13. Last Night at Winter

30.6K 4.7K 164
                                    

"nilainya seri..."

Semua orang yang hadir ditempat itu terdiam, sambil sesekali berbisik pada orang lain disamping mereka, ditengah lapangan. Lucian dan Sienna sama-sama diam menunggu keputusan. Dalam tahap ketiga, tidak ada peserta yang didiskualifikasi meski kalah dalam pertarungan. Namun, entah bagaimana nilai mereka bisa seri. Padahal Lucian berhasil melumpuhkan pertahanan milik Sienna.

"Beri hormat! Pada yang mulia kaisar Kendrick. "

Annika menoleh, tatkala mendengar aba-aba tersebut, semua orang sontak memberi hormat pada pria berambut hitam dengan netra emas itu. Lelaki dengan wibawa besar itu menatap seluruh orang-orang yang hadir, dibelakangnya ada beberapa bangsawan yang selalu setia mengikuti dibelakang nya. Salah satu yang dikenali matanya hanya Marquis seorang.

"Kudengar nilai nya seri." Ucapannya terdengar dingin, sedang mata emas nya menilik kesekian penjuru field istana utama itu. Lalu menatap Sienna dan Lucian yang masih berdiri ditengah field. "Apa mereka murid-murid yang akan dikirim tahun ini?"

"Ya yang mulia, saya panitia pelaksana dari academi of magia, Wintermount."

"Begitu... Aku baru saja bertemu dengan kepala dekan academy itu dan beberapa kepala dekan academy lainnya. Kuucapkan terima kasih kepada kalian--yang berpartisipasi dalam pendaftaran kedua ini."

"Kunjungan ku disela kesibukan ini hanya untuk memberi hormat dan melihat wajah-wajah baru dari para calon penyihir yang akan datang. Selamat bagi kalian yang lulus dan sayang sekali bagi yang dikualifikasi." Kaisar menyorotkan pandangan keseluruh orang, dan pandangan nya sontak berhenti pada Lucian yang terluka. "Mari pergi..." Setelahnya, kaisar pergi seolah-olah kedatangan nya barusan bukan apa-apa.

"Lucian!"

Annika segera menghampiri nya setelah mendapat kesempatan, dan menariknya kesisi field. "Kau terluka!" Lucian mengukir senyum kecil lalu menggeleng kuat. "Ini tidak sakit..."

"Apanya yang tidak sakit! Ini lebih parah dari wajahmu kemarin! Jean, tolong obat--" wajah Annika berubah seketika kala mendapati luka itu telah tertutup kembali, lain hal dengan bajunya yang masih basah berdarah.

"Hilang?"

"Aku tidak mau membuatmu khawatir, mungkin karena itu regenerasi nya lebih cepat dari dugaanku." Lucian memasang senyum kecil, lalu menatap Jean lekat. "Apa aku lulus?"

"Tentu, kau mendapatkan nya dengan baik. Hasil kerja keras yang memuaskan."

"Sekarang nikmatilah akhir musim dingin mu disini, karena pertengahan musim semi kau akan diantar ke academy."

Lucian mengangguk sambil mengukir senyum samar, berapa Minggu lagi yang tersisa? Musim semi akan segera tiba. Dan sebelum musim semi berakhir ia akan meninggalkan tempat ini ke negeri asing. "Hai, Sienna!" Annika yang sedari tadi tak memedulikan ekspresi dari seorang Lucian kini menyapa Sienna yang berjalan bersama seorang pria kearah nya.

"Nona, senang bertemu denganmu lagi. Oh, selamat tuan Lucian, anda lulus, meski nilai kita seri:)" ucapnya ramah. "Maaf karena membuat bahu mu terluka tadi."

"Bukan apa-apa. Ini tidak masalah bagiku." Lucian menjawab seadanya, lalu tatapannya terarah pada pria ber-jas disamping Sienna. Sienna, yang menyadari tatapan Lucian tersenyum lalu menatap pria disamping nya. "Oh, perkenalkan ini guruku, tuan Duke Vallerius. Guru, dia adalah putri Marquis yang sempat kuceritakan tadi."

Duke tersenyum lembut seraya menatap kedua bocah didepannya hangat. "Senang bertemu dengan mu nona Raihanna."

"Anda juga, tuan Duke:)" Annika memasang senyum ramah nya. "Saya sering mendengar nama tuan dari ayah..."

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang