◾19◾

79 6 0
                                    

Keluarga Arka baru saja menyelesaikan makan malam. Arka, Raffi, dan Leni sedang bersantai sambil menonton sinetron kesukaannya. Kebetulan hari ini Raffi tidak lembur, jadinya dia sudah ada dirumah. Belakangan ini Raffi sering lembur. Datang paling pagi dan pulang paling larut. Arka juga sudah lama tidak quality time bersama ayahnya. Semenjak dia SMA, Arka selalu sibuk dengan tugas-tugasnya. Hari libur juga kadang dia latihan atau berpergian dengan Nara meskipun hanya keliling kelompok. Intinya Arka merindukan ayahnya yang belakangan ini memang sibuk.

"Papa..." Panggil Arka.

Raffi menoleh sambil tersenyum ke arah putra semata wayangnya. Putranya sudah beranjak dewasa. Perasaan dia baru saja menuntun Arka belajar berjalan sekarang sudah punya pacar. "Kenapa?"

"Arka pijatin, Pah. Pasti Papa pegel banget." Ucap Arka penuh dengan ketulusan.

Raffi sangat tahu karakter anaknya. Pasti Arka ingin meminta sesuatu. "Sebutin apa yang kamu mau."

Arka terdiam. Dia tidak menginginkan apa-apa, tapi kenapa ayahnya harus berkata seperti itu? Apa karena Arka sudah terlalu sering bersikap seperti ini sampai sekarang dia berucap dengan tulus pun ditanya begitu. "Papa apaan sih? Nggak kok. Arka pijatin Papa ya."

"Boleh kok. Tolong pijat kaki Papa ya. Rasanya pegel banget."

"Siap, Pah!"

Arka memijat kaki Raffi dengan baik. Leni yang sedang menonton sinetron mengalihkan perhatiannya pada tontonan yang lebih seru, dimana anaknya sedang memijat ayahnya. Leni menyunggingkan senyuman, sudah lama dia tidak melihat hal-hal seperti ini.

Tok tok tok!

Pintu rumah diketuk dengan cukup keras. Entah siapa yang ada diluar sana. Leni hendak membuka pintunya, namun Arka segera mencegahnya. "Biar Arka aja, Mah."

"Hati-hati, Nak!" Ucap Leni sedikit khawatir.

Arka segera membuka pintu depan, diikuti Raffi dan Leni dibelakang. "Hati-hati, Arka." Sahut Raffi.

"Iya Papa."

Arka membuka pintunya dan, "Lo ngapain kesini?!"

Gadis yang ada di depannya kini memeluknya erat. "Ar, tolongin gue! Gue takut banget!"

"Lepasin dulu anak saya, Vanya!" Ucap Leni sambil memisahkan pelukan antara Arka dan Vanya. Ya, gadis itu adalah Vanya yang menggedor pintu dengan keras.

"T-tante..."

"Lo ngapain disini?!" Tanya Arka lagi dengan nada yang emosi.

"Ar, gue takut. Di rumah ada penjahat." Arka tidak tau apa yang akan dilakukan Vanya. Tapi dengan melihat wajah Vanya yang keringat dingin membuat Arka penasaran.

"Arka, Vanya nya disuruh masuk dulu. Vanya silahkan masuk dan jelaskan di dalam." Suruh Raffi. Dia juga tahu kenapa Arka dan Vanya putus.

"M-makasih, Om."

Sekarang Vanya sudah ada dihadapan Arka, Leni, dan Raffi. Dia hanya menunduk tidak berani menatap mereka bertiga sampai Arka bertanya lagi. "Ngapain lo kesini?!"

"Rumah gue ada perampok, Ar. Gue takut, makannya gue lari kesini." Jawab Vanya dengan air mata yang berlinang. "Orang tua gue lagi di luar negeri, gue sendirian di rumah."

"Perampok? Sudah di cek apa yang hilang?" Tanya Raffi. "Kenapa kamu berlari kesini?"

"Perhiasan Mama hilang, Om. Laptop Papa juga dan kenapa aku lari kesini karena disana aku nggak punya tetangga yang baik sama aku. Cuma kalian yang aku kenal." Memang Vanya ini anak yang sombong dan angkuh, pantas saja semua tetangganya tidak suka.

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang