Bel istirahat pun berbunyi. Sebagian besar murid langsung bergegas ke kantin.
"Sa, ke kantin yuk!" ajak Aras.
"Ayo." Arsa menyetujui.
"Van, Do, ikut gak?" tanya Arsa.
"Ikut dong," jawab Ando. Evan pun langsung menatap Ando.
"Do, gimana sih lo, katanya tadi mau lanjutin main game dulu." Evan mengedipkan sebelah matanya pada Ando, berharap Ando mengerti bahwa ia ingin membiarkan Aras dan Arsa berdua saja.
"Oh iya, gue mau lanjutin main game dulu sama Evan. Ntar kita nyusul kok." Untungnya Ando mengerti isyarat Evan.
"Ya udah deh, kalo gitu gue sama Arsa duluan ya," ujar Aras.
"Yoi bro, dijagain ya Arsanya," canda Evan.
Aras dan Arsa pun saling pandang, lalu membalas dengan candaan juga.
"Tenang aja, gue bakal jagain peliharaan gue ini baik-baik aja." Aras memiting leher Arsa sambil tersenyum iseng pada Arsa. Arsa pun langsung memelototi Aras.
Arsa mencubit lengan Aras. "Enak aja lo ngatain gue peliharaan."
"Parah banget lo Ras ngatain Arsa peliharaan lo," komentar Ando.
Aras terkekeh. "Tapi emang bener kan. Peliharaan kan harus dijagain. Nah, Arsa juga harus gue jagain karena gue gak mau dia kenapa-napa." Aras menatap Arsa.
Lagi-lagi jantung Arsa berdetak dengan cepat.
"Buset dah, so sweet banget sih lo. Kenapa kalian gak sekalian pacaran aja dah?" Evan rupanya geregetan dengan hubungan mereka.
"Ogah!" Aras dan Arsa menjawab dengan kompak.
"Astaga, ngomongnya aja barengan. Udah bener-bener sehati deh mereka kayaknya Do," ujar Evan.
"Iya betul tuh. Kalian cocok banget." Ando setuju dengan pendapat Evan.
"Ih, ogah banget gue pacaran sama cowok tukang iseng dan ngeselin kayak dia," ujar Arsa.
"Sama, gue juga ogah banget pacaran sama cewek tomboi kayak dia, suka mukul, suka nyubit, galak, gak pernah bedakan." Aras pun sependapat dengan Arsa jika mereka tidak mau pacaran.
"Heh, kok lo tau gue gak pake bedak?" Arsa sedikit heran.
"Ya iyalah. Gue tiap hari merhatiin muka lo kali. Keliatan lah muka lo tuh natural banget, tanpa make up," jawab Aras.
"Cieee...Aras ketahuan nih suka merhatiin Arsa ternyata." Evan tersenyum menggoda Aras. Wajah Aras sedikit memerah.
"Apaan sih lo Van. Ya wajarlah gue suka merhatiin Arsa, gue kan sahabatnya," elak Aras.
"Iya deh iya. Lo kan 'sahabatnya' Arsa," ucap Evan sambil menekankan kata sahabat.
"Udah yuk Sa, kita ke kantin aja sekarang, daripada ngeladenin mereka berdua." Aras bangkit dari tempat duduknya lalu menggandeng tangan Arsa.
"Ayo deh." Arsa pun berdiri.
"Duluan ya Van, Do," ucap Aras.
"Oke bro," balas Ando.
Evan pun tersenyum misterius melihat mereka berdua yang berjalan keluar kelas. Mereka berdua tidak sadar, jika sebagian besar teman sekelasnya memerhatikan mereka.
"Gue pengen nyelidikin hubungan mereka," ucap Evan pada Ando.
"Hubungan apaan? Mereka kan jelas-jelas gak saling suka. Tapi kalo mereka ternyata saling suka ya gue dukung banget," ujar Ando.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts (TAMAT)
Fiksi RemajaAras dan Arsa bersahabat sejak kecil. Kian lama, Arsa menyayangi Aras lebih dari sekedar sahabat. Namun sayangnya, ketika mereka remaja, Aras menyukai teman sekolah mereka yang bernama Karyn. Arsa sangat takut kehilangan Aras. Tapi perlahan-lahan Ar...