Bagian 43

81 15 0
                                    


Terlalu sulit untuk menentang takdir, dan kita harus menerimanya dengan lapang dada Walau itu sangat sulit

Happy Reading

Semua orang sudah tau tentang kebenaran itu, bahkan Dinapun sempat stres, dia merasa bersalah sekali bahkan dia sempat menampar Rahma malam itu, dia nyesel dan dia akan meminta maaf

Diruangan Laura hanya ada Witan, sudah beberapa hari ini Witan selalu menemaninya walaupun belum ada tanda-tanda gadis itu akan bangun

"Lo kapan bangun si ra, gak cape apa tidur terus gitu?"

Witan merasakan ada gerakan dari tangan Laura "Ra" panggilnya

Tak lama Laura menerjapkan matanya cukup lama, kini Witan mulai tersenyum. Akhirnya penantiannya tidak sia-sia

"Bu, ibu dimana?" Tanya Laura, anehnya kenapa gadis itu hanya menatap kedepan tanpa berkedip?

"Ra, ini gue Witan ada disamping lo"

"Witan? Tan ko gelap sih, lo matiin lampunya ya? Nyalain dong gue pengen ketemu ibu"

Witan merasa bingung, gelap? Ini bahkan siang hari walaupun lampunya mati tapi keadaan sangat terang

"Tapi ini siang Ra, gimana bisa gelap?"

Tubuh Laura mulai menegang, dia mencengkeram tangan Witan kuat "gelap tan, gue cuma bisa liat gelap"

"DOKTER"dengan segera Witan memanggil dokter, bukan hanya itu Ibunya Laura dan Dinapun ikut masuk

"Gue takut" gumam Laura

"Lo tenang ya, semuanya akan baik baik saja"

"Anak saya kenapa dok?" Tanya Ibunya Laura pada dokter itu

"Akibat benturan di matanya, anak ibu mengalami kebutaan"

Ibunya Laura menggeleng tak percaya, begitupun dengan Dina, gadis itu bahkan sempat menutupi mulutnya

"Tidak, GUE GAK MUNGKIN BUTA" teriak Laura tak terima

"Sayang, kamu yang sabar ya" Ibunya Laura mendekat kearahnya

"Bu, Laura takut Bu, Laura takut gelap" lirihnya disela-sela pelukannya dengan ibunya

"Kami yang sabar sayang, ini ujian buat kamu" Laura menggeleng "Gak, Laura gak mau buta, Laura pengen liat wajah Ibu, Laura kangen Ibu" matanya sudah mulai berkaca-kaca

"Kamu pasti bisa melihat lagi"

"Tapi kapan Bu?"

"Kamu tunggu aja"

♡♡♡

Yama keluar dari ruangan Rahma, dia melihat Iqbal masih senantiasa duduk didepan ruang itu sambil menenggelamkan wajahnya

Bunda dan Ayahnya sedang mengambil perlengkapan mereka disini

"Lo masih disini?"

Iqbal mendongak kala mendengar suara Yama. Yama tiba-tiba merasa kasihan, cowok itu sudah dari tadi mengunggu disitu, apa dia tidak terlalu kejam?

"Lo boleh masuk" mata Iqbal seketika berbinar "seriusan bang?" Ucap Iqbal tak percaya

Yama mengangguk dan Iqbal langsung masuk keruangan itu dengan semangat

Sebenarnya dia sangat benci berada diruangan ini, bagi Iqbal rumah sakit adalah neraka

Dia duduk disamping brankar Rahma, dia memegang tangan gadis itu sesekali dia menciumnya

"Bangun dong Ma"

"Kamu marah ya? Sampai kamu gak mau bangun gini"

"Maafin aku ya, aku egois gak mau percaya sama kamu"

"Kamu itu alasan aku tetap hidup, plis jangan pergi"

Iqbal terus memegang tangan Rahma sambil mengelus kepalanya yang terasa ringan itu, tubuh pucatnya tidak bisa mengurangi kecantikan gadis itu

Gadis sejuta senyum namun memendam begitu banyak kesakitan

"Kenapa kamu gak bilang kalo kamu punya penyakit ini, kenapa plis bilang ke aku"

Wajah Iqbal sudah memerah, air matanyapun mulai turun, dia tidak mau kehilangan untuk yang ketiga kalinya

"Tau gak besok aku ulang tahun loh, kamu gak ada niatan buat ngerayain bareng aku?"

"Sebenarnya, aku paling benci dengan hari ulang tahun, karena beberapa tahun yang lalu tepat dihari ulang tahunku, Mamah meninggal dan Papah berubah karena kejadian itu"

Flasback on

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Iqbal, selamat ulang tahun" Firman membawa kue ulang tahun untuk Iqbal, beliau dan mendiang Mamahnya saat itu berada dirumah sakit karena Mamah Iqbal sakit keras

Hari itu Iqbal berulang tahun untuk yang ke 9 tahun, setelah beberapa hari dia menemani Mamahnya dirumah sakit sepanjang hari

Iqbal meniup lilin yang ada diatas kue itu "Selamat ulang tahun anak Mamah yang paling ganteng" ucap Mamahnya dengan keadaan yang terbaring di keranjang rumah sakit

"Makasih Mah, Pah" ucap Iqbal menatap Mamah dan papahnya secara bergantian

Namun selang beberapa menit setelahnya, Mamahnya Iqbal tiba-tiba drop kembali, tubuhnya bergemetar tak karuan membuat Iqbal menjadi semakin panik karena kondisi Mamahnya saat ini

"Mah, Mamah kenapa?"

"Tolong kalian keluar dulu, biar kami periksa pasien" ucap dokter rumah sakit itu

Iqbal mondar-mandir didepan ruangan itu, sesekali melihat kearah jendela ruangan, dia sangat khawatir

Tak lama, dokter keluar dari ruangan itu "Gimana istri saya dok?"tanya Firman

"Mohon maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkata lain, istri bapak tidak bisa kami selamatkan"

Iqbal menangis sejadi-jadinya, kenapa ini semua terjadi saat ulang tahunnya? Kenapa?

Flasback off

♡♡♡

TBC!

Pengagum Rahasia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang