Malem temans. Yang udah nungguin dr. Satrio langsung cari posisi yang enak buat mbaca🤭🤭
Btw ini belum aku edit typonya. Jadi kalo nemuin itu tolong diingetin. Saia gak papa kok😁😁
Hati Satrio sedang senang. Tabiatnya yang dasarnya menyenangkan, jadi lebih menyenangkan karena hal itu. Sepanjang pagi, senyum ramah selalu tersungging dari wajahnya yang memang rupawan. Beberapa dokter obgyn yang kebetulan dinas di waktu yang sama sempat menggodanya.
"Dokter Sat, sepertinya anda sedang dalam mood yang baik hari ini," komentar Made, rekan sejawatnya.
"Tentu saja Dokter Made, Dokter Satrio kan baru pulang dari bulan madu yang sedikit terlambat," timpal Radit.
"Kita tinggal menunggu kabar baiknya kalau begitu." Ayu tak mau kalah.
Satrio berdecak. "Kalian itu, suka bener godain saya. Bosan mingkem itu mulut?" Satrio menanggapi dengan santai. "Lagian nih, ya, pada gada kerjaan gitu? Sana kerja, jangan makan gaji buta!"
"Ada hal yang memang harus membuat kita itu wajib sedikit iseng dan hari ini sepertinya giliran anda yang menjadi korban keisengan, mengingat kebiasaan anda yang suka julid," sangkal Ayu tidak terima tuduhan Satrio.
"Apa yang mau dikerjain, Dokter Sat? Poli sudah tutup dan yang di luar itu pasien fanatiknya Dokter Imelda," ujar Bambang.
"Pada nggak praktik lagi ini?" Satrio masih berusaha mengusir rekan-rekannya.
"Tidak, Dokter." Serempak Ayu, Made dan Radit menjawab.
Satrio hanya bisa menggeleng melihat kelakuan rekannya yang terkadang bisa sangat absurd, tetapi dia langsung sadar bahwa dirinya pun tak kalah dari mereka. Di beberapa kesempatan, dirinya justru lebih tidak jelas dibanding semua orang maka yang bisa dia lakukan kini hanya diam.
"Ngomong-ngomong, Dokter Sat ... saya ini punya pasien, bikin galau sebenarnya." Radit memulai pembicaraan tentang kasusnya.
"Kenapa galau?" Satrio menanggapi serius.
"Dia ini sedang proses pembukaan sekarang. Dari kehamilan delapan bulan sudah saya suruh diet karbo, tapi entahlah ... dilakukan atau tidak. Bobot bayinya melonjak hingga lima kilo."
"Bedah saja, Dokter Radit. Jangan ambil resiko," saran Satrio.
"Itulah masalahnya."
"Semalam saya sudah menyarankan begitu. Formulir sudah diberikan dan kembali dengan pernyataan tidak setuju. Setelah itu mereka meminta ganti dokter dan di sinilah saya, nggak dibutuhkan lagi oleh keluarga mereka."
Alis Satrio bertaut. "Kenapa tidak setuju?"
"Si ibu bayi bilang pengen lahiran normal, si bapak bayi bilang nggak ada biaya buat OP."
"Apa?" Satrio mendadak kaget. "Itu bukan masalah. Kalau memang tidak mampu, kita bisa bantu carikan jalan keluar. "Siapa dokter yang menangani sekarang?"
"Dokter Hutama."
Satrio mengangguk. "Ya sudah tidak apa-apa. Dokter Hutama lebih senior dari kita. Beliau pasti tahu dengan apa yang harus dilakukan," ujar Satrio.
"Masalahnya Dokter Sat, kondisi itu harus bedah. Sudah nggak mungkin bisa melahirkan normal, Anda pasti tahu kasus seperti ini.
Satrio menegakkan duduknya dan meneguk air mineral yang ada di depannya. "Kita ini hanya dokter yang bertugas membantu pasien sesuai dengan kode etik. Keputusan pasien dan keluarganya masih lebih diutamakan daripada kita. Kita bisa apa kalau mereka tidak setuju?"
"Tapi Dokter Sat ...."
"Dokter Hutama pasti bisa menangani hal ini. Biarkan saja."
Rekan-rekan Satrio mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kedua
RomansaCover by @henzsadewa Terkenal cerdas dan bertangan dingin dalam menangani seluruh kasus pasiennya tidak membuat Satria beruntung dalam cinta. Wanita yang dia nikahi mencintai pria lain. Pernikahan yang penuh kesalahpahaman itu membawa Satria menemu...