◾18◾

98 9 0
                                    

Arka pergi ke rooftop, ke tempat favoritnya untuk berdiam diri. Kali ini dia berniat untuk membolos. Mood belajarnya sudah hilang karena masalah di kantin tadi. Arka menatap langit yang berwarna biru cerah. Tiba-tiba ada tangan mungil yang melingkar di perutnya. Arka sudah tau dia siapa, dia juga sering memeluknya sampai hafal begini.

"Ngapain lo kesini?"

"Lo yang ngapain kesini. Mau bunuh diri? Ini tuh udah masuk jam pelajaran, Arka."

Arka membalikkan badannya. "Lo sendiri juga ngapain disini? Bukannya di kelas."

Nara tersenyum manis. Arka dengan segala pertahanannya, dia menahan agar tidak ikut tersenyum juga. Senyuman yang mampu membuat siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta. Senyuman manis dan tatapan teduh dari mata indah milik Nara membuat Arka sedikit luluh. Namun dia cepat-cepat tersadar, dia harus so jual mahal dulu agar Nara mengerti perasaannya. Arka sedang cemburu mode on.

"Gue bolos, karena pacar gue kayaknya marah sama gue."

Arka berdecak. "Siapa pacar lo? Gue atau si jerapah gurun?" Ucapnya dengan tatapan tajam.

"Menurut lo siapa pacar gue?"

"Arka Arsenio! Cuma gue yang boleh jadi pacar lo. Gue egois, iya gue emang egois kalo ada kaitannya sama lo. Gue udah terlanjur cinta sama lo, Nara. Please ngertiin ucapan gue. Gue nggak suka lo deket-deket sama Dimas."

Nara paham, paham sekali dengan perasaan Arka. "Arka, yang dibilang Dimas tadi itu bener. Gue emang pacar lo, tapi bukan berarti gue nggak boleh temenan sama Dimas. Gue ngerti perasaan lo, gue cuma anggap Dimas itu temen gue, nggak lebih. Jadi, lo jangan khawatir, okey?"

"Gimana gue nggak khawatir?! Dia itu cari-cari kesempatan buat dapetin lo!"

"Arka please, jangan tuduh Dimas yang enggak-enggak." Nara berusaha agar Arka tidak semakin membenci Dimas.

"Kok lo jadi belain dia sih?!"

"Hei, gue nggak belain dia. Meskipun itu iya, gue nggak akan pergi. Gue tetap disini sama lo."

Arka terdiam mendengar ucapan Nara. Ada benarnya juga, selama ini dia selalu egois dengan pertemanan Nara. Arka memeluk Nara yang mungil. Dia merasa bersalah selama ini karena terlalu egois. "Nar, gue minta maaf. Selama ini gue selalu egois sama hubungan pertemanan lo. Gue begini karena gue takut lo bakal pergi tinggalin gue." Ucapnya sambil memeluk Nara sangat erat.

Nara juga tidak masalah Arka begini, dia sangat paham perasaan Arka padanya. "Gapapa kok, gue paham sama perasaan lo. Mulai sekarang jangan larang gue lagi buat temanan sama Dimas ya?"

Arka sebenarnya ragu, masih ada rasa ketakutan Nara diambil orang. Namun dia rasa itu hanya akan membuat hubungannya memburuk jadinya Arka mengangguk atas pertanyaan Nara. "Iya boleh, awas aja kalo macem-macem. Gue nikahin lo sekalian."

"Nikahin sama Mas Ichang ya?"

"Anjir! Siapa Mas Ichang?"

"Ji Chang Wook!"

"Ya ampun, Nara! Siapa lagi sih itu?!"

"Becanda kok, Sayang." Arka tersenyum malu-malu. Kenapa Nara sangat manis seperti ini sih?

"Lo tau dari siapa Dimas bersihin mulut gue? Ada orang yang bilang sama lo?" Tanya Nara dan Arka terdiam lagi. Kalau dia bilang dari Vanya, bisa-bisa Nara marah-marah. Setau Arka, Nara sekarang berteman baik dengan Vanya. Itupun tahu dari Willy, karena Willy yang melihatnya langsung kedekatan Nara dan Vanya. Mulai dari sering di baca buku bersama, ke kantin bareng-bareng, dan masih banyak lagi.

"G-gue lihat sendiri kok dia bersihin mulut lo." Jawab Arka dengan berbohong.

"Bukannya lo lagi kerjain tugas?"

"Iya, gue laper jadinya ke kantin dulu."

"Oh begitu ya."

"Iya, Sayang." Jawab Arka sambil mengelus pucuk kepala Nara dengan lembut. "Eh Nar, gue masih punya tiga permintaan kan?"

"Iya, lo masih punya tiga hadiah."

"Kalo gitu permintaan ketiga gue, gue pengen kita cobain jajanan sekitar, sekarang. Jadi kita bolos."

"Bolos? Kan bisa nanti pulang sekolah."

"Gue mau sekarang, Nara."

"Nggak bisa gitu dong, Ar. Nanti aja pulang sekolah."

"Sekarang dong. Gue lagi males belajar nih." Ucap Arka sambil memasang wajah melas.

"Lo mah tiap hari juga malas belajar!"

"Nah itu lo tau. Ayo dong Nara sekali-kali kek."

"Kali-kali lo bilang?! Belakangan ini gue sering bolos, Ar. Inget kita itu udah kelas 12. Tobat woy!"

"Gue tau! Please kali ini aja, bawa gih tas lo." Arka tetap kekeh dengan keinginannya, ingin membolos. Setelah memaksa Nara yang cukup sulit, akhirnya Nara mau juga diajak bolos.

'Perhatian-perhatian, untuk anak-anak kelas 12, hari ini para guru tidak akan masuk kelas. Kami akan mengadakan rapat. Kalian silahkan kerjakan latihan ataupun membaca materi-materi selanjutnya. Terimakasih.'

Arka bersorak ria, dia merasa Dewi Fortuna berpihak padanya. Dia semakin tenang untuk membolos, toh tidak akan guru masuk juga. "Tuh Nar, tadi denger nggak kata Pak Dodo? Sekolah emang dukung kita buat bolos, Nar!" Serunya sambil berjingkrak seperti anak kecil yang baru diberi permen.

"Aish! Yaudah gue ambil tas dulu."

"Gue juga."

Arka dan Nara berhasil membolos lewat jalan belakang sekolah yang jarang dilewati orang. Makannya mereka berhasil. Awalnya Cilla ingin mengikuti Arka dan Nara, namun Arka menolak keras. Arka malah menganjurkan Cilla pergi bersama Ricky. Cilla? Lari terbirit-birit entah kemana.

"Nar, lo tau nggak jajanan apa itu?"

"Hah? Jajanan apaan?"

"Itu, masa lo nggak kelihatan sih."

"Gue udah buta cinta gara-gara lo."

"Bisa aja lo, Munaroh."

"Itu namanya rujak. Lo mau coba?"

"Mau! Gue belum pernah cobain yang namanya rujak."

"Serius lo? Selama delapan belas tahun ini lo belum pernah cobain rujak yang seger nya aduh alah?!" Arka mengangguk. "Lo harus cobain rujak!" Mereka memesan rujak yang cukup banyak pembeli. Jadinya Arka dan Nara menunggu lumayan lama.

"Ini neng rujaknya."

"Makasih mang. Ini uangnya."

Nara dan Arka pergi ke taman terdekat. Taman yang kontruksi nya cukup bagus. Cocok sekali untuk foto-foto, pokoknya instagramable.

"Nar, rasanya rujak kok gini sih? Pedes banget anjir!" Wajah Arka memerah karena kepedesan. Biasanya Arka tahan pedas, tapi entah kenapa sekarang dia merasa kepedasan.

"Masa sih? Rasa rujak itu emang gini, Arka."

"Gue nggak mau coba lagi."

"Tapi ini tuh enak banget. Beda sama rujak yang sering gue beli. Lebih enak yang ini."

Arka melirik ke sekitar, matanya menangkap penjual minuman yang sedang trend sekarang. "Nar, kita beli minuman yang dalamnya ada kayak tai kambing gitu."

Nara tersedak. Dia tahu apa minuman yang dimaksud Arka. "Sembarangan aja lo! Itu bukan tai kambing, tapi namanya boba."

"Nah itu! Gue kan nggak tahu, hehe." Arka malah cengengesan. "Ayo Nara kita coba!" Nara hanya iya-iya saja saat tangannya ditarik-tarik Arka menuju penjual minuman boba.

Seharian ini mereka jalan-jalan dengan mencoba satu-satu makanan yang sedang trend. Arka akan membuat berat badan Nara bertambah. Karena ini permintaan Arka, jadinya Nara mau-mau saja. Kalau dia gendut juga Arka tidak akan berpaling darinya. Kenapa Nara begitu percaya diri? Tentu saja.

"Mau lo gendut kek, lo kurus, lo jelek, lo jerawatan, lo bau, gue bakalan tetep mau sama lo."

***

To be continued.
Pertama aku lihat boba juga gitu 😭 aku kira itu ee embe:( Maafkan aku yang polos ini guys. 😂🙈

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang