Sambil menunggu Bu Erni masuk ke dalam kelas, Aras dan Arsa mengobrol.
"Sa, makasih ya udah nolongin aku dari Rommy tadi. Kalo gak ada kamu, aku udah babak belur kali," ucap Aras tersenyum.
"Iya, sama-sama Ras," balas Arsa ikut tersenyum.
"Ngomong-ngomong kamu tadi keren banget ngehajar mereka. Kok kamu bisa sih berantem ngehajar mereka? Gerakan kamu juga udah kayak jagoan banget," puji Aras. Ia penasaran bagaimana bisa teman perempuannya ini bisa menghajar Rommy, Vito, dan Dino.
"Aku dulu kursus karate Ras. Semua gerakan tadi juga diajarin di karate. Makanya aku bisa ngehajar mereka," jelas Arsa.
"Wah, keren banget kamu. Cewek tapi jagoan," puji Aras lagi.
"Biasa aja ah." Arsa tersipu malu.
Bu Erni lalu masuk ke kelas sehingga obrolan Aras dan Arsa terhenti.
"Anak-anak, karena sekarang hari Rabu, berarti hari ini giliran bayar uang kas kelas. Uangnya kumpulkan sekarang ya," ujar Bu Erni. Beliau lalu duduk di tempat duduknya.
Arsa pun terkejut. "Ras, bayar uang khas emang berapa?" tanya Arsa.
Aras pun merasa sedikit bersalah. "Oh iya, astaga, maaf Sa, aku lupa ngasih tau kalo setiap hari Rabu, murid-murid kelas V A wajib bayar uang kas kelas. Uang kasnya lima ribu Sa. Maaf ya Sa, aku lupa ngasih tau."
"Iya, gak apa-apa kok. Ini kan bukan salah kamu," ujar Arsa.
"Ya udah, ayo kita kumpulin uangnya ke depan," ajak Aras. Murid-murid lain pun sedang mengumpulkan uang kas ke Bu Erni.
"Duluan aja Ras," ujar Arsa.
Arsa terlihat bingung. Ia tidak membawa uang saku. Arsa yang berasal dari keluarga sederhana memang jarang sekali membawa uang saku ke sekolah karena ia jarang jajan. Bu Ratih selalu membawakan bekal untuk Arsa sehingga di sekolah Arsa tidak perlu membawa uang untuk jajan. Kemarin-kemarin jika ia ke kantin pun Aras yang membagi jajanannya kepada Arsa.
"Kamu gak bawa uang ya Sa?" duga Aras yang melihat wajah bingung Arsa. Arsa tidak menjawab namun Aras sudah bisa menebak bahwa Arsa tidak membawa uang.
"Ya udah aku sekalian bayarin uang kas kamu ya," ujar Aras. Belum semoat Arss berbicara, Aras sudah langsung berjalan ke depan dan membayar uang kasnya sekaligus Arsa.
Setelah itu, Aras kembali ke tempat duduknya yang berada di sebelah Arsa. Arsa menjadi tidak enak kepada Aras karena telah membayari uang kasnya.
"Ras, makasih ya udah bayarin uang kas aku. Aku jadi gak enak nih. Nanti pas kita main langsung aku ganti deh," ucap Arsa.
"Sama-sama Sa. Gak usah ngerasa gak enak, kita kan temen. Udah, gak usah digantiin uangnya. Aku seneng kok bisa bantu kamu. Kamu juga udah sering nolongin aku kan." Aras tersenyum.
"Sekali lagi makasih ya." Arsa terharu.
"Iya, sama-sama Sa." Aras merangkul Arsa.
***
Sejak bel pulang sekolah berbunyi, langit terlihat mendung. Aras dan Arsa kini sedang berjalan pulang menuju rumah mereka.
"Bentar lagi ujan deh kayaknya," ujar Aras.
"Iya nih, kita harus cepet-cepet sampe rumah." Arsa menanggapi.
Gerimis pun mulai turun. Udara terasa dingin. Hujan pun turun semakin deras.
"Yah, ujannya deres banget Sa, kita cari tempat berteduh dulu yuk," usul Aras.
"Oke Ras." Arsa setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts (TAMAT)
Fiksi RemajaAras dan Arsa bersahabat sejak kecil. Kian lama, Arsa menyayangi Aras lebih dari sekedar sahabat. Namun sayangnya, ketika mereka remaja, Aras menyukai teman sekolah mereka yang bernama Karyn. Arsa sangat takut kehilangan Aras. Tapi perlahan-lahan Ar...