Note: ini latarnya sembilan tahun kemudian^^
*
Lysia menatap bayi kelinci didalam kotak dengan pandangan aneh, kemudian ia menatap sang kakak yang tengah mengelus si induk kelinci dengan hati-hati lalu bertanya.
"Sejak kapan ayah suka pelihara kelinci kak?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu, tiap kali aku bertanya yang ada ayah hanya senyum-senyum gak jelas seolah kerasukan."
Lysia menatap Aldwin datar.
"Kakak anak durhaka!"
Ia berdecih pelan lalu berdiri dan membersihkan rok pakaian nya, tidak lama setelah itu, ia mengendus kala mencium aroma lezat pie apel favoritnya. Dengan langkah cepat ia menarik lengan kakaknya dan membawanya menuju dapur, mengintip diantara meja-meja berisikan tepung dan berbagai bahan makanan lainnya. Mata merahnya dapat melihat satu piring berukuran besar dengan pie apel yang tak kalah besar ukurannya. Matanya berbinar-binar dan ia menoleh kearah Aldwin.
"Jika kau ingin berbuat kekacauan, jangan ajak aku. Paham?"
Aldwin melepaskan tangannya dari Lysia yang menatapnya cemberut lalu bergegas menuju salah satu pelayan dapur untuk memotong pie tersebut, lalu sepiring kecil dengan potongan pie apel disana.
"Pie itu untuk tamu kita yang akan datang, kau lupa? Ibu bilang jangan mencuri apapun dari dapur."
"Huh, iya-iya bawel! Terimakasih pie-nya."
"Hmm...makan pelan-pelan, bersyukurlah kokinya mau memberikan sepotong untukmu."
Lysia tidak menghiraukan, ia hanya memakan dengan lahap pie didepan matanya dan sesekali menatap sang kakak yang hanya mendengus kesal menatapnya yang tengah asik memakan pie tanpa mengajaknya.
'padahal aku berniat minta, tapi dia menghabiskan pie dalam sekali sapuan sendok. Huh.'
"Kenapa kakak tidak ikut memakan nya?"
Lysia menatap sang kakak dengan mulut penuh pie. Aldwin menatapnya datar lalu menoleh kearah piring yang kini kosong tanpa satu potong pun yang tersisa. Ia mendengus dingin lalu menarik lengan adiknya untuk pergi bersamanya.
"Tidak perlu, sudahlah, nanti ibu kerepotan mencari kita."
Aldwin menariknya keluar dari dapur menggunakan teleportasi dan membawanya ruang utama rumah yang terletak ditengah-tengah Mansion. Lysia yang belum mempelajari sihir selalu takjub saat kakak laki-laki nya itu menggunakan sihir didepannya, dan yang lebih membuatnya takjub adalah disaat sang ayah menunjukkan betapa luar biasa nya kemampuan sihir miliknya.
'luar biasa!'
Lysia menatap sang kakak yang menyapukan ibu jarinya diujung mulutnya yang kotor karena sisa-sisa pie apel yang dia makan.
"Lain kali, kalau kau makan sesuatu jangan sampai belepotan seperti ini ya?"
"Hehe, kakak tampan deh^^"
"Hmm... Kau baru bersikap manis jika aku baik padamu kan?"
"Hehehehehe....."
Aldwin mengangkat sudut mulutnya kala melihat tawa lebar dari sang adik, setelah membersihkan tangan dengan saputangan miliknya, seseorang menyapa mereka berdua dengan riang. Ketika dua kakak beradik itu sudah menoleh, mereka dapat melihat sosok berambut merah tua tengah berlari ceria kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vermilion Primrose [END]
FantasíaCatatan: Akan segera terbit, chap masih lengkap, belum revisi, boleh dibaca tapi jangan sampai lupa kasih vote. Keep waiting for the book, Kay?? [ Renaître Series #1 ] kesempatan kedua, aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu. aku sudah cukup ti...