___ Part 5___
Hubungan pertemanan antara Safia dan Embun tetap terjalin baik. Baik Safia maupun Jevin masih menyimpan rahasia perjodohan mereka pada Embun. Dan keduanya juga pandai bergelagat jika di depan Embun. Jevin yang datar pada Safia, serta Safia yang juga selalu menjaga jarak jika mereka bertiga bertemu.
Sore itu setelah pekerjaan menumpuknya telah usai, Safia memutuskan untuk pulang. Dan seperti biasa, dirinya ke luar kantor bersama Embun. Begitu tiba di lobby kantor gadis itu sedikit merasa heran. Karena dia melihat ada Bu Jenni yang tampak tengah duduk menunggu seseorang. Lalu begitu melihat dia dengan Embun, wanita itu bangkit dan mendekat.
"Embun, ayo kita pulang bareng. Ada hal penting yang ingin tante bicarakan dengan kamu," ajak Bu Jenni datar dan tanpa memedulikan Safia.
"Emm ... iya. Baik, Tante," balas Embun sedikit gugup.
Embun memang selalu merasa canggung jika berhadapan dengan Mama Jevin. Dirinya menyadari kalau calon mertuanya itu memang tidak menyukainya. Alasannya kenapa Embun tidak mengerti.
Dengan dagunya wanita itu menyuruh Embun masuk ke dalam mobil Alphard hitamnya.
"Itu mamanya Jevin," bisik Embun pada Safia. Safia tersenyum kecut menanggapi. Embun masih belum tahu kalau Safia sudah mengenal Bu Jenni. "Aku jalan dulu, ya. Bye," pamit Embun pada Safia dengan sedikit rasa takut.
Gadis itu berlalu mengikuti langkah Bu Jenni yang sudah dulu mendahuluinya. Sebelum masuk mobil, Embun melambaikan tangan pada Safia. Raut ketegangan terpancar dari wajah lembut itu.
Safia membalas lambaian tangan Embun dengan termenung. Dirinya hanya mampu memandang kepergian dua wanita itu dengan perasaan yang bercampur aduk tidak menentu. Ada rasa takut yang menyergap hati. Takut kalau Bu Jenni sampai berbuat sesuatu pada Embun. Jika demikian ia pasti akan merasa bersalah. Namun, ia bingung harus berbuat apa. Akhirnya, setelah mendesah perlahan Safia melangkah menuju halte bus.
*
Sementara itu, dengan kikuk Embun duduk di samping Bu Jenni. Di sepanjang perjalanan kedua wanita itu saling diam seribu bahasa. Bu Jenni yang lurus menatap ke depan tanpa ekspresi, sedang Embun yang diam menunduk takut. Sesekali membuang pandangan ke jalanan guna menentramkan hati. Dua puluh menit berlalu, sang sopir menghentikan kendaraannya di sebuah kafe.
"Ayo turun, Embun!" ajak Bu Jenni masih datar.
"Iya," sahut Embun santun.
Keduanya turun dari mobil. Sama seperti sebelumnya Embun berjalan di belakang Bu Jenni saat masuk kafe. Hati gadis itu diliputi berbagai pertanyaan. Ada apa gerangan? Kenapa tiba-tiba Mamanya Jevin ingin berbicara dengannya?
Bu Jenni memilih meja nomer 20 yang terletak di sudut kafe. Sedikit lebih sepi. Wanita itu dengan tenang menyuruh Embun duduk.
Ketika keduanya telah duduk di sebuah kursi empuk berwarna merah, dengan anggun Bu Jenni mengawai seorang pelayan. Pelayan perempuan dengan seragam warna hitam mendekat. Bu Jenni lantas memesan minuman. Wanita itu menanyakan minuman apa yang diinginkan oleh Embun. Gadis di hadapan menjawab kalau dia memesan jus mangga susu.
"Jus mangga susu dua ya, Mbak," pesan Bu Jenni pada pelayan. Pelayan gadis itu mengangguk dan mencatat. "Sama dua porsi pisang goreng cokelat keju, ya," tambah Jenni.
"Baik, Bu. Mohon tunggu sebentar, ya" pinta pelayan itu ramah. Usai berkata seperti itu sang pelayan berlalu.
Tidak sampai sepuluh menit, pesanan Bu Jenni datang. Pelayan perempuan itu menyajikan dengan ramah. Setelah mempersilahkan, gadis itu pun kembali berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Sang Sahabat (21+ Tamat)
RomanceMencintai kekasih teman itu menyakitkan. Namun, ketika takdir justru mempertemukan, kita bisa apa? "Aku dijodohkan dengan cowok yang kucinta, tapi dia pacar sahabat dekatku." Kehidupan Safia berubah total saat dirinya harus menikah dengan Jevin, pac...