"Pada zaman dahulu kala, terkisah hiduplah seorang anak bernama Peter Pan yang menolak menjadi dewasa dan tinggal di suatu tempat bernama Neverland. Tempat itu indah, memiliki banyak fantasi, dan siapa pun yang pernah mengunjunginya, akan merasa betah dan tidak berniat untuk kembali. Suatu hari, ada tiga anak bernama Wendy, John, dan Michael yang senang membaca dongeng sebelum tidur. Wendy suka bercerita tentang Peter Pan. Hingga suatu saat, Peter Pan datang ke dunia lalu mendengar cerita tentangnya. Dia kemudian mengajak ketiganya mengunjungi Neverland dan mengajari mereka terbang. Wendy sangat senang karena tidak disangka-sangka bisa dipertemukan dengan Peter Pan. Mereka menemukan banyak hal menarik, termasuk Tinkerbell yang mana adalah sahabat Peter Pan. Meski pada akhirnya Wendy harus kembali, dia tidak pernah melupakan Peter Pan dan sadar bahwa dia menyukainya. Ternyata Peter Pan turut memiliki perasaan yang sama, tetapi dia masih belum ingin meninggalkan Neverland. Tinkerbell adalah satu-satunya sahabat yang memberikan dukungan meski perasaannya jadi terluka karena sudah lama menyukai Peter Pan. Akhir cerita, Tinkerbell sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Bukankah Tinkerbell tidak pernah mengharapkan balasan? Bukankah Tinkerbell memilih untuk tidak menyatakan cintanya sejak awal? Dan bukankah... Peter Pan tidak menganggap Tinkerbell lebih dari sahabat? Ini adalah akhir yang tragis bagi Tinkerbell, tetapi menjadi akhir yang bahagia untuk Peter Pan dan Wendy."
Ada sebuah tangan yang menggapai, lalu mendarat di sisi wajah wanita yang baru selesai bercerita. Penerangan di sekitar tidak begitu memadai sebab hanya mengandalkan lampu tidur, tetapi kecantikannya tidak terhalang.
Walau sudah mencapai usia kepala empat, beliau masih sangat cantik dan muda. Dengan kelopak mata ganda serta paras yang berbentuk hati, diiringi senyuman yang mampu menenangkan hati siapa saja yang melihatnya, wanita itu sanggup melakukan permainan manipulasi untuk menutupi usia yang sebenarnya.
Benar saja, gadis yang baru saja menyentuh wajahnya ikut tersenyum. Jika senyuman wanita tadi memancarkan kehangatan, gadis yang sedang berbaring ini akan membuat kaum adam terserang sindrom diabetes saking manisnya senyuman itu.
"Udah belasan tahun aku denger cerita Peter Pan, tapi tetap aja nggak pernah bosan soalnya Mama yang cerita, sih."
Wanita itu mencolek hidung sang gadis dengan sayang. "Ya, iyalah. Makanya Mama namain kamu Tinky. Tinky Michiru. Nama yang unik dan pastinya terinspirasi dari dongengnya Tinkerbell dan Peter Pan. Seperti Mama, kamu harus inget terus sama kisahnya."
Tinky mengubah posisi tidur ke samping, menghadap wanita yang bernama Bella Stephany. "Ma, sampai sekarang Mama belum cerita alasan kenapa Mama selalu ceritain kisah Peter Pan. Bukannya Mama udah janji bakal ceritain kalo aku udah gede? Bentar lagi aku kelas satu SMA dan ulang tahun aku juga udah mulai deket, loh."
Sorot mata Bella berubah. Baginya bagus, sebab penerangan di sekitar mereka benar-benar minim sehingga beliau tidak perlu mengerahkan usaha untuk menutupinya. "Udah malam. Tidur, gih. Mama janji akan ceritain kalo udah waktunya. Yang penting kamu nggak boleh lupain dongeng Peter Pan, ya."
"Mentang-mentang Mama suka sama dongeng itu, jadi aku juga harus suka. Gitu, ya? Oke-oke. Kalo gitu selamat malem, Ma."
"Met malam, Sayang." Bella mengecup kening Tinky dengan kasih.
Maafin Mama ya Sayang, karena ketika waktunya tiba, kamu harus menjadi satu-satunya yang melindungi Mama.
*****
Tinky meniup lilin yang menyala di atas kue ulang tahunnya dengan gembira. Lilin itu menunjukkan angka 16 yang menjadi patokan usianya. Meski sederhana, acara yang diwujudkannya berdua bersama Bella sangatlah membahagiakan.
Kehidupan Tinky dan mamanya memang sesederhana itu. Bella hanyalah seorang wanita yang selama ini menawarkan jasa penatu dari pintu ke pintu, sedangkan Tinky membantu tetangga membereskan rumah. Meski pendapatan mereka kecil, Tinky tidak pernah mengeluh karena sedari dulu sudah terbiasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cheer Up, Tinkerbell! [END]
Genç KurguPlease vote if you enjoy 🌟 Genre : School, Teenfiction, Romance (40%), Angst (60%) Namanya Tinky, tetapi tidak seberuntung Tinkerbell yang bisa terbang hanya dengan segenggam debu pixie. Namanya hanya akan memancing cemooh dari siapa saja yang mend...