◾17◾

87 11 0
                                    

Nara berjalan gontai, tubuhnya menggigil saat Niko dengan sengaja menumpahkan air satu ember penuh saat membangunkannya. Sungguh adik laknat. Nara ingin melempar Niko ke sungai Amazon sekalian. Nara masih terlihat menggigil sampai dia mengenakan jaket tebal saat sarapan.

"Nara, kamu masih kedinginan?" Tanya Vito. Sudah jelas Nara menggigil begitu, tapi Vito malah bertanya. Jadinya Nara tidak menjawab pertanyaan Vito, sebelum Nara menjawab juga ayahnya pasti tahu.

"Nara, pake jaket lagi gih. Kamu pasti masih kedinginan. Masalah Niko biar nanti Mamih yang urus." Niko? Anak itu sudah berangkat duluan saat niatnya untuk mengerjai Nara selesai. Dia tidak tahu Nara sampai menggigil seperti ini.

"Nara, kita pergi ke pelaminan yuk!" Teriak Arka dari luar. "Eh salah! Kita ke pergi sekolah, Nar!" Teriak Arka lagi.

"M-mamih, P-papih, Nara berangkat dulu." Nara menyalami kedua orangtuanya yang masih khawatir dengan keadaan Nara.

Arka sedikit terkejut dengan penampilan Nara. Biasanya gadis itu akan memakai jaket biasa atau hoodie. Tapi sekarang Nara memakai jaket super tebal. "Yang, lo sakit?" Arka segera menempelkan punggung tangan nya ke dahi Nara. Wajah gadis itu dingin.

"Nar, lo gapapa kan?"

Nara menggeleng. "D-dingin banget."

"Lo kenapa bisa kedinginan gini? Lo mandi pake es batu?"

"I-ih bu-bukan! Ayo cepet ke sekolah."

"Kasian banget sih, kalo bukan mau sekolah udah gue peluk biar badan lo hangat." Nara sedikit menyunggingkan senyumnya saat Arka mengucapkan hal manis pagi hari. Mereka pun langsung berangkat dengan Nara yang memeluk Arka dengan erat.

***

Keadaan Nara semakin membaik. Tubuhnya kembali normal karena berjemur di bawah sinar mentari pagi, ditemani Cilla dan Dimas juga. Meskipun hanya sebentar, setidaknya tubuh Nara lebih baik daripada tadi pagi. Nanti saat dia sudah pulang sekolah, Nara tidak akan melepaskan Niko. Pokoknya Nara harus balas dendam. Nara tidak punya sifat pendendam, tapi entah kenapa rasanya adiknya itu perlu diberi pelajaran.

Nara, Cilla, Dimas, dan juga Vanya sedang duduk di kantin dengan makanan kesukaannya masing-masing. Awalnya mereka hanya bertiga kemari, ada Vanya yang tiba-tiba datang dan mau makan bersama.

"Kalian tau nggak foto yang kemarin si Kevin kirim? Gila anjir tuh orang pacaran gimana sih? Backstreet tapi di publikasi. Gue nggak tau Kevin tau dari mana itu."

Nara juga ikut mengobrol dengan obrolan foto yang kemarin Kevin kirim. Foto yang menunjukkan ada lelaki sedang berpelukan mesra dengan perempuan yang katanya mereka berdua sekolah disini. "Iya ya, gue juga heran sama mereka. Mereka posting kayak begitu buat apaan sih? Pake ditutup lagi wajahnya."

"Kalian masuk gosip nya Kevin?" Tanya Dimas, Nara dan Cilla mengangguk.

"Iya, Dim. Lo harus masuk juga biar nggak kelewat info." Sahut Cilla.

"Nggak mau, buat apaan coba gosip-gosip kayak begitu." Jawabnya santai. "Nar, lo udah gapapa kan? Gimana badan lo masih kedinginan nggak?" Tanyanya lagi.

"Udah kok. Badan gue udah lebih baik daripada tadi. Ini semua berkat ide lo yang suruh gue buat jemur di rooftop. Makasih ya, Dim." Ucap Nara sambil tersenyum ria.

Dimas gemas dengan tingkah Nara yang seperti anak kecil. Makan saja saus nya sampai belepotan sana sini. Dimas tanpa ragu mengusap sudut bibir Nara dengan ibu jarinya. Nara sedikit terpaku dengan perlakuan Dimas. Bukan apa-apa, Nara hanya takut ada Arka atau salah satu temannya.

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang