22. Lucian Aldrich Vallerius

29K 3.6K 318
                                    

Lucian merapikan lengan kemejanya, ditatapnya pantulan dirinya dicermin lemarinya, setelan hitam dengan lambang sekolah di dada kiri kemejanya. Dan dasi dengan warna senada. "Hmm?" Ditatapnya sebuah kertas dengan stempel khas keluarga bangsawan. Dikertas itu tertulis dengan jelas bahwa dirinya telah diadopsi secara sah dan resmi oleh Duke Vallerius. Dan disebelah kertas itu, ada sepucuk surat yang tiba sehari yang lalu, surat yang familiar dimatanya.

[Kepada Lucian,

Hai! Bagaimana ujian kelulusan mu kemarin? Susah? Oh, tidak ada kata susah diotak jeniusmu itu bukan? Hehe, senang mendengar kau lulus dengan nilai sempurna, Ian.

Apa kau tau? Buku kuno itu memang menyebalkan tapi aku senang karena aku menemukan jawaban yang aku inginkan.

Apa kau tau? Aku dan ayah telah menyiapkan hadiah untukmu, ibu dan kak Yurian juga. Dan kabar baik lainnya, Duke akan dengan resmi mengadopsi mu sebagai putra tunggal keluarga Vallerius.

Apa kau senang? Kupikir itu pantas untukmu mendapatkan nya:)

Duke sangat senang dengan keputusan yang telah kupikirkan dengan matang, kuharap kau juga begitu... Meski kedepannya kita tidak akan berada diatap rumah yang sama, aku senang kau pernah menjadi bagian dari rumah ini.

Terimakasih.

Sampai bertemu lagi di acara kelulusan mu! Aku dan Jean akan pergi kesana bersama!

Catatan: panggil Duke dengan sebutan 'ayah' oke?!

~Annika Raihanna]

"Dia akan datang?"

Lucian tersenyum, lalu menatap bayangan halusinasi Annika yang balik menatapnya tersenyum ceria, entah bagaimana bayangan itu muncul yang pasti, ia senang mendapati bayangan itu tersenyum selebar itu padanya.

"Dengan ini aku dapat dengan mudah melindungi mu..."

Ia memasukkan surat itu kekotak khusus yang dibuatnya sendiri guna menyimpan berpuluh-puluh kertas surat dari Annika. Tiga tahun, 1.095 hari, dan berpuluh puluh surat setiap minggunya tersusun dengan rapi sesuai tanggal pengiriman nya. Lucian tersenyum kecil, hari ini adalah hari kelulusan nya, bersama para siswa dan siswi academi of magia lainnya.

Dan kabar baiknya, ia menempati posisi pertama dengan nilai tertinggi. Posisi kedua ditempati oleh Sienna, persaingan yang ketat namun begitu Sienna senang karena ia akan menjadi penerus dari gurunya tersebut. Namanya saat ini bukan lagi Lucian, melainkan Lucian Aldrich Vallerius. Aldrich adalah nama yang ia dapat kan dari kepala dekan atas kejeniusan nya sendiri. Sungguh membanggakan. Entah bagaimana bisa semua ini terjadi dalam hidupnya, ia bersyukur jika bukan karena Annika mungkin ia tidak akan pernah merasakan manisnya kehidupan nya saat ini.

***

Annika menatap jalanan kota Wintermount yang ramai dengan para siswa atau penduduk asli tempat itu. Jika diperhatikan, Wintermount sama seperti jalanan kota di Swiss, dan Westeergard seperti Paris Francis. Luar biasa. Annika menggedikan bahunya, memperbaiki topi lebarnya dan tersenyum.

Keluar negeri tidak bisa, lihat yang kw nya aja udah syukur:')

Perjalanan mereka berlangsung selama sehari semalam, melelahkan memang. Bersyukur mereka bisa menaiki kereta sihir cepat agar dapat sampai ke sini dan sampai dengan selamat hingga kekota pendidikan dan budaya tersebut. Wintermount juga disebut 'kaya ilmu' karena banyaknya sekolah yang berdiri disini, juga kulinernya yang menjanjikan.

"Nona mau pesan apa?"

Jean menyodorkan sebuah kertas menu cafe tersebut. Jejeran cake dan pastry tersaji didaftar menunya, tidak lupa dengan dessert dan makanan manis lainnya yang menggugah air liurnya saat ini, matanya terarah pada strawberry Parfait yang kelihatan manis itu.

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang