Feel (Madam Yu/Jiang Cheng/Jin Ling)

971 96 49
                                    

Ini kutukan.

Yu ZiYuan tahu, ketika putra bungsunya pulang ke Lotus Pier dengan wajah berurai air mata dan tubuh yang gemetar tanpa henti, sebuah kartu undangan ada di tangannya.

Putranya juga mengalami hal yang sama dengannya. Yu ZiYuan tahu itu dengan jelas. Bagaimana rasanya ketika orang yang kau cintai tidak mencintaimu balik, bedanya Yu ZiYuan masih menikahi suaminya sedangkan Jiang Cheng, anak itu bahkan tidak dapat mengungkapkan perasaannya ketika Lan XiChen menikah dengan anak haram Jin GuangShan.

Jiang Cheng berlari ke kamarnya, tangan menutupi mulutnya yang akan mengeluarkan isak tangis dan mengurung diri di sana. Tidak ada yang memperhatikannya selain dia. YanLi sedang memasak di dapur bersama Wei Ying, tidak menyadari kedatangan adik bungsunya yang patah hati. Yu ZiYuan menghela napas dan menatap Jin Ling yang sedang memainkan sirkam emas bermotifkan api miliknya. Hadiah dari Wen RuoHan.

"Kenapa Paman Kecil menangis, Nenek?" Oh, dia salah. Ternyata ada juga yang memperhatikan Jiang Cheng.

"Pamanmu sedang sedih." Yu ZiYuan menjawab singkat. "Jangan mengganggunya untuk sementara waktu, biarkan kesedihan Pamanmu berlalu kemudian kau baru boleh bermain dengannya."

Cara terbaik untuk melupakan patah hati bukanlah melupakannya, tetapi mengingatnya. Terus mengingatnya hingga perasaan sedihnya menjadi tumpul dan rasa sakit itu menghilang. Yu ZiYuan tidak akan bohong dengan mengatakan cara itu berhasil padanya, tetapi setidaknya dengan itu dia bisa menerima kenyataan pahit dan menjalani hidup dengan jujur tanpa penyangkalan bahwa suaminya mencintainya.

Selama beberapa hari Jiang Cheng tidak bersemangat, menjalani hidupnya tanpa gairah. Hati Yu ZiYuan sakit melihatnya seperti itu. Maka, pada hari ke enam ia menyeret Jiang Cheng keluar dari kamar ke lapangan latihan Lotus Pier pukul 5 pagi dan memberikan ZiDian.

"Ibu?" Jiang Cheng berkata dengan serak, pastinya setelah menangis sepanjang malam.

"Berlatih. Mulai hari ini kau harus bangun sejak pukul 5 dan mulai berlatih dengan ZiDian." Yu ZiYuan menunjuk tiang kayu di depannya. "Cambuk."

Jiang Cheng merubah cincin itu menjadi cambuk, mengangkatnya dan mencambuk tiang itu. Aliran energi listriknya sangat kecil dan samar, nyaris tidak terlihat dalam kegelapan.

"Lagi."

Cambuk.

"Lagi."

Cambuk.

"Lagi."

Cambuk.

Yu ZiYuan menarik napas dan berseru. "Kerahkan semua kemarahanmu! Jika kau tetap lemah seperti itu mereka akan mentertawakanmu! Bayangkan itu adalah orang-orang yang menyakitimu! Lampiaskan semuanya!"

Mata Jiang Cheng berubah, diangkatnya cambuk itu dan di hempaskan dengan sepenuh tenaga ke tiang kayu yang tebal itu. ZiDian menyentuh pemukannya, membelahnya menjadi dua. Terdengar bunyi sesuatu yang jatuh, tiangnya terletak di tanah.

Jiang Cheng tidak berhenti, dia kembali mencambuk tiang di tanah dengan sepenuh tenaga. Energi keunguan bersinar dengan cemerlang, wajah Jiang Cheng tidak lagi dipenuhi ekspresi hampa dan sedih, kini kehidupan telah kembali kepadanya. Matanya penuh dengan emosi, segala rasa sakit dan kesedihan bercampur menjadi satu, membentuk kekuatan yang tidak ada habis-habisnya.

Setelah malam itu Yu ZiYuan resmi memberikan ZiDian pada putranya, mengawasinya berlatih setiap pagi dan melakukan perburuan malam lebih sering. Jiang Cheng menyalurkan kesedihannya dengan berlatih sekuat tenaga. Tidak hanya itu, sikapnya pun telah berubah. Menjadi semakin dingin, mirip dengan Yu ZiYuan sendiri.

Beberapa kali Yu ZiYuan mendapati pandangan kecewa suaminya pada Jiang Cheng. Yu ZiYuan hanya tersenyum dingin, tidak apa jika suaminya tidak menyukai Jiang Cheng. Dia bisa berbahagia dengan anak dari wanita yang dicintainya, Yu ZiYuan tidak akan mengganggunya lagi.

Belasan tahun berlalu. Tiba-tiba saja Wei Ying mendapatkan lamaran dari Tuan Kedua Muda Lan. Yu ZiYuan merestuinya, senang karena anak itu tidak akan ada lagi disini dan mengganggu pemandangan. Dan mungkin saja, suaminya bisa sedikit memperhatikan putra mereka.

Di hari pernikahan anak itu, Yu ZiYuan melihat dua hal paling menyedihkan dalam hidupnya. Jiang Cheng menatap Lan XiChen dari kejauhan yang sedang tertawa bahagia bersama pasangannya. Kemudian tak jauh dari sana, Jin Ling melihat Tuan Muda Wen sedang menggenggam tangan Tuan Muda Lan. Sekali lagi Yu ZiYuan tersenyum pahit.

Ini kutukan.

Jin Ling keluar dari pesta bersama Jiang Cheng. Yu ZiYuan mengikuti dari belakang. Mereka bertiga memasuki kawasan sepi di Cloud Recesses dan duduk.

Cucunya menangis. Menangis begitu sedih seakan kedua orang tuanya sudah mati. Menangisi cintanya yang tidak bersambut. Jiang Cheng di sampingnya sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air mata, air matanya kering setelah menangis begitu banyak.

"Aku tidak ingin merasakan. Aku tidak ingin merasakan. Terlalu menyakitkan." Isak Jin Ling.

"Aku akan mencari caranya," Jiang Cheng berkata. "Segera kita tidak akan merasakan ini lagi."

Hari itu ketika semua orang berbahagia, Yu ZiYuan mendapati dirinya dan anak cucunya menangisi hati mereka.

***

Beberapa minggu kemudian, Jiang Cheng tiba dari perjalanannya entah ke mana membawa sebuah buku mantra kuno.

"Mantra penghilang rasa." Katanya singkat sambil menunjukkan sebuah halaman. "Aku tidak menyesalinya."

Jin Ling, tanpa keraguan membaca mantra itu dan menyiapkan ritualnya. Segera setelah itu Jin Ling menjadi sama dengan pamannya, kehilangan semua perasaannya. Tidak lagi menangis atau pun tersenyum bahagia. Hampa, tetapi tidak ada lagi yang bisa menyakitinya.

Yu ZiYuan melihat mantra itu. Jika ini yang diperlukannya, maka baiklah. Dia sudah lelah dengan semua ini. Lagipula tidak ada orang yang mempedulikan perasaan mereka, tidak ada yang peduli apakah mereka senang atau sedih, bukan?

Mo Dao Zu Shi DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang