9. Cold Husband

4.5K 224 30
                                    

Keesokan paginya, Safia membuka mata. Wanita itu melirik bantal yang ada disamping. Kosong. Matanya menyapu ruangan. Tidak ada Jevin.

'Sudah bangunkah dia? Atau dia tidak tidur disini?' Safia membatin.

Safia menggeliat beberapa kali. Memutar kepala ke kiri dan kanan guna melemaskan otot. Lantas matanya melirik jam kotak digital di nakas. Sudah pukul lima kurang lima menit.

Bergegas Safia menuju kamar mandi yang ada dalam kamar. Wanita itu membersihkan badan dengan berendam air hangat di bathtub. Ada sekitar dua puluh menit dirinya memanjakan diri di air hangat dan wangi itu.

Setelah mandi dan berganti pakaian biasa, Safia bergegas menggelar sajadah guna melaksanakan kewajiban dua rakaatnya. Walau sedikit telat, tetapi pikirnya tidak mengapa. Dari pada tidak sama sekali.

Di sujud terakhir, wanita itu memohon kepada Allah agar pernikahannya ini langgeng dan senantiasa diberkahi. Dalam doa, wanita itu juga berharap agar cintanya pada Jevin mendapat sambutan. Tidak lupa ia berdoa agar persahabatan dengan Embun tetap berjalan harmonis seperti dulu kala. Safia mendoakan semoga Embun lekas mendapat pengganti Jevin. Seorang lelaki yang baik untuk sahabatnya.

Usai salat Safia turun menuju dapur. Dia ingin membuat sarapan. Dengan bahan seadanya, dia berniat membikin nasi goreng saja. Namun, di ruang keluarga dia mendapati sang suami masih tertidur di sofa. Tampak tangan Jevin masih memegang remot televisi.

Safia mendekati suaminya. Penuh kehati-hatian dia mengambil remote itu, lantas menaruhnya di atas meja. Entah mengapa tangannya ingin menyentuh wajah pria di hadapannya itu. Sungguh Safia terpesona melihat Jevin yang terlelap damai. Wajah Jevin terlihat begitu tampan di matanya. Pelan, dia mengusap muka Jevin. Membelai sejenak pipi tegas itu.

"Jevin ... bangun! Sudah siang," bisiknya lembut.

Jevin masih terlelap. Safia tersenyum. Sekali lagi ia membangunkan Jevin dengan bisikan lembut. Merasakan sentuhan di wajah dan semilir hawa di telinga membuat Jevin terbangun. Pria itu membuka mata.

Mata Jevin mengerjap perlahan. Sosok wajah manis imut berambut basah menyunggingkan senyum manis untuknya. Jevin merasa terpikat. Tanpa sadar dia memegang tangan Safia. Pasangan suami istri itu saling tatap menatap. Namun, beberapa menit kemudian, Jevin segera melepas genggaman tangannya pada Safia. Wajah Embun tiba-tiba menyapa pikirannya. Lalu tanpa bicara Jevin pergi naik ke atas menuju kamarnya.

Safia menghela napas melihat itu. Akan tetapi, dia tidak berpikiran buruk. Jevin dan dirinya perlu penyesuaian, pikirnya. Kini langkahnya menderap ke dapur. Kembali ke niat utama yaitu membuat sarapan.

Begitu sampai dapur Safia membuka lemari pendingin. Dia mengambil dua butir telur dan potong sosis. Tidak ada sayuran. Dengan cekatan Safia meracik bumbu dan mulai memasaknya.

Tidak sampai setengah jam, nasi goreng Safia telah siap. Saat dirinya tengah menyiapkan makanan di meja  Jevin datang mendekat. Pria itu mengenakan pakaian rapi walau tidak terlalu formil. Tanpa bersuara Jevin menarik kursi.

"Terima kasih," ucap Jevin pelan ketika menerima secangkir teh manis yang disodorkan Safia.

Pria itu menyesap minumannya pelan. Cangkir Jevin taruh kembali di meja usai dua kali meneguknya. Lantas dia membalikkan piring yang tersedia di meja. Dalam diam Jevin menyodorkan piring itu ke arah istrinya.

Safia menerima piring itu dengan senyum tipis. Dia lekas menuangkan dua centong nasi goreng ke dalam piring tersebut.

"Silahkan dinikmati," ujar Safia sembari menyodorkan kembali piring tersebut.

Jevin menerimanya. Pelan dia mulai menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut. Jevin mengecap dan mengunyah perlahan.

Wuekkk

Gairah Sang Sahabat (21+ Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang