"Aku ... a-aku kedinginan,"bisik Safia lembut ke telinga Jevin. Seketika bulu kuduk Jevin meremang saat napas hangat Safia menyentil telinganya. Pria itu menatap istrinya yang terlihat begitu sayu.
"Sepertinya a-aku demam," lanjut Safia masih dengan tatapan sayu nan merayu.
Wanita itu sedikit berbohong. Sebenarnya dia tidak demam. Hanya saja Safia ingin menarik perhatian dari Jevin. Walaupun jarang mengikuti kajian agama, tetapi Safia tahu jika seorang istri menawarkan diri pada suami maka Allah menjanjikan surga pada wanita tersebut.
Safia tidak mengapa dicap sebagai wanita agresif. Toh itu berlaku pada lelaki halalnya sendiri. Apa lagi itu semua ia lakukan demi kelangsungan rumah tangganya. Agar tidak terasa hambar dan gersang, tanpa adanya kehangatan cinta dan kasih di dalamnya.
Melihat mata sendu Safia dan bibir ranumnya yang sedikit terbuka seperti ingin disentuh, Jevin menelan Saliva. Safia semakin menarik lengan panjang Jevin mendekat hingga kini jarak mereka sudah sangat dekat. Hidung mereka beradu.
Lalu entah siapa yang memulai, bibir mereka kini telah beradu. Jevin melumat lembut bibir tipis Safia dan Safia pun membalasnya. Hasrat Jevin ingin meminta lebih, pria itu mengendus leher jenjang Safia sembari memejam dengan kedua tangannya memeluk pinggang ramping sang istri. Sementara istri juga tampak begitu menikmati.
Namun, tiba-tiba Jevin menghentikan aksinya. Sekelebat wajah Embun menghiasi pikiran. Merusak moodnya untuk berbuat jauh pada sang istri. Alhasil pria itu menarik diri dari istrinya. Safia sendiri agak tertegun melihat Jevin mengendurkan pelukan.
"Ada apa, Je?" tanya Safia syahdu. Dia masih berusaha memancing suaminya.
Jevin menghela napas panjang. Dia berusaha mengendalikan diri. Pelan ia tempelkan tangannya pada kening Safia. "Kamu bilang sedikit demam, tetapi suhu badanmu biasa saja. Gak panas," ujar Jevin parau
Safia menelan ludah. Rencananya tidak berhasil. Jevin sendiri mengambil termometer di kotak obat dalam laci. Pria itu lekas menyerahkannya pada sang istri.
"Tapi ... ini sungguh dingin se-sekali, Jevin," ujar Safia berpura menggigil sambil menerima benda itu.
"Sebentar," tukas Jevin.
Jevin ke luar kamar dan turun ke dapur. Pria itu berniat membuat teh manis hangat untuk istrinya. Segera ia menyeduh teh celup dalam cangkir setelah menuangkan dua sendok teh gula pada cangkir tersebut.
Jevin berjalan cepat kembali ke kamar. Teh manis itu lekas ia memberikan kepada istrinya yang masih terlihat menggigil di ranjang. Safia menerima teh hangat itu dengan tangan yang begetar. Dia menyesap sedikit air teh itu.
"Apa masih dingin?" tanya Jevin perhatian.
"He-eh." Safia menganguk lemah.
Jevin berjalan untuk mengambil bed cover di almari. Kesempatan itu digunakan Safia untuk mencelupkan termometer digital itu ke dalam teh hangat. Dirinya lekas mencabut termometer itu sebelum Jevin Kembali menghadapnya.
"Pakailah," suruh Jevin. Penuh perhatian dia menyelimuti tubuh Safia dengan selimut tebal.
"Masih dingin?" tanya Jevin melihat badan Safia yang terus saja bergetar.
Safia hanya menganggukkan kepala, lalu dia memberikan termometer itu kepada suaminya. Jevin ternganga melihat suhu di benda itu. Lima puluh dua derajat celcius. Panas sekali!
"Safia ... ini panas sekali!" seru Jevin kaget tidak percaya. Kembali ia menempelkan tangannya ke dahi Safia. Kembali pula dia merasakan kalau badan Safia biasa saja. Tidak panas. Jevin mengernyit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Sang Sahabat (21+ Tamat)
RomanceMencintai kekasih teman itu menyakitkan. Namun, ketika takdir justru mempertemukan, kita bisa apa? "Aku dijodohkan dengan cowok yang kucinta, tapi dia pacar sahabat dekatku." Kehidupan Safia berubah total saat dirinya harus menikah dengan Jevin, pac...