Lucian menatap nanar dan meraih pedang didepannya dengan tangan gemetar bersamaan pada rasa sakit dan amarah yang bergejolak didalam dirinya saat ini.
Ia menutup matanya, air mata menetes sekali lagi dari pelupuk matanya.
'apa yang lebih menyakitkan bagiku bukanlah hinaan dan tatapan kebencian dari mereka yang membenciku. mengetahui fakta bahwa seseorang yang aku cintai kini dalam bahaya tanpa diriku yang berjanji untuk selalu berada disisinya...
...itu lebih menyakitkan, dan aku sangat membencinya.'
Bwoosh—!
Ia merasakan nya, merasakan betapa besarnya aliran mana disekitar nya, merasakan debaran jantung hingga hembusan nafas tiap manusia yang berdiri diberbagai termpat yang berbeda dengan dirinya. Mencari jauh melalui udara yang berhembus dan tiap tetes air yang jatuh ke tanah menjadi aliran sungai, jauh didalam hutan lebat pegunungan Presley. siluet sebuah bangunan tua terlihat diantara kabut putih yang tidak diketahui oleh siapapun.
Disana...
Ia melihat siapa yang ia cari.
Runtuhnya penjara bawah tanah dan segala bangunan yang ada disekitarnya, menciptakan api besar yang bahkan lebih mengerikan dari yang hembusan nafas naga yang pernah Selena dengar dari dongeng yang diceritakan oleh Hansel ketika ia masih kecil dulu. Ia menatap siluet sosok yang berdiri diantara besarnya api yang muncul entah darimana. Sosok itu-pelaku dibalik runtuhnya serta hancurnya barrier sihir yang melindungi istana-Lucian, semua terkesima, takjub sekaligus takut disaat bersamaan ketika melihat pemandangan menyedihkan itu.
Mengerikan.
Disanalah, Selena merasa bahwa Carlos atau yang dikenal sebagai Lucian, bukan sembarang orang yang dapat diremehkan oleh siapapun bahkan oleh kaisar sekalipun.
Dia lebih berbahaya dari yang ia tahu melalui novel.
Lucian yang tidak terkendali berjalan bak seperti seseorang yang kehilangan identitas dirinya, seperti mayat hidup, dengan beberapa goresan luka pada tubuhnya yang perlahan menghilang dengan sendirinya.
"Monster."
Selena menoleh dengan cepat, ia dapat melihat beberapa pelayan dan bangsawan yang kebetulan berada diistana saling berbisik satu sama lain dan menatap sosok itu dengan sorot mata takjub sekaligus takut.
'konon kehebatan nya bahkan membuat satu kekaisaran terguncang, Duke Adelio sangat membanggakan dirinya.'
Kalimat novel terngiang dikepalanya. Selena menelan ludah ketika mengetahui bahwa Lucian kini berjalan tepat kearahnya dengan pedang yang terlihat sangat mengerikan dimatanya.
'jangan bilang dia ingin membunuhku kan?!!'
"Kumpulkan seluruh kesatria yang tersisa di kekaisaran. Ada sebuah rumah besar tua disalah satu bagian terdalam hutan. Pastikan yang mulia juga membawa para penyihir terbaik dikekaisaran ini, karena tempat itu diliputi oleh sihir hitam dan berbagai macam makhluk kegelapan yang terikat dengannya."
"Lucian kau...?"
"Sekarang, lakukan sekarang atau jika kita terlambat, baik Annika maupun Helena sama-sama akan kehilangan nyawa mereka ditangan Jeremy."
Selena melebarkan matanya. Ia tidak menyangka bahwa pria didepannya akan berkata seperti itu disaat penampilan nya sama mengerikan nya dengan pembunuh berantai yang pernah ia lihat di film-film horor thriller yang ia tonton dulu, matanya terpaku pada pedang ditangan kanan Lucian.
"Itu—"
"Aku pergi duluan, membersihkan kotoran sialan itu agar kalian bisa masuk dengan mudah kedalam persembunyian nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vermilion Primrose [END]
FantasyCatatan: Akan segera terbit, chap masih lengkap, belum revisi, boleh dibaca tapi jangan sampai lupa kasih vote. Keep waiting for the book, Kay?? [ Renaître Series #1 ] kesempatan kedua, aku tidak pernah memikirkan hal seperti itu. aku sudah cukup ti...