◾6◾

190 22 13
                                    

Hari ini hari libur, kebiasaan Nara di hari libur selesai membereskan rumah, baju, dan membersihkan diri dia akan rebahan sampai malam. Tugas? Malam aja. Kebiasaan juga menunda-nunda tugas saat libur. Bagi Nara, hari libur itu waktunya refreshing. Belajarnya ya nanti malam aja.

Seperti sekarang Nara tidak bergelut dengan PS atau robotnya, melainkan laptopnya. Dia tengah asyik menonton drama Korea yang dibintangi Ji Chang Wook dan Nam Ji Hyun. Nara suka sekali dengan drama ini. Kalau sudah asyik menonton seperti ini dia tidak mau diganggu, Mamih, Papih, Niko, atau pacarnya sekalipun.

"Dorrrr!!!"

"Anjing! Setan! Monyet! Babi mirip Niko!"

Niko yang sedang merakit robot dipanggil langsung menoleh. "Anjir! Jangan sama-samain gue sama babi!"

"Biarin aja! Lo emang mirip babi!"

Nara merasa telinga sebelahnya ditarik seseorang. Ternyata Vito, Ayahnya. Vito ini sudah mengajarkan anak-anaknya bahasa yang baik, tapi entah kenapa anak-anaknya ini masih sering menyebutkan hal-hal seperti itu. Apalagi Nara anak perempuan tidak pantas berbicara seperti itu.

"Anak perempuan itu ngomong nya sopan. Nara kok malah ngomong gitu waktu Papih kagetin tadi."

Nara cengengesan. "Hehehe, maaf Papih. Habisnya Papih enggak ada kerjaaan banget kagetin Nara."

"Mau Papih masukin ke les bahasa Indonesia yang sopan dan baik?"

Nara menggeleng cepat. "Jangan! Nara nggak mau les bahasa! Janji deh Nara nggak bakal ngomong kotor lagi."

Vito mengusap kepala anaknya. "Mengatakan janji itu memang mudah, tidak seperti melakukannya. Jangan mudah berjanji kalau kamu belum bisa tepati janji kamu itu, Nak."

"Maaf..." Ucap Nara menunduk.

"Gapapa, asal lain kali jangan diulangi lagi. Jangan menunduk gitu dong, cantiknya nggak kelihatan."

Nara mendongak tersenyum lalu memeluk Vito. Vito adalah superhero bagi hidupnya. Bukan Arka cinta pertamanya, melainkan Vito. Seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya.

"I love you, Papih!"

Vito membalas pelukan anaknya. "Maaf Nak, ada hati Mamih kamu yang harus Papih jaga."

Nara melepas pelukannya. Ayahnya ini lawak atau apa sih. "Apaan sih! Papih ini lebay banget. Bukan gitu maksud Nara."

"Hahaha, iya Papih ngerti. Love you too, my little princess."

"Jadi Kak Nara doang nih yang disayang." Ucap Niko sambil mengendus-endus kepalanya. Vito hanya geleng-geleng kepala lihat putra keduanya manja. "Kamu juga my little prince."

"Papih, ayo nanti kita telat." Nara baru sadar, orang tua nya sudah berpakaian rapi. Tidak seperti biasanya, Ayahnya yang biasanya pakai kaos oblong, ibunya dasteran.

"Papih sama Mamih mau kemana? Rapih bener!" Seru Niko.

"Kondangan dong. Masa kondangan pakai daster." Jawab Vina.

"Gapapa, Mih. Bagus tau."

"Bagus-bagus pala mu! Kita berangkat dulu ya. Kakak, Mamih titip jemuran. Jangan sampe telat angkat! Niko, Mamih titip Coco. Jangan sampe telat kasih makan! Kalau mau keluar kunci pintu simpan di tempat biasa! Kalau mau keluar juga bawa payung! Sekarang musim penghujan." Jelas Vina panjang lebar. Selalu saja seperti ini saat hendak berpergian.

Nara hanya iya-iya saja. Sedangkan Niko misuh-misuh. Lebih baik dia ditugaskan menjaga jemuran daripada Coco. Jelas, dia tidak akur dengan Coco. Coco ini kucing peliharaan keluarga Nara yang berbulu abu-abu. Kucing pintar tapi Niko tidak menyukainya dengan alasan Coco suka mencakar. Dulu pernah saat Nara menitipkan Coco pada Niko, entah bagaimana kronologis nya Niko nangis kejer-kejer mengadu dengan Vina karena dicakar Coco. Vina dengan cepat membawa Coco dan membiarkan Niko menangis kesakitan. Sudah terbukti kucing lebih menggemaskan daripada dirinya.

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang