Bagian 8

95 14 0
                                    

Tersenyum dengan keterpaksaan itu sakitnya sampe ke ubun ubun

Happy Reading

Iqbal mulai menerjapkan matanya perlahan. Kepalanya pusing mungkin akibat minum tadi

Ketika dia mengedarkan pandangannya dia mendapati Witan yang sedang fokus kekomputernya dengan makanan ringan disampingnya. Tapi bukan untuk mengerjakan sesuatu melainkan main game

"Udah bangun lo"tanya Witan

"Gue kenapa bisa dirumah lo?"

"Lo mabuk makanya gue bawa kesini"

"Oh"

"Mending lo pulang deh dari tadi hape lo bunyi mulu mungkin dari orang rumah ini juga udah mau malam"

"Males gue"

"Emang ada apaan sih?"

"Nanda"

Witan mengangguk paham dia sudah mengerti kondisi sahabatnya ini

"Lo jalanin aja dulu selagi lo kuat. Kalo lo udah nyerah lo bisa lawan papah lo"usul Witan

"Lawan gimana? Gue pukul gitu?" Iqbal mengerutkan dahinya

"Bukan pukul anjing tapi nentang gitu"

"Caranya?"

"Kabur"

"Wah bener juga ide lo tan. Tumben bijak"

"Sianjir"

"Gue coba"

"Serah lo udah pulang sana ada ongkos gak?"ledek Witan

"Gue ga kere kali lagian motor gue juga ada kan"

"Ada noh didepan tadi udah diambilin"

"Tumben baik"

"Gue piting lo ya bal, kesel gue lama lama"

"Dah lah mau balik gue"

"Inget makan yang banyak pura pura mencintai butuh tenaga"

"Bucin bae lu makanya jangan deket2 ma Marsel"

♡♡♡

"Serius lo mau pindah?"tanya Rahma serius

"Iya gue serius kemaren bokap sama nyokap gue nyuruh gue ikut mereka ke Amerika"balas Ulya lesu

Kini mereka berada dikelas "Terus abang lo ikutan?"tanya Laura

"Bang Witan gak mau ikut dia kekeh mau disini. Gue juga gitu tapi bokap gue maksa gue pindah ke sana"

"Kenapa?"

"Gatau deh"

"Berkurang dong personil kita"

Pengagum Rahasia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang