#Kekasih_Sahabatku
___Part 2___
"Safia ...," ucapnya lirih dan serak. Gadis berumur dua puluh empat tahun itu tersenyum getir, melihat sejoli di hadapannya.
"Waktu aku ngasih tahu alamat ini, Jevin bilang sudah pernah kesini nganterin kamu. Iya, Fi?" tanya Embun dengan senyum yang selalu tersungging di bibirnya. Fia hanya mampu mengangguk pelan, tuk menjawab.
"Sebentar ya ...," ijin Fia kepada kedua orang di hadapannya. Gadis itu masuk ke dapur dan mengambil kue brownis, kemudian keluar kembali menemui sahabatnya.
" Aku buatin brownis buat kamu Bun, anggep aja ucapan selamat atas jadian kembalinya kalian," ujar Fia berbohong sambil menyerahkan kue itu ke Embun.
"Ihh ... baik banget kamu, makasih ya." Embun mencium sahabat mungilnya itu penuh haru. Lalu gadis itu memotong kue brownis, kemudian mengigitnya.
"Gila enak banget ... Je cobain deh," ujar Embun sambil menyuapkan sepotong brownis ke mulut Jevin, cowok itu mengunyah kemudian mengangguk-anggukkan kepala pertanda dia setuju kalau brownis itu enak.
Safia hanya mampu menahan sesak di dada, melihat pemandangan di depannya. Sungguh ia tak menyangka jika cowok yang beberapa hari terakhir selalu jadi penyelamat hidupnya adalah kekasihnya Embun. Sahabat terdekatnya sekarang.
Ketiga anak muda itu pun, kemudian terlibat obrolan. Menjadi obatnya dalam obrolan manja Embun pada Jevin membuat Safia merasa jengah. Dan menurutnya Embun juga tidak punya perasaan memamerkan kemesraan pada dirinya yang baru saja patah hati.
Kebosanan yang dilanda Safia ternyata disadari oleh Jevin. Gadis mungil yang biasanya ceroboh sekali itu sedari tadi cuma diam. Entah menyimak obrolan atau tidak. Dan yang pasti senyum palsu yang dilukis Safia, tertangkap di mata Jevin. Tanggapan Safia yang begitu datar padanya dan juga Embun membuat dirinya merasa tidak betah.
"Sebaiknya kita pulang saja yuk, Bun! Sapa tau Safia masih sibuk dengan kerjaan dia," ajak Jevin pada Embun yang masih asyik bercerita sesekali menggigit brownies buat Safia.
"See iya. Masih ada beberapa kue yang harus aku bikin nih. Banyak orderan," sambar Safia cepat.
Hatinya memang berharap kedua sejoli itu lekas pergi dari hadapannya. Selain tidak nyaman rasanya, entah kenapa ada hawa panas yang mengalir di darah bila melihat sikap manja Embun pada Jevin.
"Ya udah deh, kita pergi dulu ya, Fi." Embun menyetujui usul Jevin. Setelah mendapat anggukan kecil dari Safia, kedua sejoli itu pun berlalu.
Safia sendiri begitu kedua sejoli itu pergi, segera menyuruh Sabira adik kembar ceweknya untuk segera menutup toko dengan alasan sedang tidak enak badan.
"Perasaan tadi happy-happy aja waktu bikin brownis," guman Sabira heran melihat kakaknya yang terlihat begitu galau menaiki anak tangga menuju kamarnya. "Aneh." Sabira hanya bisa mengendikan bahu tak tahu.
Safia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, begitu sampai di kamar. Gadis itu memegang dadanya yang berdenyut nyeri.
"Aku pikir setelah remuk berkeping-keping, dan sudah mulai tertata. Kau tidak akan hancur lagi hiks," kesah Safia sedih kepada hatinya sendiri.
"Akh ... Beteeeee," teriak Safia galau.
***
Setiap hari Safia merasa hatinya terasa panas, melihat kemesraan yang ditujukan Embun kepada Jevin saat mengantar atau menjemputnya di kantor. Apalagi saat semua teman kantor bilang kalau keduanya adalah pasangan yang romantis, ada rasa tidak rela dalam hati Safia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Sang Sahabat (21+ Tamat)
RomanceMencintai kekasih teman itu menyakitkan. Namun, ketika takdir justru mempertemukan, kita bisa apa? "Aku dijodohkan dengan cowok yang kucinta, tapi dia pacar sahabat dekatku." Kehidupan Safia berubah total saat dirinya harus menikah dengan Jevin, pac...