16. Misi Arsa

10 3 0
                                        

Aras, Evan, dan Ando pun mengobrol dengan suara pelan sambil menunggu nama Merek dipanggil Bu Lita untuk maju ke depan.

"Ras, si Arsa kenapa keluar barusan?" tanya Evan. Ando pun ingin tahu.

"Sakit perut dia. Mules kebanyakan makan sambel tadi pas di kantin," jawab Aras.

"Oh gitu," ucap Ando. Evan dan Ando manggut-manggut.

Bu Lita pun memanggil murid-murid berikutnya. Aras dari tadi duduk dengan gelisah. Ia memikirkan Arsa dan juga tugas prakaryanya.

"Kenapa lo Ras?" Ando melihat gerak-gerik Aras yang gelisah. Evan juga melihatnya.

"Lo cemasin Arsa ya?" tebak Evan sambil tersenyum jahil.

"Iyalah, Arsa kan sahabat gue. Tapi ada lagi sih yang bikin gue cemas," ujar Aras.

"Apaan emang?" tanya Ando.

"Gue tuh lupa bawa tugas prakarya gue." Aras berbicara dengan suara yang sangat pelan agar tidak ketahuan murid-murid lain. Evan dan Ando pun terkejut mendengar perkataan Aras.

"Astagaa...pikun banget sih lo," komentar Ando.

"Gila lo ya, kalo lo gak ngumpulin kan lo gak dapet nilai. Mana gurunya galak," ujar Evan.

"Makanya gue panik dari tadi. Kalian jangan kasih tau siapa-siapa ya," pinta Aras.

"Siap Ras," ucap Ando. Evan juga tidak akan memberitahu siapa-siapa.

Lima menit kemudian, Arsa belum balik ke kelas. Aras cemas pada Arsa. Evan dan Ando berusaha menenangkan Aras.

"Van, Do, si Arsa kok belom balik-balik ya?" Aras nampak cemas.

"Tenang dulu Ras. Mungkin dia masih sakit perut," jawab Evan.

"Tapi dia jarang loh sakit perut kayak gini. Dia sering makan sambel di kantin, tapi biasanya gak kenapa-napa tuh," ujar Aras.

"Mungkin karena tadi dia makan sambelnya kebanyakan kali, makanya jadi sakit perut. Udah gak usah cemas, ntar lagi paling Arsa balik ke sini." Ando menenangkan Aras.

Aras pun menenangkan hatinya. Meskipun ia sering menjahili Arsa, tetapi ia sangat khawatir jika sahabatnya itu kenapa-napa.

***

Sementara itu, Arsa mondar-mandir di koridor antara depan kelas XI IPA 3 dan  XI IPA 4. Ia sedang berpikir bagaimana caranya agar ia menjalankan aksinya dengan mulus. Tadi ia sengaja pura-pura ke toilet agar dapat keluar kelas. Ia sedang dalam misi menyelamatkan Aras agar sahabatnya itu tidak dimarahi Bu Lita karena tidak membawa tugas prakarya. Arsa sudah mengatur rencana. Ia akan nekat ke rumah Aras untuk mengambil tugas prakaryanya dan membawanya ke sekolah.

"Kalo gue main ngilang gini aja, Bu Lita dan temen-temen sekelas pasti nyariin gue. Gue harus cari cara supaya mereka gak nyariin gue." Arsa kembali berpikir.

Lalu dari kejauhan Arsa melihat Bimo, temas sekelasnya saat kelas sepuluh dulu, berjalan ke arah kelasnya, X IPA 5, yang berarti ia juga berjalan ke arah Arsa.

Arsa tiba-tiba mempunyai ide. Ia pun memainkan aksinya. Arsa berjalan dengan pelan ke depan. Tangan kirinya memegang kepalanya agar terlihat seolah-olah ia sedang pusing. Bimo melihat Arsa yang nampak sedang pusing tersebut.

"Hai Sa," sapa Bimo.

"Hai Bim." Arsa menjawab dengan lemas. Kini mereka berada di koridor depan kelas X IPA 5.

"Lo kenapa kok jalannya pelan-pelan gitu? Trus kepala lo kenapa Sa? Pusing ya? Lo keliatan lemes banget." Bimo khawatir pada Arsa.

"Iya nih, gue gak enak badan gitu," jawab Arsa.

Our Hearts (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang