikit gugup. Ini adalah pertama kalinya Jin Ling melakukan perjalanan bisnis. Dan sikap atasannya yang diam sama sekali tidak membantunya.

TBC

Note: kisah YanLi dan ZiXuan ditulis berdasarkan kisah nyata.

Mo Dao Zu Shi DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang