◾26◾

74 7 0
                                    

Arka dan Nara menuju ruangan cctv sekolah. Tidak ada di cctv yang disimpan di gudang, hanya saja jalan dari lorong menuju gudang disimpan cctv. Pasti terekam seseorang yang menuju gudang. Pak Santoso selaku penjaga ruangan cctv, terheran-heran melihat dua murid ini yang memaksa untuk melihat rekaman pada tanggal 7 Agustus yang lalu. Tidak biasanya murid bertanya rekaman seperti Nara dan Arka sekarang.

"Pak, kita mau lihat rekaman tanggal 7 Agustus kemarin, pasti masih ada kan?" Tanya Arka. Dia benar-benar lupa dengan masalah ini. Padahal masalah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja.

"Buat apa, Arka? Kok kamu nih ngotot banget pengen lihat. Memangnya ada apa?"

"Aduh, Pak... Sekarang kita berdua pengen lihat dulu rekamannya. Nanti kita jelasin masalahnya." Sahut Nara tidak sabar. Dia juga lupa dengan perihal hadiah misterius yang membuat hubungannya dengan Arka hampir berakhir.

"Yasudah tunggu sebentar, bapak cari dulu. Tapi habis lihat rekamannya kalian harus jelasin sama bapak masalahnya ya. Siapa tahu bapak bisa bantu."

Nara dan Arka mengangguk bersamaan. "Makasih sebelumnya, Pak."

Pak Santoso memperlihatkan rekaman pada tanggal 7 Agustus dulu, ternyata masih ada. Disana terlihat jelas sekali seseorang memakai pakaian serba hitam dengan membawa kotak yang Arka dan Nara yakini isinya adalah jam dan ulat bulu. Tapi saat dia berbalik, wajahnya tidak terlihat. Dia memakai topi, masker, dan kacamata hitam. Pokoknya pakaiannya serba hitam. Dari penampilannya sih sudah pasti lelaki. Tapi Arka dan Nara tidak tahu siapa yang bermaksud seperti itu.

"Loh ini siapa ya?"

"Dia orang yang bikin saya pingsan waktu ulang tahun saya, Pak."

"Oh jadi maksud kamu dia orang jahat gitu?" Arka mengangguk mantap. "Kalo nggak, ya mau apa lagi? Dia berniat buat mencelakakan saya, Pak. Untung aja saya masih selamat."

"Terus sekarang apa yang bakal kamu lakukan?"

"Yang jelas cari pelakunya dong, Pak. Menurut bapak dia siapa?" Tanya Nara.

"Bapak nggak tahu, Nara. Bapak nggak mau asal tuduh. Lagian itu sih pake pakaian serba hitam gitu."

"Iya juga sih, Pak. Penjahat itu pinter-pinter ya." Ucapan Nara diangguki oleh Pak Santoso dan juga Arka yang masih memperlihatkan rekamannya.

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang mengintip sambil tertawa licik. "Udah gue bilang, nggak akan semudah itu buat beresin masalah ini. Iya meskipun gagal, gue masih punya rencana lain. Let's play the game, Arka and Nara!"

***

Nara, Vina, dan Cilla sedang bergelut dengan alat-alat dapur. Ketiga perempuan cantik itu sedang memasak makan malam. Ya, Cilla menginap dirumah Nara. Karena sedari tadi Cilla dibuntuti oleh Ricky juga anak buah Papa nya. Dirumah, Cilla hanya sendiri dirumah, karena kedua orang tua nya harus pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis. Jadinya Cilla menginap satu hari saja di rumah Nara. Keluarga Nara tidak keberatan dengan hal itu, mau Cilla tinggal selamanya juga tidak apa-apa. Vina juga tak habis pikir dengan kelakuan Ricky, diam-diam menghanyutkan.

"Tante masih nggak nyangka loh, Cil. Masa Ricky jadi anak kayak gitu sih?" Vina masih tidak percaya. Ibunya Ricky dia jelas-jelas membanggakan Ricky.

"Iya tante, makannya aku nggak mau pacaran sama dia. Boro-boro pacaran, deket aja nggak mau. Hih!!" Jawab Cilla dengan memotong wortel kecil-kecil.

"Iya, Mih. Bahkan Nara aja sampe kena semprot. Emang bener-bener tuh si Ricky harus dikasih pelajaran! Untung aja Cilla nggak jadi gue jodohin sama Ricky."

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang