◾9◾

157 16 1
                                    

Sekarang Arka sedang berada di cafe dulu saat dia pacaran dengan Vanya. Arka sedari tadi hanya diam, dia mencemaskan Nara. Apa gadis itu sudah pulang ke rumah? Apa dia baik-baik saja? Pikiran Arka saat ini tertuju pada Nara, tapi raganya ada disini bersama Vanya. Vanya juga merasa Arka benar-benar sudah berubah. Dulu, Arka sangat 'bucin' padanya, sekarang? Menganggap Vanya ada saja tidak.

"Ar, lo mikirin apa sih?"

Arka beralih menatap Vanya. "Menurut lo? Gue lagi mikirin apa?"

"Nara! Pasti cewek perebut itu kan?!" Arka rasanya ingin menyumpal mulut Vanya dengan kaos kakinya.

"Lo kalo ngomong jangan sembarangan! Nara itu bukan cewek perebut! Yang ada lo! Lo mau rebut gue dari Nara kan? Jangan mimpi gue mau balikan sama cewek modelan lo!" Arka sudah tau betul permainan Vanya. Vanya mau Arka kembali ke pelukannya, namun tidak akan semudah itu. Hati Arka kini sudah benar-benar terkunci hanya untuk Nara seorang.

"Ar, gue tau gue salah. Gue selingkuh. Gue minta maaf. Masa lo nggak mau maafin gue sih?"

Arka berdecih. "Minta maaf lo telat! Harusnya dari waktu itu, bodoh."

"Ar... Please gue minta maaf."

"Gue udah maafin lo, asal... Jangan ganggu lagi kehidupan gue sama Nara! Gue nggak akan mau balikan sama lo. Inget itu!" Ucap Arka penuh penegasan.

Kalau sekarang Vanya memang mengangguk, dalam hatinya dia menggeleng. Dia akan tetap mengejar Arka sampai Arka ke pelukannya. Arka harus menjadi miliknya, harus! Kalau dia tidak bisa memiliki Arka, siapapun juga tidak boleh memiliki Arka, termasuk Nara.

Arka pergi meninggalkan Vanya sendiri dan pergi ke basecamp bertemu dengan teman-temannya. Disana juga sudah ada Jonathan, Xavier, dan Willy. Wajah Arka kusut sama seperti baju seragamnya, rambutnya berantakan, dasi nya sudah tidak dipakai, Arka melempar tas nya ke sembarang arah. Teman-temannya yang melihatnya merasa heran. Ada juga seperti Willy dan Jonathan yang menduga kalau Arka bertengkar lagi dengan Nara.

"Nara lagi?" Tanya Jonathan. "Minum dulu, Bro. Biar fresh." Lanjutnya.

Arka menerima minuman dari Jonathan. Meskipun mereka anak bandel tapi mereka belum pernah nekat merokok atau meminum minuman keras dan lain sebagainya. Mereka cukup meminum es jeruk buatan Jonathan yang luar biasa menyegarkan.

"Terus kalo bukan Nara apa dong?" Tanya Xavier dan Arka masih diam tak bergeming.

"Ar, ngomong dong. Kita kayak ngobrol sama mayat anjir!" Timpal Willy yang sudah jengkel melihat sikap Arka.

"Vanya, Vanya Melody Scarla." Lirih Arka sambil meneguk lagi es jeruk miliknya. Xavier, Jonathan, dan Willy juga tidak heran dengan seseorang yang bernama 'Vanya' yang berstatus 'mantan' dari Arka. Mereka memang sahabat sejati dari bocah ingusan. Sampai ke mantan aja tahu. Jadi Xavier, Jonathan, dan Willy tau segalanya tentang Arka.

"Dia mau bilang kalo gue sama dia pernah ada hubungan kalo gue nggak turuti permintaan dia." Kini wajah Xavier, Jonathan, dan Willy tidak sepenasaran tadi.

"Emang mau dia apa sih?" Tanya Willy. Teman-temannya juga tidak tahu, Willy ini bego atau apa. Masa hal begitu juga harus dijelaskan.

"Perasaan ibu sama bapak lo pinter-pinter deh, Will. Kok lo begini jadinya?" —Arka

"Kok gue mau temanan sama lo sih, Will?" —Xavier

"Bukan temen gue dia mah!" —Jonathan

Poor Willy yang selalu ternistakan. Dia hanya bisa mengusap dada melihat perlakuan teman-temannya padanya.

"Gue emang nggak paham. Emang apa sih mau nya Vanya?" Tanya Willy sekali lagi.

"Willy Anderu, Vanya itu mau balikan sama Arka." Jawab Jonathan pelan-pelan agar Willy bisa memahami.

"Dih, Arka kan udah punya Nara!" Seru Willy dan diangguki oleh semuanya. "Bukannya dia dulu yang selingkuh? Terus sekarang ngemis cinta sama Arka?" Arka mengangguk. "Jijik gue lihatnya juga. Dia bilang dia rela pindah sekolah demi ketemu gue."

"Dasar cewek murahan." Xavier si kalem tapi mulutnya sebelas dua belas dengan cabe rawit. Sangat pedas. Xavier juga dikenal paling dingin diantara Arka, Willy, dan Jonathan. Jika mereka ada perempuan lewat dan memberi sapa, mereka akan menjawab juga dengan ramah. Sedangkan Xavier hanya diam, senyum sedikitpun juga tidak.

"Sekarang apa yang bakal lo lakuin, Ar?" Tanya Jonathan. Pertanyaan yang sedari tadi Arka pikirkan.

"Gue belum tahu, Jo. Bantuin mikir dong. Daripada lo diem aja."

"Ayo guys kita bantu Arka!" Seru Willy. Setelah itu mereka merencanakan sesuatu untuk Arka.

***

Nara sedang berdiam diri di balkon kamarnya ditemani susu coklat hangat dan Coco yang bergelayutan manja. Kucing abu-abu itu semakin hari semakin manja sikapnya. Membuat Nara, Vina, dan Vito terkekeh. Belakangan ini juga Niko kerap terlihat mengusap lembut Coco. Dulu tidak pernah sekalipun mengusap Coco, melihatnya saja membuat Niko kabur. Nara juga tidak tahu kenapa Niko bisa seperti itu pada Coco sekarang.

Tiba-tiba Vina datang dan ikut duduk di balkon. Karena berhubung balkon kamar Nara bisa melihat balkon kamar Arka jadi Vina rasa anaknya ini merindukan kekasihnya. Nara dan Arka sengaja memilih kamar yang ada balkonnya, agar saat mereka merindukan satu sama lain, mereka bisa bertemu di balkon.

"Cieee, kangen pacar ya, Kak." Nara yang awalnya tidak menyadari kehadiran Vina langsung terperanjat kaget. Tidak ayah tidak ibu, dua-duanya sangat suka mengejutkan Nara.

"Ya ampun, Mih... Kalo Nara jantungan gimana? Mamih ngagetin aja."

"Kamu jantungan ya tinggal dibawa ke rumah sakit. Simpel banget kan, Nak." Nara menggerutu pelan agar tidak didengar oleh Vina. Kalo sampai Vina dengar, bisa habis Nara sekarang.

"Kangen sama Arka ya?" Tanya Vina dan Nara mengangguk. "Iya gitu deh, Mih."

"Arka ada di bawah tuh, katanya mau ketemu kamu." Nara mengangguk cepat lalu buru-buru dia turun untuk menemui Arka. Vina hanya menggeleng pelan melihat anaknya yang sangat menyayangi Arka. "Dasar anak bucin...!"

Nara melihat Arka sudah mengenakan pakaian santainya. Hanya mengenakan celana panjang hitam dan kaos putih, rambutnya sedikit basah, sepertinya Arka baru selesai mandi.

"Ar, lo udah mandi?"

"Udah dong, masa mau ketemu pacar masih bau sih."

Nara cengengesan dan langsung memeluk Arka. Entahlah hati ini dia merasa merindukan Arka. Padahal sering bersama. "Ar, gue kangen."

Arka juga sama, mungkin Nara akan merasakan rindunya sesaat, namun Arka setiap hari merindukan Nara. Setiap malam Arka ingin sekali memeluk Nara namun dia tahu waktu, mungkin Nara sudah tidur. Arka mencium kening Nara. "Gue juga kangen sama lo. Maaf ya tadi nggak bisa antar lo pulang."

"Gapapa kok, gue baik-baik aja naik bis juga."

"Nih gue bawa martabak manis. Sekarang lo mau apa? Gue temenin sampe malam hmm kalo boleh gue nginep sini." Ucap Arka diselingi tawa.

"Ar, kita nonton film yuk!"

Arka tersenyum manis. "Boleh." Arka merasa bersalah pada Nara karena dia tadi lebih memilih menemani Vanya daripada pulang bersama Nara. Jadinya, Arka akan menuruti semua permintaan Nara termasuk menemani nya menonton film.

Mereka menonton film dengan asyik sesekali menyuapkan martabak. Arka sangat manis hari ini, tidak ada Arka yang pemarah. Nara sangat senang hari ini, meskipun hanya ditemani nonton film dan dibawakan martabak. Sampai akhirnya Nara tertidur di pundak Arka. Arka dengan cepat memindahkan Nara ke kamarnya. Dikecupnya kening Nara cukup lama sebelum dia pulang.

"I am sorry, Naraya..."

***

To be continued.
Arka nya di part ini manis bgt, gada Arka yang apa-apa tukang ngambek 😂 maap yaa kalo rada gaje, hanya ini yang ada di pikiranku. 🙂 Harap dimaklumi:)

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang