◾5◾

149 19 0
                                    

Arka menjalankan motor dengan begitu cepat. Nara sampai memeluk Arka dengan erat. Laki-laki itu antara modus dan juga emosi. Sedangkan Nara takut dirinya jatuh jadi memeluk Arka dengan erat. Arka membawa Nara ke basecamp nya. Basecamp yang selalu dikunjungi Arka, Xavier, Jonathan, dan Willy. Disana sudah ada Willy seorang diri sambil memakan camilannya. Tidak ada Jonathan dan Xavier. Arka sengaja hanya membawa Willy yang bertugas untuk menjelaskan penjelasan pada Nara.

"Ar, yang lain mana?" Tanya Nara.

"Langsung aja. Wil, jelasin sama dia."

"Nar, sorry banget ya. Tadi tuh Arka dapet dare dari gue. Soalnya dia kalah main game sama gue. Jadi lo jangan marah ya sama dia."

Nara bingung, jadi tadi Arka hanya dapat dare? Lagi-lagi Nara merasa bersalah karena dirinya selalu tidak mau mendengarkan penjelasan Arka lebih dulu. "Ar, jadi..."

"Iya, gue bukan fuck boy. Tadi gue dapet dare, Nara sayang."

"Yaelah, gue balik deh! Daripada jadi setan disini."

Nara dan Arka tertawa. "Yaudah sana lo balik." Sahut Arka. "Gue mau bicara empat mata dulu sama Nara." Willy pergi dan tersisa Nara dan Arka berdua di basecamp. Keadaan nya canggung. Nara yang bingung mau ngapain dan Arka yang takut Nara masih marah.

"Ar..."

"Nar..."

Keduanya sama-sama memanggil nama disaat bersamaan.

"Lo dulu." Pinta Nara.

Arka menggeleng. "Ladies first."

"Oke, maaf seharusnya gue denger dulu penjelasan lo. Soal pulang bareng sama Dimas itu gue cuma bohong, karena gue masih bisa pulang naik bis."

Arka tersenyum sambil mengusap pipi Nara. "Makannya lain kali denger dulu penjelasan pacarnya. Jangan main ngambek aja." Nara tersenyum malu-malu saat Arka menatapnya lekat. "Kalo mau maaf nya diterima, cium dulu nih." Tunjuk Arka pada pipinya dan Nara menggeleng.

Sebenarnya sih selama 2 tahun pacaran, Nara masih gugup kalau Arka menyuruh mencium pipinya. Jantungnya selalu berdetak cepat. Namun Arka kekasihnya sepertinya baik-baik saja jika sudah mencium pipi Nara. Malah terus-menerus mencium.

"Nggak ah enak aja!" Nara masih kekeh, dia tidak mau mencium pipi Arka yang tidak terlalu gembul itu.

"Ayo dong udah lama nggak dicium."

"Arka... Jangan mulai! Gue bawa alat-alat tajam loh."

"Eh jangan dong! Yaudah peluk aja sini." Arka merengkuh Nara ke dalam pelukannya. Tubuh Nara sangat mungil. Bagi Arka, Nara adalah boneka hidupnya yang mungil. "Gue tau alasan lo marah, lo cemburu kan? Iya kan?"

Nara mencubit kecil dada Arka. Jelas lah dia cemburu. "Pikir aja sendiri!!"

"Cie cemburu cie..."

"Ih apaan sih!"

"Nar... Lihat gue." Nara beralih menatap Arka. Lagi-lagi Arka menatapnya dengan lekat. "I love you, Nara!" Serunya.

Nara mengulas senyum. Arka nya ini sangat menggemaskan. Dasar bucin! "I love you too, Arka!" Mereka berpelukan lagi sampai akhirnya Arka lupa kalau hari ini mereka ada janji untuk bermain PS dirumahnya.

"Jadi main ke rumah nggak nih?"

"Jadi dong... Kangen juga sama calon mertua." Blush. Kali ini Arka yang malu-malu. Ternyata cowok seperti Arka bisa salah tingkah juga.

"Let's go!"

***

Setelah puas bermain PS bersama Arka, Nara tertidur. Tertidur di pangkuan Arka. Nara tampak sangat imut saat tertidur. Saat bangun juga sih imut. Kalau lagi tidur gini, Nara yang galak itu sepertinya tiba-tiba hilang. Arka jadi gemas sendiri akhirnya dia menekan pipi Nara berkali-kali sampai membuat sang empu bangun.

ARKANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang