🍷 03. Bukan Istri Bayaran 🍷

10.7K 1K 142
                                    

Selamat malem temans, dr Satrio mengudara nih. Kuyy merapat cari tempat 🤭🤭

Satrio membuka mata ketika hari sudah terang. Kamarnya remang-remang karena tirai gelap yang menutup jendela. Satrio bangun dan meraih gelas air putih di atas nakas samping tempat tidurnya dan meneguknya hingga tandas. Setelahnya dia kembali berbaring dan mendekat ke arah Ocean. Istrinya itu berbaring memeluk guling dan membelakanginya meski berada di bawah selimut yang sama.

Satrio memeluk Ocean dan meletakkan kepalanya di punggung Ocean. Jarinya membelai bahu telanjang Ocean yang seketika membuat istrinya itu bergerak, pelan-pelan menyusun kesadaran dari tidur nyenyaknya yang terganggu. Satrio tahu kalau Ocean sedang berusaha membuka mata meski kantuk masih menggelayuti matanya.

"Geser, Sam. Aku capek," ujar Ocean dengan suara pelan dan malas.

"Tidur aja kalau capek, aku nggak mau ngapa-ngapain, kok," jawab Satrio kalem.

Hening ... lalu Ocean bangkit dari tidurnya dan mendorong Satrio hingga bergeser ke tepi ranjang dan hampir jatuh kalau saja Ocean menggunakan tenaga sedikit lebih besar. Tawa Satrio membuat Ocean kembali berbaring dan masuk ke dalam selimut. Pagi Satrio benar-benar sangat indah, jauh lebih indah dari pagi-pagi sebelum pernikahannya.

"Jauh-jauh dari aku!" seru Ocean.

"Memangnya kenapa mesti jauh dari kamu? Kamu istriku, kan?"

Sebenarnya Satrio paham apa yang dimaksud oleh Ocean. Istrinya itu terpaksa menerimanya sebagai suami, tetapi baginya semua harus berada di jalurnya. Dia tidak suka mempermainkan yang namanya pernikahan. Selagi bisa maka baginya itu adalah komitmen sekali seumur hidup yang harus dijaga.

"Istri terpaksa," sahut Ocean ketus.

"Apa iya terpaksa? Sampai hampir pagi, loh, Cean," seloroh Satrio.

Ocean bangkit dan menatap garang ke arah Satrio. "Kamu memperdayaku, benci aku sama kamu, Sam."

Satrio terdiam dan menatap lurus pada Ocean. "Cean dengar ... aku nggak peduli kamu merasa terpaksa atau tidak, kamu suka atau tidak, kamu mau atau tidak, yang perlu kamu ingat hanya satu. Aku tidak mau pernikahan pura-pura dan kamu pasti tahu aturan mainnya. Bapakmu penghulu, kan? Jadi kamu pasti tahu hukumnya."

Satrio turun dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Dia mandi di bawah guyuran air yang memancar deras dan menikmati pagi santai tanpa terpengaruh omelan Ocean. Baginya semua perkataan Ocean hanyalah omong kosong yang tidak ada artinya. Satrio tetap pada pendiriannya bahwa dia akan berusaha membawa pernikahannya menjadi benar.

Sebenarnya dia masih tidak mengerti dan bingung dengan perubahan Ocean. Menurut ibunya, Ocean tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun pasca berpisah dengannya. Perempuan itu hanya pergi kuliah dan menamatkan magister manajemennya lebih cepat dari yang seharusnya kemudian mulai membuat usaha dengan teman-temannya. Usaha bersama yang dimiliki Ocean adalah kepemilikan atas minimarket yang walaupun hanya berlokasi di pinggiran kota, tetapi hasilnya cukup untuk membuat Ocean hidup layak.

Satrio keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk di pinggulnya. Dia berjalan ke arah lemari kayu berwarna hitam yang ada di pojok kamar dekat jendela dan mencari sendiri bajunya. Diliriknya jam dinding lalu mendesah pelan. Ternyata dia cukup lama berada di kamar mandi, pantas saja perutnya sudah berteriak minta diisi.

Setelah mengenakan celana santai selutut berwarna putih dan kaos Polo warna hitam, Satrio keluar dan berjalan menuruni tangga menuju ke dapur. Ocean terlihat sibuk membuat sarapan. Istrinya itu sudah mandi dan tampak segar, terlihat dari rambutnya yang masih basah dan wajah tanpa polesan make up.

Janji KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang