Keesokan pagi
Embun membuka mata tatkala mendengar kicauan burung di atas dahan pohon rambutan samping rumah. Mata gadis itu mengerjap. Sinar mentari pagi yang menerobos ventilasi kamarnya menyilaukan mata.
Aargh!
Embun menggeliat malas. Kepalanya terasa sedikit pusing dan badan juga terasa pegal-pegal. Dengan malas gadis itu kembali bergelung dengan selimut. Guling besar kesayangan kembali ia peluk.
Namun, ada sesuatu hal aneh yang Embun rasakan. Guling yang ia peluk terasa seperti hidup. Telinganya menangkap ada deru napas teratur dari benda panjang tertutup selimut itu. Penasaran, Embun lekas menyingkap selimut putih miliknya.
"Aaaaa!"
Embun berteriak histeris. Gadis itu panik melihat ada Yuki yang tengah tertidur pulas di sampingnya.
"Aaaaa!"
Embun kembali berteriak kencang. Setelah membuka selimut, ternyata kancing bajunya telah terlepas beberapa. Cepat ia menutup kembali kancing bajunya. Setelah itu baru mengguncang tubuh Yuki untuk membangunkan cowok itu.
"Yuki bangun!" teriak Embun kencang. "Apa yang telah kamu perbuat padaku, hah?!" geram Embun seraya memukul-mukul dada Yuki.
Mendapat serangan secara mendadak dan bertubi-tubi otomatis Yuki membuka mata. Pukulan dan cubitan Embun yang bersarang pada pinggang dan dada membuatnya segera bangun duduk. Tangan Yuki cekatan menangkis pukulan Embun.
"Kenapa kamu lakukan ini padaku, Ki? Itu jahat sekali! Hiks," geram Embun penuh kesedihan.
Gadis itu menangis histeris. Bertahun-tahun ia menjaga kesucian diri dari tangan-tangan nakal para sepupu. Dirinya juga bersabar tidak pernah berbuat jauh selama berpacaran dengan Jevin. Semua itu ia lakukan demi kebahagiaan calon imamnya kelak. Tetapi kini justru perjuangannya sia-sia. Kehormatannya hancur di tangan orang yang tidak ia cinta.
Melihat Embun menangis nelangsa, Yuki meraih kepala gadis itu ke dalam pelukan. Akan tetapi Embun malah mendorong tubuh pemuda itu dengan kasar.
"Bukankah semalem, lo sendiri yang minta." Yuki berbohong dengan tenang.
"Gak mungkin!" sergah Embun marah sekaligus malu.
Kembali Yuki meraih kepala Embun. Lajang itu mengusap rambut sang gadis dengan lembut berusaha memberi ketenangan. Sekali lagi Embun menepis tangannya dengan berang. Gadis itu tersedu-sedu sedih. Sungguh hati Embun merasa takut.
"Coba lo ingat kembali kejadian semalam!" suruh Yuki pada Embun karena melihat gadis itu terus saja terisak.
Gadis berhidung bangir itu menatap Yuki. Yuki tersenyum mengangguk. Mata Embun memandang langit-langit kamar. Dia berusaha mengingat kejadian semalam. Embun teringat dirinya dan Ghea telah bersekongkol untuk mengerjai Safia. Sehingga dia berpura mengajak Yuki ke acara itu.
Lalu Embun juga teringat jika dirinya menjadi aneh, setelah beberapa waktu menegak minuman yang disodorkan oleh Yuki.
"Tidaaak!"
Embun menjerit keras mengingat kejadian konyol semalam. Lajang bertubuh kuning langsat itu kian mengeraskan suara tangisnya, saat teringat betapa memalukan dia yang menggoda Yuki terlebih dahulu.
"Sudahlah. Gue akan bertanggung jawab, kalo sampe terjadi apa-apa sama elo," janji Yuki meyakinkan.
'Lo gak bakalan hamil. Orang semalam kita tidak ngapa-ngapain. Lo-nya keburu ketiduran dulu sih,' batin Yuki berujar. Kembali pemuda itu hanya mampu menahan geli di hati. Sumpah pemuda itu ingin terpingkal keras, tetapi lekas ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Sang Sahabat (21+ Tamat)
RomanceMencintai kekasih teman itu menyakitkan. Namun, ketika takdir justru mempertemukan, kita bisa apa? "Aku dijodohkan dengan cowok yang kucinta, tapi dia pacar sahabat dekatku." Kehidupan Safia berubah total saat dirinya harus menikah dengan Jevin, pac...