◾15◾

100 14 1
                                    

Selain mempunyai adik Nara juga mempunyai kakak angkat yang tinggal di kota Semarang semenjak menikah. Meskipun anak angkat, keluarga Nara sangat menyayangi Nilam. Nilam dan Juna beserta anak kecilnya sekarang sedang berkunjung ke rumah Nara. Rumah Nara sekarang ramai karena kedatangan keluarga Nilam. Nara sangat gemas dengan Anin yang masih berusia empat tahunan. Disana juga ada Arka, dia berniat untuk mengajak Nara jalan-jalan karena hari ini hari Minggu. Dia juga ikut gemas dengan tingkah Anin.

"Nara sama Niko udah gede ya, Mih. Perasaan baru kemarin deh Nara lulus sd, sekarang udah punya pacar aja. Niko nggak bawa juga nih?" Nilam menggoda Niko. Niko si presiden jomblo hanya menjawab dengan acuh.

"Masih happy jomblo, Kak."

"Halah kamu nih betah jomblo. Tuh ada cewek mau sama kamu." Nilam masih ingat saat Niko masih SD ada anak kecil yang mengejar-ngejar Niko. Dia dengan lantang nya berteriak kalau dia menyukai Niko.

"Hah? Cewek yang mana, Kak?"

"Jangan pura-pura lupa lo! Dia juga masih tinggal di komplek ini kok." Timpal Nara yang sedang menggendong Anin dan Arka disebelahnya yang asyik bermain dengan Anin.

"Bodo amat!"

"Tante, Om, Kak, Arka mau pinjem Nara sebentar ya. Gapapa kan?" Arka anak yang sopan. Dia selalu meminta izin dari orang tua Nara langsung saat dia hendak berpergian dengan Nara.

"Boleh aja, kamu jaga Nara ya." Jawab Vito dan Arka mengangguk. "Siap, Om!"

Nara juga yang sudah siap dengan setelannya hendak memberikan Anin pada Juna, ayahnya. Tapi Anin tidak melepas pelukannya pada Nara. "Anin cantik, Aunty nya mau pergi dulu sebentar ya. Anin tunggu dulu disini."

Anin menggeleng. "Ndak au, Aunty. Anin mau ikut sama Aunty dan Om."

Nara melirik ke arah Arka. Biasanya lelaki itu selalu tidak suka jika ada yang ikut saat dia pergi berdua dengan Nara. Yang ada nanti malah menganggu. Arka mengangguk, dia menyetujui Anin untuk ikut. Tidak seperti biasanya.

"Kak, aku bawa Anin jalan-jalan ya."

"Pasti udah lulus sekolah langsung nikah. Udah cocok begini." Sahut Juna saat Nara mulai menggendong dan menggenggam tangan Arka. Nara dan Arka yang mendengarnya malah tersenyum kikuk.

"Apaan sih, Kak. Nara mau sekolah dulu ya, baru nikah." Jawab Nara sambil tersenyum malu-malu. Belakangan ini entah kenapa Nara selalu mendengar kata 'menikah' mana mungkin dia menikah disaat SMA seperti ini. Kalo Nara bunting pas masih belajar kan bahaya.

"Nikah nya sama Arka ya." Bisik Arka tepat ditelinga Nara.

Arka membawa mobil bukan motor matic kesayangannya. Sengaja dia bawa mobil. Apalagi sekarang mereka membawa anak kecil.

"Aunty, Uncle Arka ini siapa?" Tanya Anin dengan suara yang amat sangat imut.

"Siapa ya? Aunty nggak kenal sama dia." Jawab Nara dengan tawa.

Arka menoleh ke arah Nara. Ditatapnya Nara dengan tatapan sebal. "Anin, mau tau siapa Uncle? Uncle ini suami nya Aunty Nara." Ucap Arka santai. Nara langsung membelalakkan matanya.

"Suami? Suami itu apa, Uncle?" Arka semakin gemas dengan Anin sudah lucu polos lagi.

"Ayah Juna itu suaminya Ibu Nilam. Nah kalo Uncle, suaminya Aunty Nara." Anin mengangguk-angguk seperti mengerti saja.

Nara mencubit lengan Arka cukup keras. Galak nya kumat. "Arka! Anak kecil begini mana paham hal kayak gitu!" Arka meringis kesakitan karena cubitan Nara baginya cukup keras. Mungkin bagi Nara itu kecil.

"Aunty, Uncle nya kok dicubit? Kasian tuh. Uncle gapapa kan?" Tanya Anin sambil mengusap-usap lengan Arka.

"Uncle gapapa kok, Sayang." Ucap Arka sambil melirik ke arah Nara yang menatapnya tajam.

"Uncle nya nyebelin, Anin. Makannya Aunty cubit biar tau rasa!"

"Aunty nya galak ya? Anin kok mau sih punya Aunty galak gitu?" Tanya Arka pada Anin. Nara sudah kesal dengan Arka, dia menutup telinga Anin agar tidak mendengar lagi ucapan-ucapan Arka. Bukannya menyetir dengan baik malah menggoda Nara.

"Nyetir yang bener lo!"

"Siap, Sayang!"

Anin asyik dengan mainan yang ada di mobil seperti squishy sedangkan Nara menatap lurus jalanan yang sangat ramai kendaraan. Arka juga fokus menyetir, dia akan membawa Nara ke suatu tempat.

"Nar, lo suka anak kecil ya?" Tanya Arka.

Nara menoleh dan tersenyum. "Iya suka, apalagi anaknya selucu Anin."

"Mau nggak?"

Nara salah tingkah. "M-mau apa?"

"Mau nggak bikin sama gue? Gitu aja nggak paham." Arka tertawa kecil saat melihat wajah merona Nara. Pipinya yang chubby itu memerah karena ucapan Arka barusan.

"A-arka nyetir yang bener, please..."

"Jawab dulu pertanyaan gue. Mau nggak bikin yang lucu-lucu sama gue?" Tanya Arka sekali lagi.

"Arka please!!!" Menurut Nara ini adalah pertanyaan random yang pernah Arka tanyakan. Tidak ada pertanyaan lain apa.

Arka membawa Nara dan Anin ke mall. Arka bilang dia ingin mengajak dua putri cantik ke timezone setelahnya belanja dan makan. Sekarang giliran Arka yang menggendong Anin di sebelah kirinya. Sebelah kanannya dia gunakan untuk menggenggam Nara. Sudah seperti keluarga bukan? Ya! Orang-orang yang melihat juga mereka seperti suami istri yang menikah muda.

Lumayan lama Arka, Nara, dan Anin bermain di timezone. Anin dan Nara begitu ceria saat bermain beberapa permainan. Arka juga ikut bahagia, dia bahagia melihat Nara yang tersenyum ria begitu.

Arka mengajak dua perempuan cantik itu untuk belanja. Kalau saat jalan bersama seperti ini Arka suka belanja. Nara heran, baju Arka semuanya masih bagus tapi lelaki itu malah menjawab dengan satu kata, 'bosan'

"Nar, menurut lo bagus yang mana? Yang hitam, putih, atau abu?"

Nara melihat kemeja yang Arka pilihkan secara bergantian. Menurut Nara semuanya sih bagus, tapi tidak mungkin Arka membeli semuanya. Harganya juga lumayan.

"Permisi Mas dan Mba, ada yang perlu saya bantu? Baju sekitaran anak kalian ada di sebelah sana. Mari saya temani untuk melihat-lihat dulu."

Nara dan Arka menganga mendengar perempuan yang tiba-tiba muncul dan mengatakan kalau Anin ini adalah anak mereka. Memang sebegitu kelihatan seperti keluarga? "Ah iya ini anak saya. Anak saya lebih suka baju lengan pendek, tolong dicarikan ya. Bahan dan motifnya harus bagus." Ucap Arka seperti seorang ayah. Nara hanya diam menatap Arka yang berbicara begitu santai. Bagiamana bisa seorang anak SMA bisa jadi daddyable begini? Nara benar-benar tidak paham.

"Istrinya juga mau dipilihkan sekalian, Mas? Disini ada baju keluaran terbaru." Nara semakin terdiam mendengar perempuan berkata hal seperti itu. Nara diam tidak menjawab.

Arka merangkul pinggang Nara. "Istri saya ini memang pendiam. Pilihkan juga ya baju yang pas untuknya." Nara menatap Arka penuh haru. Di mata Arka, Nara begitu spesial sampai dia panggil Nara dengan panggilan 'istri'

Setelah perempuan tadi pergi untuk memilihkan baju, Nara memeluk Arka dari samping. "Arka, i love you so much!"

"Love you too, my wife!"

Nara menatap Arka dengan kesal namun setelahnya dia tersenyum karena melihat Arka yang tersenyum manis. "Belom juga, masih jadi pacar ya!"

"Hehehe, yaudah besok nikah."

"Kan masih sekolah, Arka!"

"Yaudah hari Minggu aja nikahnya, kan sekolah libur, hehehe."

Tidak!! Nara tidak mau pipinya semakin merona. Dia kembali memeluk Arka, pacarnya yang sudah kebelet menikah.

***

To be continued.
Aciaaa udah kayak keluarga aja 🙈 masa kecil-kecil jadi manten (?) Tapi gapapa kale ah udah takdir ya mau gimana lagi??

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang