Esok paginya...
"Sa, jalan-jalan yuk!" ajak Aras yang tengah duduk di rerumputan halaman rumah Arsa.
"Ke mana? Kebun teh?" tanya Arsa yang duduk di samping kanan Aras.
"Enggak, kita keliling-keliling daerah sini aja, ke jalan yang deket perumahan atau SD kita dulu gitu," jawab Aras.
"Ayo deh," Arsa menyetujui.
Setelah pamit pada Bu Risa dan Pak Tono yang kebetulan sedang ada di rumah karena libur bekerja, mereka berdua pun mulai berjalan-jalan.
"Enak banget ya jalan-jalan di daerah sini tuh. Pemandangannya bagus, banyak pohon-pohon." Arsa sudah berkali-kali berkomentar demikian semenjak ia pindah rumah ke daerah Puncak ini.
Aras pun tersenyum kecil. "Dari dulu lo selalu bilang gitu. Gak bosen apa?"
"Enggak, kan emang bagus," jawab Arsa. Aras tersenyum lagi. Ia senang saja melihat sahabatnya sedang mengagumi pemandangan di sekitar mereka.
Mereka pun tiba di sebuah lapangan dekat perumahan. Lapangan tersebut luas dan tidak banyak pohon di sekelilingnya. Banyak orang di lapangan tersebut. Mereka sedang mendirikan wahana bermain untuk pasar malam. Di dekat Aras dan Arsa berdiri juga terdapat pengumuman bahwa pasar malam tahunan itu akan buka mulai malam ini sampai dua hari berikutnya.
"Ras, liat deh, akhirnya ada pasar malem lagi!" Arsa berseru senang.
"Wah iya, berarti nanti malem kita bisa main ke pasar malem dong." Aras ikut senang.
"Ya udah, nanti malem kita ke pasar malem ya. Nanti aku samper ke rumah kamu deh," usul Arsa.
"Oke, jam setengah tujuh kamu ke rumah aku ya," Aras membuat persetujuan.
"Oke siap," Arsa menyanggupi.
Mereka berdua lalu kembali berjalan-jalan hingga hampir sampai ke daerah sekolah mereka saat masih SD dulu. Setelah itu, mereka memutuskan untuk pulang dengan mengambil jalan yang berbeda.
Mereka pun melewati kebun teh dan bermain-main di sana sebentar. Mereka menyukai bermain di kebun teh karena hamparan hijau tanaman teh tersebut sungguh menyegarkan mata. Apalagi dari kebun teh juga terlihat pegunungan di kejauhan.
"Ras, mau main kejar-kejaran lagi?" tawar Arsa.
"Jangan dulu deh. Kaki lo kan baru sembuh, ntar kalo kena batu lagi gimana. Besok-besok aja deh ya," Aras khawatir jika Arsa terluka lagi.
"Oke deh. Kalo gitu kita ke danau aja yuk!" ajak Arsa.
"Ayo," Aras menyetujui.
Mereka lalu pergi ke danau. Setelah melintasi lapangan tempat biasa mereka bermain basket, mereka pun berdiri di tepi danau.
"Gue seneng deh liat danau ini. Masih bersih, gak ada sampah," komentar Arsa.
"Gue seneng deh liat danau ini. Jadi inget lo pas ketakutan tenggelem." Aras menertawai Arsa.
"Iih, malah itu yang diinget." Arsa memukul lengan Aras pelan.
"Iya dong, itu kan pertama kali lo ke danau sini. Masa gue gak inget." Aras tersenyum.
"Iya deh iya." Arsa tersenyum kecil.
"Sa, mau gue isengin gak?" Aras tersenyum iseng.
"Apaan sih lo, mau iseng kok bilang-bilang," ujar Arsa.
"Ya gapapalah. Ceritanya kan nawarin. Ini special offer loh. Cuma lo yang ditawarin buat jadi korban keisengan gue," canda Aras.
"Idih, serah lo deh," balas Arsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts (TAMAT)
أدب المراهقينAras dan Arsa bersahabat sejak kecil. Kian lama, Arsa menyayangi Aras lebih dari sekedar sahabat. Namun sayangnya, ketika mereka remaja, Aras menyukai teman sekolah mereka yang bernama Karyn. Arsa sangat takut kehilangan Aras. Tapi perlahan-lahan Ar...