◾13◾

110 14 0
                                    

Arka membawa Nara ke tempat dimana mereka resmi menjadi pasangan kekasih. Nara jadi teringat saat dulu Arka mengungkapkan perasaan padanya. Nara senang karena Arka mengajaknya kemari, itu artinya Arka sudah tidak marah lagi bukan? Nara bersyukur jika Arka benar-benar tidak marah lagi.

"Ar, lo bolos dan lo bawa gue ke tempat ini. Mau ngapain sih?"

"Urusan latihan gampang, gue bisa izin sama ketua, hari ini doang. Lo nggak mau baikan sama gue?"

"Y-ya mau."

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Yaudah jelasin semuanya, Nara cantik." Nara merona saat Arka kembali memujinya.

Nara menghela nafasnya. "Arka, yang kasih hadiah itu bukan gue. Meskipun gue tahu kelemahan lo, bukan berarti gue harus kasih lo hadiah begituan. Gue nggak tahu apa-apa tentang hadiah itu. Lo nggak baca pesan gue? Gue nyuruh lo ke rooftop bukan ke gudang." Jelas Nara panjang lebar. Arka hanya diam menyimak penjelasan Nara. Arka juga sebenarnya tidak percaya kalau Nara yang memberi hadiah itu.

"Lo percaya kan sama gue? Gue nggak mungkin kasih lo kayak begitu. Kalo lo nggak percaya lo jahat, Ar. Selama dua tahun ini mana kepercayaan lo buat gue?" Nara malah menangis. Arka saja belum memulai bicara tapi Nara sudah menangis. Muncul ide jahil dalam pikiran Arka. Dia rindu menggoda Nara.

"Gue nggak percaya! Yang tau kelemahan gue itu cuma lo!"

Tangis Nara semakin menjadi-jadi saat Arka mengatakan hal itu. Padahal dia sudah berharap Arka dengannya akan berbaikan. Tapi nyatanya Arka tidak mempercayainya. "Hiks..hiks... Padahal gue ikuti lo gue kira kita bakal baikan. Gue udah kangen banget sama lo. Lo malah nggak percaya sama gue. Gue cinta mati sama lo, mungkin sekarang lo udah nggak cinta lagi sama gue. Hiks..hiks.." Ucap Nara tersedu-sedu.

Arka terkekeh, rencananya berhasil membuat Nara seperti ini. Arka jadi gemas. Arka percaya, Nara tidak akan membuat hal seperti itu. Nara nya bukan tipe orang yang seperti itu. Arka menarik Nara ke dalam pelukannya. Dikecupnya kening Nara cukup lama. Arka juga sangat merindukan Nara. Nara sedikit terkejut dengan perlakuan Arka. Apa-apan maksudnya? Bukankah tadi dia tidak percaya? Kenapa sekarang dirinya malah dipeluk erat begini.

"Sayang, gue percaya kok sama lo. Lo nggak bakal berbuat kayak begitu sama gue. Gue minta maaf, kemarin-kemarin gue nggak percaya sama lo. Gue juga kangen banget sama lo. Banget, banget, banget. Kangen Nara yang galak ini nih." Nara memukul sedikit keras dada Arka.

"Aww... Tuh kan kumat lagi galak nya." Arka mengacak-acak rambut Nara. "Satu lagi, Nar. Gue juga cinta mati sama lo."

Pipi Nara merona saat Arka mengatakan hal itu. Arka nya sudah kembali. Tidak ada kata 'marahan' lagi antara Nara dan Arka. Nara harap semoga pelaku cepat ditemukan. Nara tidak sabar ingin menjambak rambutnya.

"Ar, makasih ya. Makasih karena lo udah percaya sama gue."

Arka mengulum senyumnya. "Itu kan udah jadi tugas gue sebagai pacar buat saling percaya. Gue minta maaf karena gue nggak percaya sama lo. Gue bener-bener nyesel." Nara mengarahkan telunjuknya ke bibir Arka supaya lelaki itu berhenti meminta maaf. Ini bukan salah Arka, malahan disini Arka sebagai korban. Keselamatan Arka hampir terancam gara-gara hadiah misterius itu.

"Tsut, jangan salahin diri lo sendiri. Kita sama-sama cari pelakunya."

"Pokoknya gue nggak bakal biarin orang itu lolos gitu aja! Besok kita harus jadi detektif, kayak si Upin dan Ipin, si botak kembar." Ucap Arka diiringi tawa. Nara sangat merindukan senyum manis ini.

"Apaan sih lo lebay banget!"

"Nar, hadiah dari lo mana? Katanya bawa hadiah buat gue." Nara jadi teringat dengan hadiah nya untuk Arka.

"Hadiah dari gue buat lo, gue bakal turutin lima permintaan apapun yang lo mau. Asal jangan yang aneh-aneh! Awas aja lo!" Arka seperti mendapat lampu hijau. Arka bisa meminta apapun yang dia inginkan, termasuk bermanja-manjaan bukan? Ya! Arka lebih manja daripada Nara. Nara rasa dia punya bayi besar yang selalu manja dengannya. Nara juga manja, tapi tidak sesering Arka.

"Serius?! Gue boleh minta apapun sama lo? Lo nggak bohong kan?!" Tanya Arka tak bisa di rem.

"Serius, lo boleh minta apapun dan gue nggak bohong."

Arka mengangguk mantap lalu dia menggenggam tangan Nara. "Permintaan pertama gue, stay with me. Lo harus tetap disini sama gue apapun masalah yang datang sama gue ataupun lo sendiri."

Nara terenyuh. Arka memang bukan kekasih romantis tapi Arka lelaki setia. Dia masih bertahan disini bersama Nara meskipun sikap Nara yang selalu membuatnya jengkel, Arka bisa menerima kelebihan dan kekurangan Nara. Begitupun Nara, dia juga menerima apapun yang ada di dalam diri Arka. "Semoga Tuhan selalu mentakdirkan kita selalu bersama, Ar."

"Gue pasti berdoa kebaikan buat hubungan kita ini. Semoga kita bisa sama-sama sampe kita punya anak yang lucu-lucu." Oh tidak, Nara sekarang merona. Lagi-lagi Arka berpikir sampai sejauh itu. Menikah saja belum sudah bicarakan anak.

"Ar, udah dong gue malu nih."

Arka mendongakkan wajah Nara yang menunduk. Benar saja gadis itu pipinya sudah memerah. Arka selalu saja bisa menggoda Nara. "Cantik banget sih kalo lo lagi malu-malu begini. Jadi pengen cepet nik—"

"Stop!" Nara tahu maksud Arka. Nara tidak mau pipinya semakin mirip kepiting rebus.

"Kita pulang yuk. Permintaan gue sisa empat kan? Kita bicarain aja dirumah." Nara mengangguk lalu menggenggam tangan kekar Arka. Tangannya sangat mungil. Jika dibandingkan dengan tangan Arka, Arka akan mengejeknya.

Selama perjalanan pulang, Nara dan Arka tidak ada yang memulai obrolan. Arka juga fokus mengendarai motornya sedangkan Nara asyik mendengarkan lagu milik Chanyeol EXO dan Punch yang berjudul 'Stay With Me' mengingatkan dia tentang permintaan pertama Arka. Tidak lupa juga tangan Nara yang erat memeluk Arka.

***

To be continued.
Aku juga bucin bgt sama mas chanyul ❤️ kalo denger lagu Chanyeol sama Punch yang itu cocok banget ya sama hati yang lagi ber-flower-flower. 😂

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang