26. Primrose

22.6K 3.3K 20
                                    

Kutatap Primrose merah yang kini berada di vas kecil dengan air didalamnya, primrose yang entah bagaimana masih segar itu nampak lebih merah dari sebelumnya. "Vermilion Primrose? Hmm...seperti judul bukunya saja..."

Yah, mengingat judul buku dengan cover romantis antara MC dan ML yang tiada lain dan tiada bukan adalah dua sejoli kebanggaan author nya itu membuatku merasa kesal sendiri, bagaimana tidak, pada bagian sisi posisi Hansel yang memeluk Helena ada Annika yang menatap tajam Helena dan pada posisi Helena ada Carlos yang mencium tangannya yang satunya. (Kok Helena terus yang kusebut?) Yah, peran tokoh utama mah beda...

"Ckc...apa alasan kehadiran tokoh kami ini?"

Yah, jika memang untuk membuat keberadaan Helena seakan seperti satu-satunya bintang yang bersinar memang dapat kumaklumi, tapi jika begini kenapa tidak buatkan saja pasangan dari peran piguran ini? Jadi tidak ada hambatan antara cinta Helena dan Hans. Dan tokoh piguran juga akan berakhir bahagia dan dunia aman sentosa. Menyebalkan...

"Apa author pikir, kami seperti gula yang habis manis dikerubungi semut langsung dibuang?"

Aku menghela nafas pelan, selama ini aku sudah bertemu dengan kedua tokoh utama yang hanya akan bertemu pada upacara kedewasaan pangeran. Bukankah sebentar lagi? Usia ku juga menjelang 14. Tak kusangka Waktu benar-benar cepat berlalu.

Dan musim gugur akan segera datang menyapa.

***

Daun-daun hijau musim panas mulai menguning, udara yang juga semula hangat kian mendingin. Meski matahari tepat diatas kepala entah bagaimana panasnya tidak terasa, berbaring dihamparan rumput adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan oleh anak-anak pada umumnya, dan sepertinya hal itu sudah mendarah daging diantara keduanya.

Annika merentangkan tangannya keudara, menatap putihnya awan disela-sela jari tangannya. Silau memang tapi itu menyenangkan untuk dilakukan. Lain hal dengan Lucian setengah tidur menikmati semilir angin, Ini jelas hari terakhir mereka untuk bersama.

"Kau yakin ingin menghabiskan hari terakhir seperti ini? Tanpa melakukan sesuatu?"

"Hmm..."

"Apa diacademy kau juga melakukan hal ini?"

"Kalau aku sedang bosan dan malas kekelas."

"Kau meninggalkan kelas?!"

"Ups..."

Annika berdecak sebal, lalu menoleh kesamping nya, melihat Lucian yang membuang muka darinya. "Tatap aku!" Lucian menoleh dengan wajah dibuat-buat ia tersenyum kecil dan menampilkan kedua jarinya. "Hanya sekali."

"Beruntung nilai mu bagus, dan ayah bangga padamu."

"Hehe... ngomong ngomong, apa yang kau lakukan kemarin saat aku bersama kak Yurian?"

"Tidak banyak, aku hanya berada diperpus dan membaca." Yah, gadis itu terpaksa berbohong guna menghindari tatapan maut mematikan dan wajah merah padam yang biasa memelas itu dan mengeluh kecewa padanya jika ia tahu ia pergi ke enderville tanpa mengajaknya. "Benarkah?" Annika mengangguk dan memejamkan mata guna menahan silaunya cahaya yang ditangkap pandangan matanya.

"..."

Lucian bergumam pelan, Annika tak menggubris hal itu, toh ia telah membaca novel romansa hingga larut malam dan merasa mengantuk saat ini.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku sudah ada dikediaman Duke?"

"Mungkin bermain piano hingga bosan dan mengirim surat padamu, atau pergi kepesta minum teh yang bisa kuikuti..."

The Vermilion Primrose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang