🍷 11. Renungan Ocean 🍷

7.7K 897 91
                                    

Selamat sore menjelang malam. Tetiba ingat dong sama Satrio😁

Ocean sedang duduk sendirian di taman belakang rumah. Biasanya hari Sabtu dia masuk kerja hanya setengah hari. Kebiasaannya saat akhir pekan setelah menikah adalah mengunjungi rumah orang tuanya, tetapi hari ini adalah pengecualian. Ocean memilih untuk berada di rumah, berniat menunggu Satrio pulang kerja.

Semalam Satrio pulang larut dan tampak sedang marah. Ocean tidak mengerti apa yang diributkan oleh Satrio hingga berkata tajam seperti itu. Untuk pertama kali dalam pernikahannya, Ocean merasa sangat terasing. Meskipun suka menyindir, biasanya Satrio masih ramah dan berusaha membuatnya nyaman dan itu tidak terjadi akhir-akhir ini.

Ocean menyandarkan punggungnya di kursi taman yang terbuat dari rotan. Bentuk bundar kursi yang sedang dia duduki membuat Ocean merasa nyaman menikmati angin sepoi-sepoi yang menyapanya. Di sampingnya ada es tebu yang semalam dibawakan oleh Satrio serta bolu kukus dengan taburan keju dan diletakan di atas meja.

Memejamkan matanya, Ocean menikmati kesejukan di siang itu. Taman di belakang rumah ini adalah satu-satunya tempat kesukaannya di rumah Satrio. Rumah Satrio dan akan selalu begitu karena Ocean merasa tidak pernah disambut sejak kedatangannya.

Memang benar Ocean menginginkan pernikahan sementara dengan Satrio. Kemudian apa? Dia hanya berpikir bahwa kehidupannya yang sederhana bersama orang tuanya masih lebih membahagiakan daripada kehidupan mewah yang Satrio berikan. Ocean mengatakan semuanya karena dia tidak ingin terikat dalam pernikahan tanpa cinta.

Keberadaannya di sisi Satrio hanyalah ganti dari kesembuhan bapaknya. Bagaimanapun Ocean berusaha saat itu, biaya rumah sakit bapaknya masihlah terlalu mahal untuknya. Menjual rumah juga bukan merupakan solusi yang baik, belum lagi biaya kuliah adiknya yang tidak murah.

"Cean ...." Sebuah panggilan dari dalam rumah membuat Ocean membuka mata.

"Ya, Sam." Bergegas dia bangkit dari duduknya dan berniat masuk ke rumah.

"Di situ aja." Satrio sudah muncul terlebih dulu dan duduk di kursi sebelah Ocean. Matanya terpejam dan Ocean membiarkan hal itu.

Duduk di samping Satrio, dulu adalah hal yang sangat Ocean sukai. Mungkin sampai sekarang pun masih seperti itu. Hanya saja apa yang ada di dalam hatinya tidak bisa dikeluarkan begitu saja. Bukan karena terlalu sakit, tetapi terlalu menyedihkan. Pernikahannya dengan Satrio hanya mempunyai satu tujuan, yaitu menyenangkan bapak Ocean yang saat itu sedang sakit.

Setahun yang lalu tiba-tiba Ocean mendapati bapaknya sakit. Untung saja Ocean mengetahui hal itu dan melakukan pengobatan secara rutin. Namun, ternyata semua itu tidak terlalu menolong karena pada akhirnya penyakit bapaknya kambuh. Ocean melarikan bapaknya ke rumah sakit dan saat itulah dia bertemu kembali dengan Satrio.

Masih Satrio yang ramah dan mempesona seperti 6 tahun silam. Masih Satrio yang tidak pernah gagal memikat hati bapak dan ibunya bahkan hanya dengan sebuah senyuman.

Begitu bapaknya sadar dan melihat Satrio kembali maka saat itu semua dimulai. Keterkejutan Ocean tidak diperhatikan oleh pria yang notabene adalah bapak kandungnya sendiri. Dalam keterbatasannya berkomunikasi, bapaknya meminta Ocean untuk menikah dan Satrio menyetujuinya begitu saja.

"Sebelum menjalani operasi, bapak hanya mau kamu menikah, Cean," pinta bapaknya. "Kalaupun bapak nggak selamat nanti, maka sudah ada yang bertanggung jawab atas kamu dan bapak bisa pergi dengan ikhlas."

Mudah saja bagi ibu Ocean untuk menghubungi rekan kerja bapaknya sebagai saksi pernikahan dari pihaknya. Teman Satrio pun datang begitu saja seolah semua memang sudah direncanakan. Kemudian semuanya terjadi dalam waktu yang begitu singkat dan dari sana Ocean merasa mimpi buruknya dimulai.

Janji KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang