Adik

228 17 1
                                    

Ryana hanya melihat Tama berpelukan dengan Marsha tanpa ada penolakan dari Tama. Mata Ryana berkaca kaca melihat kejadian yang begitu menyakitkan. Tama belum menyadari keberadaan Ryana dan kedua temannya yang masih setia berdiri dan melihat di Lorong menuju Ruang Ganti.

“Ryn mending kita pergi aja dulu deh” ucap Tisha mengajak Ryana agar tidak melihat sesuatu yang lebih membuat Ryana sedih. Ryana hanya mengangguk dan melanjutkan tujuan utamanya yaitu menuju ruang ganti

Tanpa sepengetahuan Ryana, Tama berusaha melepaskan pelukan Marsha yang tiba tiba itu
“lo apa apaan sih” ucap Tama sambil mendorong Marsha agar melepaskan pelukannya

“emang kakak nggak kangen apa sama aku, aku udah bela belain loh untuk pindah ke Jakarta bujuk papa demi ketemu sama kakak” ucap Marsha dengan nada kecewa

“nggak” ucap Tama singkat lalu pergi meninggalkan Marsha diikuti Gilang dan Dafid yang menatap iba Marsha

Sedangkan diruang ganti Ryana berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh namun usahanya gagal air mata nya tetap tumpah, sahabat Ryana hanya bisa menenangkan Ryana tanpa menanyakan sesuatu takut menambah kesedihan Ryana.

“udah gue nggak papa yuk ganti baju dulu” ucap Ryana sambil mengusap sisa sisa air matanya

Setelah berganti pakaian Ryana kembali ke Lapangan untuk melihat perlombaan selanjutnya, tanpa ia sadari sedari tadi Tama melihat kearah Ryana yang nampak sembab matanya, Tama yang khawatir langsung berjalan menuju tempat Ryana berdiri saat ini. Dengan cepat Tama menarik pergelangan Ryana menuju taman belakang sekolah yang jarang dikunjungi para siswa.

“ngapain sih main tarik tarik aja” ucap Ryana berusaha melepaskan cekalan tangan Tama saat sudah berada di Taman belakang

“kenapa?” tanya Tama singkat dan melepaskan cekalannya

“kenapa apanya?” tanya Ryana seolah tak paham dengan apa yang dimaksud

“mata kamu sembab, kenapa?” Tama menghela nafas

“nggak papa, emang kenapa?” Ryana merutuki kebodohannya karena lupa untuk mencuci mukanya tadi setelah menangis

“masa?” tanya Tama yang masih belum puas dengan jawaban Ryana

“yaudah kalo nggak percaya” Ryana memalingkan wajahnya dari Tama  takut ketauan

“aku mau ngomong sama kamu”

“yaudah sih ngomong aja dari tadi juga ngomong” ucap Ryana dengan nada ketus

“jutek banget sih”

“emang gini deh aku”

“aku tanya lagi, kamu kenapa? ”

“udah deh aku bilangin nggak papa masih aja ngeyel, tau ah aku mau ke Lapangan” ucap Ryana sambil melangkah untuk pergi namun baru beberapa langkah tangannya di tarik oleh Tama sehingga Ryana memberhentikan langkahnya

“pliss jawab Ryn, aku nggak bisa kamu kayak gini”

“siapa Marsha” tanya Ryana akhirnya, sebenernya dia mau Tama yang menjelaskannya sendiri namun apalah daya Ryana yang terus mendesak Tama

“jadi kamu nangis gara gara liat Marsha yang tiba tiba meluk aku tadi. Kamu cemburu yaa” entah menguap kemana sifat dinginnya Tama tiba tiba menggoda Ryana

“ish apaan sih, mau jelasin nggak kalo nggak aku pergi aja” Ryana kembali melangkah namun Tama kembali menarik Ryana untuk tetap berada disitu

“Marsha itu temen kecil aku saat baru  pindah ke Jakarta”

Flashback on
Seorang bocah kecil yang sedang sedih duduk didepan rumah barunya, ia sedih karena harus meninggalkan kampung halaman dan juga teman temannya. Melihat itu sang Ibu tak tega melihat sang anak yang merasa sedih lalu ia menghampirinya

Bersua Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang