🍷 05. Teman Menyesatkan 🍷

8.1K 941 77
                                    

Siang temans. Sekali-kali makan siang ditemani Mas Sat😁🥰🥰

Satrio menekan klakson dan tak lama kemudian gerbang tinggi di depannya terbuka. Segera dia mengemudikan mobilnya masuk dan berhenti di belakang mobil kecil berwarna hitam. Keluar dari mobil dengan membawa kantong plastik berisi buah-buahan, dia berjalan menaiki teras. Belum sempat menekan bel, pintu terbuka dan muncullah Minah, ART yang bekerja di rumah Alfredo dengan Ale mengekorinya.

"Om Sat!" seru Ale yang langsung melompat ke pelukannya. Beruntung Satrio sudah memberikan kantong plastiknya pada Minah atau benda itu akan terjatuh karena dia memilih untuk menyambut terjangan Ale.

"Kencang banget lompatnya, Boy," kata Satrio. "Kalau Om Sat nggak bisa nangkap kamu gimana?" tanyanya sambil menggendong Ale masuk rumah.

Ale memeluk leher Satrio erat. "Paling-paling kita jatuh, nggak sakit, sih, akunya. Kan nimpa Om Sat," celoteh Ale lugu.

Seperti biasa, Satrio akan berubah seperti bocah jika bertemu dengan Ale. Keduanya terkikik ketika memasuki ruang tengah dan menemukan Raphael beserta istrinya.

"Mas Sat, ke sini nggak ngajak istrinya. Nggak mau ngenalin ke kita, ya? Kamu umpetin terus biar apa?" Athena memberondongnya dengan pertanyaan.

Satrio menurunkan Ale dan mebuat bocah itu duduk di sampingnya. "Hei Bayiku, ngomong-ngomong sudah gol belum?" Satrio mengerling ke arah Athena.

"Main sepak bola, Om Sat?" Ale bertanya dari sebelah Satrio.

"Nah, loh ...."

"Diam, Bayi!" Satrio sedikit keki pada Athena.

"Om Sat ... kenapa tante dipanggil bayi? Kan yang bayi adek Vito?"

Melihat seringaian Athena yang semakin lebar, Satrio benar-benar merasa jengkel dan rasanya ingin menjitak kepala cantik itu saking gemasnya.

"Jangan bilang kalau kamu mau menjitak istriku." Raphael membaca pikiran Satrio dengan tepat.

Satrio tertawa kencang ketika mengingat bahwa seluruh pikiran konyolnya selalu dibaca Raphael dengan tepat. Dia sendiri heran bagaimana pria pendiam seperti Raphael bisa begitu peka pada situasi-situasi tertentu.

"Kenapa tertawa kalian keras sekali? Mau diusir gara-gara mengganggu istirahat Vito?" Alfredo datang dan langsung bertanya dengan nada menyebalkan.

"Itu Papa ... Om Sat bilang tante main bola gol," lapor Ale.

Alfredo mendelik ke arah Satrio, sementara Satrio cengengesan tidak merasa berdosa. Dia tidak peduli pada omelan yang akan Alfredo keluarkan, paling-paling temannya itu akan mengatakan tentang mengontrol kata-kata di depan anak kecil.

"Ale ayo ikut tante, tadi puding lumut buatan mama pasti sudah dingin," ajak Athena pada Ale yang langsung membuat bocah itu bangkit dari kenyamanannya bersandar pada Satrio.

"Aku mau makan puding dulu, ya, Om Sat, Om Ael, Papa," pamit Ale. Satu per satu dia memeluk papa dan para om kesayangannya sebelum meraih tangan Athena dan berlalu ke dapur.

Satrio meremas rambutnya dan berbaring  di karpet setelah mendorong Raphael. Rasanya begitu damai berada di rumah sahabatnya ini, melupakan sejenak tentang pertengkarannya dengan Ocean yang sama sekali tidak ada niatan untuk melembutkan hati.

"Istrimu kenapa?" Raphael langsung bertanya tanpa sungkan.

Satrio menarik bantal yang sedang disandari Alfredo, menutupkannya ke wajah tanpa mengindahkan pertanyaan Raphael. Tak seberapa lama, bantal itu ditarik dari wajahnya dan tampaklah muka menyebalkan Alfredo dekat dengan matanya.

Janji KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang