Epilog.

185 12 4
                                    

Happy Reading ~

Dimas dan Naila pergi ke taman kota untuk sekedar menghabiskan waktu berdua.

"Nai!" Panggil Dimas.

"Hm?" Tanya Naila dengan dehaman singkat.

"Apa harapan kamu buat hubungan kita ke depannya?" Tanya Dimas.

"Semoga kita selalu sama-sama terus. Eumm yaa kita tetep sama sama meski banyak konflik yang bakal dateng ke hubungan kita. Hehe, kalo kamu gimana?" Jawab Naila seraya menatap mata kekasihnya itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Dimas.

"Kalo aku, pengennya kita tua bareng punya anak cucu. Selalu berdua, aku ngga mau pisah lagi sama kamu." Ucap Dimas.

Naila terkekeh akibat jawaban Dimas.

"Oh iya, nanti kamu mau punya anak berapa? 100 pun aku mau bikinya asal sama kamu." Tanya Dimas dengan gombalan recehnya itu.

"Sekolah dulu, baru mikirin itu ish." Naila berdecak sebal akibat ulah Dimas, tetapi kedua belah pipi gadis itu bersemu.

"Nai, setiap saat aku rindu sama kamu." Ucap Dimas yang so puitis.

"Apasih, gombal mulu ish!" Decak Naila, sebal.

"Dari pada aku gombali cewek lain, pasti kamu marah." Balas Dimas.

"Awas aja!" Naila menatap Dimas dengan tatapan mematikan.

"Kamu cemburu yaa?" Tanya Dimas, menggoda gadisnya.

"Nggak tuh!" Ujar Naila.

"Iyalah, ngapain cemburu... Kamu kan bidadari, jauh sama mereka hahahaha. Gak ada yang bisa ngalahin kamu." Goda Dimas.

"Apasih, Dim?!" Naila blushing di buatnya.

"Ayo pulang, udah malem." Ajak Naila.

"Jangan dulu." Cegah Dimas.

"Kenapa?" Tanya Naila.

"Masih kangen." Jawab Dimas.

"Apaansih kan tiap hari ketemu!" Ucap Naila.

"Tetep aja, kalo ngga ngeliat muka kamu... Aku kangen berat." Balas Dimas.

"Ck tau ah. Gombal mulu!" Keluh Naila.

"Iyaiya, yaudah ayok." Ajak Dimas.

Kemudian keduanya bangkit lalu Dimas mengantar Naila pulang ke rumahnya.

Sesampainya di pekarangan rumah gadis itu.

"Nai!" Panggil Dimas.

"Apa?!" Jawab Naila ketus.

"Liat sini dulu dong." Ucap Dimas.

Naila menoleh ke arah cowok itu, dengan tatapan kesal.

Tangan Dimas meraih sesuatu di saku celananya.

"Nih buat kamu. Jangan ngambek lagi ya!" Ujar Dimas.

Ia mengeluarkan sebuah kalung sederhana namun terlihat elegant. Kalung itu memiliki liontin yang sangat terlihat menawan dan cantik.

Dimas menyodorkan nya ke Naila, seraya mengacak gemas rambut sang gadis.

"Makasih yaa." Ucap Naila.

"Aku terhuraaaa, makasih banyak... Padahal ngambek nya cuma becandaaa." Lanjut Naila.

"Terharu, Nai." Koreksi Dimas seraya terkekeh.

"Sini, mau aku pakein ngga?" Tanya Dimas.

"Peluk dulu..." Rengek Naila.

Kemudian Dimas mendekap erat tubuh Naila. Setelah beberapa menit lamanya mereka menyalurkan cinta di dalam dekapan itu, akhirnya Naila meregangkannya hingga acara pelukkan mereka selesai.

Tak lama, Dimas memakaikan kalung itu di leher jenjang milik Naila.

Dimas bersusah payah menelan ludah ketika melihat leher gadisnya.

"Cantik." Puji Dimas seraya tersenyum hangat seusai memasangkan kalung itu.

"Makasih." Ucap Naila dengan kepercayaan diri tingkat dewa.

"Kalung nya yang cantik maksudnya hehe." Goda Dimas.

Naila mengerucutkan bibirnya, pertanda bahwa gadis itu ngambek karena ulah kekasihnya.

"Ngga lah boong. Cantikan bidadari yang pakenya kok." Ujar Dimas.

Seulas senyum mengembang cantik di wajah Naila.

"Makasih yaa, Dimas!" Seru Naila lalu memeluk lelaki itu.

"Iyaa, sama-sama." Balas Dimas membalas pelukkan Naila.

Itu adalah moment yang tidak akan pernah terlupakan oleh kedua insan itu.

🌻Naila's Story🌻

YEAYY, NAILA'S STORY TAMAT GUYS 🎊🎉
MAKASIH YANG UDAH NEMENIN AKU DARI 0 SAMPE SAAT INI.
MAKASIH JUGA YANG UDAH DUKUNG AKU BUAT BIKIN CERITA INI.
AKU HARAP KALIAN BISA AMBIL YANG BAIK DARI CERITA INI YAA!

Naila's Story [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang