Menurut Tinky, posisi tempat duduk di bus cukup unik bila dibandingkan dengan kendaraan sejenis lainnya sebab memiliki fitur meja pada masing-masing dua pasang kursi. Penataannya mengingatkan gadis itu pada desain di dalam kompartemen kereta api, yang mana menjadi spot ideal untuk kelompok yang berisikan empat orang. Benar saja, beberapa teman yang Tinky kenal begitu antusias mengajak temannya yang lain untuk duduk bersama, berempat dalam satu meja.
Tinky menempati salah satu kursi dekat jendela, disusul Jemmy di seberang. Durasinya hampir bersamaan sehingga membuat keduanya kaget satu sama lain.
"Sayang banget, deh! Gue paling demen duduk dekat jendela," keluh Jemmy dengan nada kecewa. Dia sebenarnya hendak pindah dan duduk di sebelah Tinky, tetapi terpaksa diurungkan karena banyak murid yang berdesakan di jalur tengah bus. Kini, mereka tidak bisa lagi duduk sesuka hati sebab di mana ada kursi kosong, pastilah akan langsung direbut karena khawatir tidak mendapatkan tempat duduk.
Meskipun demikian, belum ada yang mau merebut kursi di sebelah Tinky, padahal banyak yang melirik. Entah karena masih canggung atau takut jika duduk bersama korban buli populer, yang jelas, gadis itu hampir saja merasa senang meski situasi tersebut tidak berlangsung lama sebab Ray menjadi pelaku yang mengambil alih kursi tersebut.
Situasi ini membuat semua orang syok, tidak terkecuali Tinky. Sherina juga di sana, ikut bergabung. Meski sempat menunjukkan ekspresi kecewa, dia tidak mempunyai pilihan selain duduk di sebelah Jemmy yang terpaksa harus kembali ke posisi semula usai membeku dalam usahanya pindah pada kali kedua.
Tinky bangkit. Rencananya, dia ingin bertukar posisi dengan Sherina, tetapi dicegah oleh Ray. Cowok itu membentangkan kaki di atas meja sehingga gadis itu tidak bisa lewat. "Nggak usah sok sentimen. Kayak gini malah lebih baik, jadi gue bisa lihat Sherina secara berhadapan."
Sherina menanggapi dengan senyum lebar hingga memunculkan sepasang lesung pipi, sementara Tinky yang tidak jadi pindah, memutuskan untuk menatap ke luar jendela saja.
Bus mulai melaju dalam kecepatan sedang. Sebenarnya Tinky mabuk kendaraan karena tidak terbiasa bepergian jauh, tetapi untungnya dia sudah mengonsumsi obat mabuk. Namun, efek obatnya menyebabkan rasa kantuk yang kuat sehingga dalam sekejap, gadis itu tertidur pulas. Kepalanya terantuk beberapa kali ke jendela kaca di sebelah, bikin Jemmy merasa iba.
Ray tentu tidak tahu-menahu tentang situasi tersebut karena sedang asyik mendengarkan lagu lewat earpods sembari bersandar ke belakang dengan mata terpejam, sedangkan Sherina telah tenggelam dalam bacaannya yang cukup tebal. Lantas seolah memenuhi rasa simpatik dari Jemmy, bus melewati jalan bebatuan sehingga posisi kepala Tinky beralih ke bahu Ray. Cowok itu tersentak kaget, lalu sadar kalau itu bukanlah suatu kesengajaan, melainkan karena dia sedang tertidur pulas.
Aroma tubuh Ray memberikan sensasi nyaman bagi indera penciuman Tinky. Seolah-olah berlaku sebagai media distraksi, efek mabuknya jadi terlupakan. Itulah sebabnya, tidak heran jika kepalanya bergerak secara alamiah untuk mencari posisi nyaman ke ceruk leher Ray sedalam-dalamnya selagi tangannya memeluk lengan cowok itu dengan erat seolah-olah sedang memeluk guling.
Namun, lagi-lagi sama seperti insiden terakhir kali Tinky memeluknya sewaktu mabuk, entah kenapa Ray membiarkannya. Dan lagi-lagi pula sama seperti terakhir kali Sherina mendapati Ray memilih masuk ke kelasnya dan mendengar celetukan Jemmy, dia hanya bisa menyaksikan dalam diam meski tatapannya tersirat rasa tidak suka, mirip anak kecil yang mainannya direbut paksa tanpa diberi alasan yang jelas.
*****
Tinky baru bangun setengah jam kemudian. Gadis itu belum lagi menyelesaikan aktivitas menguapnya saat menyadari kalau dia sedang bersandar pada seseorang. Matanya sukses membola tatkala mengerti apa yang terjadi. Jantungnya mencelus pada saat bersamaan, seolah hampir jatuh dari ujung tebing saat mengetahui siapa pemilik bahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheer Up, Tinkerbell! [END]
Teen FictionPlease vote if you enjoy 🌟 Genre : School, Teenfiction, Romance (40%), Angst (60%) Namanya Tinky, tetapi tidak seberuntung Tinkerbell yang bisa terbang hanya dengan segenggam debu pixie. Namanya hanya akan memancing cemooh dari siapa saja yang mend...
![Cheer Up, Tinkerbell! [END]](https://img.wattpad.com/cover/230808304-64-k148007.jpg)