#Kekasih_Sahabatku
___Part 3___
"Safia???" Jevin pun sama terkejutnya.
Pemuda berpostur tinggi sekitar 180 cm itu tampak mengerjap beberapa kali untuk memperjelas pandangan. Dan ketika objek yang dilihat semakin mendekat pemuda itu tidak bisa mengelak lagi kalau gadis yang akan dikenalkan oleh sang mama adalah sahabat akrab kekasihnya sendiri.
Bu Jenni sendiri tampak begitu senang melihat anaknya sudah saling kenal.
"Kamu masih ingat dia, Je?" Bu Jenni menunjuk ke Safia dengan semringah.
"Dia temannya Embun, Ma." Jawaban Jevin dibalas pelototan mata oleh Bu Jenni. Pasalnya wanita itu tidak suka anaknya menyebut nama gadis lain di depan teman lamanya.
"Ini Safia ... Anaknya almarhum Pak Dahlan sopir kita dulu." Bu Jenni mencoba mengingatkan anaknya. Jevin berusaha mengingat-ingat, tapi sepertinya dia masih lupa. Namun, dalam hati ia mengakui jika wajah Safia memang tidak asing di otaknya.
"Sudahlah ... sebaiknya kita makan siang dulu, mari!" ajak Bu Jenni kemudian. Safia dan ibunya mengangguk dengan senyuman menyetujui usul Bu Jenni.
Mereka berempat pun berjalan, menuju meja makan. Di mana di meja kayu jati cokelat itu sudah terhidang berbagai macam makanan. Ada sop buntut, ayam bakar, cah kangkung, perkedel, dan juga sambal.
"Ayuk duduk di sini, Fia!" Bu Jenni sengaja menyuruh Safia duduk bersebelahan dengan putranya. Wanita itu tidak sungkan menarik kursi di sebelah kanan Jevin untuk diduduki Safia.
"Eee ... makasih, Tante," ucap Safia ramah. Sedikit ragu gadis itu mendaratkan pantatnya di kursi itu. Sementara Jevin diam saja saat Safia menoleh ke arahnya.
Sepanjang acara makan, yang lebih banyak bicara adalah Bu Jenni. Dia menceritakan semua tentang masa kecil Jevin, kenangan almarhum Pak Dahlan saat masih menjadi sopir di rumahnya.
Sesekali Bu Ratih ikut menimpali. Wanita itu juga berupaya mengingatkan kembali kenangan indah masa kecil Safia di rumah itu. Serta bercerita tentang betapa dulu dekatnya Safia dan Jevin saat masih kecil.
Safia dan Jevin sama-sama terdiam saja dan hanya menyimak. Namun, dalam hati keduanya mulai mengakui kebenaran cerita itu walau masih samar.
Kemudian Bu Jenni kembali bercerita. Kali ini tentang meninggalnya almarhum sang suami, Gavin Prasetyo. Yang telah berpulang menghadap Tuhan setahun lalu akibat terkena serangan jantung.
"Sebelum meninggal suamiku berpesan agar aku segera menjodohkan Jevin dengan Safia, guna memenuhi janjinya pada almarhum suamimu, Tih," tutur Bu Jenni pada ibunya Safia.
Safia dan Jevin sama-sama tercengang mendengarnya. Apalagi Jevin. Pasalnya pemuda itu sudah berjanji pada Embun sang kekasih akan segera meminangnya.
"Janji apa sih, Ma? Kok aku gak tahu," potong Jevin bingung. Sungguh hatinya menolak jika dirinya harus dijodohkan dengan Safia.
"Tar biar Mama cerita semua," sahut Bu Jenni pada anak semata wayangnya itu.
"Kami turut berduka mendengarnya. Kenapa tidak mengabari kami saat Pak Gavin meninggal, Bu?" tanya ibu Safia.
"Saat itu kami sedang kacau, Tih. Jadi lupa memberi tahu kalian," ujar Bu Jenni dengan gurat kesedihan di wajah.
Ibu Safia manggut-manggut mendengar jawaban Bu Jenni. Memaklumi.
Kemudian mereka kembali berbincang lagi. Kali ini Bu Jenni menanyakan tentang kehidupan Bu Ratih. Bu Ratih pun menjawab seperlunya.
Begitu juga dengan Safia, saat mama Jevin bertanya tentang aktivitasnya, gadis itu jujur mengaku jika tengah bekerja di kantor yang sama dengan Embun pacar Jevin. Namun, sepertinya Bu Jenni tidak peduli saat baik Safia maupun Jevin menyinggung tentang Embun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Sang Sahabat (21+ Tamat)
RomanceMencintai kekasih teman itu menyakitkan. Namun, ketika takdir justru mempertemukan, kita bisa apa? "Aku dijodohkan dengan cowok yang kucinta, tapi dia pacar sahabat dekatku." Kehidupan Safia berubah total saat dirinya harus menikah dengan Jevin, pac...