Tubuh tegap itu menggeliat, meregangkan otot-otot yang kaku karena posisi tidur yang tak nyaman. Matanya mengerjap memendarkan pandangan kesekitar, sepi hanya ia seorang diri. Jungkook menggaruk ujung hidungnya yang mendadak gatal sembari mengumpulkan nyawa yang masih berceceran.Saat jam pelajaran tambahan ia tertidur rupanya, karena manusia pendek yang tak lain adalah sahabatnya alias Park Jimin pulang duluan di waktu istirahat kedua karena sakit perut tak ada lagi yang sudi membangunkannya. Atau mungkin sudah dibangunkan tapi ia tak bangun? Entahlah.
Diraihnya ponsel dari dalam tas, matanya yang semula masih berusaha terbuka kini membeliak mendapati banyaknya panggilan dan juga pesan beruntun dari Jieun. Menepuk dahinya, Jungkook merutuki kebodohan karena lupa memberi tau Jieun ia ada pelajaran tambahan.
Melihat dari pesan yang terakhir dikirim oleh Jieun sekitar sepuluh menit yang lalu berarti gadis itu masih menunggunya. Tanpa pikir panjang lagi, Jungkook langsung menelepon Jieun sambil berharap pacarnya itu baik-baik saja.
Satu umpatan lolos begitu saja saat panggilan itu tak dijawab. Terburu, ia menyabet tasnya dan berlari keluar menuju gerbang sekolah.
Sesampainya di gerbang, Jungkook tak menemukan Jieun. Hanya ada penjaga gerbang yang menatap heran padanya. Tak ingin berlama-lama ia segera berlari saat ada bus yang berhenti di halte.
Harap-harap cemas, ia meremasi ujung seragamnya ketika bus melaju dengan kecepatan sedang. Ia sungguh berharap sopir bus itu mengebut agar ia segera sampai di rumah Jieun. "Bodoh, kenapa pakai ketiduran segala!" Makinya. Tentu saja pada dirinya sendiri.
Langkah panjangnya melaju tanpa rem menuju rumah Jieun, sesaat setelah ia turun dari bus. Pikirannya dipenuhi praduga tentang keadaan Jieun saat ini. Semoga saja semua baik-baik saja, harapnya.
"Lepas!"
Teriakan dari arah berlawanan menghentikan langkahnya. Netranya menatap telak ke arah sumber suara. Merasa ada bahaya yang mengancam seseorang di ujung jalan sana, Jungkook berlari mendekati asal keributan.
Gubrak!
Tersentak, Jungkook makin menaikkan kecepatan larinya. Napasnya terengah saat ia sampai di tempat kejadian. Terlambat, dua orang yang pastinya penjahat itu sudah kabur menyisakan korban yang tergeletak tak berdaya tertimpa tumpukan kayu.
Bergegas, Jungkook menyingkirkan kayu-kayu itu dari atas tubuh korban. Keringat bercucuran dan napas yang tersengal ia abaikan. Inginnya, segera menyelamatkan sang korban.
Napasnya yang kian memburu seolah berhenti tatkala sosok itu sudah tak tertutupi tumpukan kayu. Kakinya melemas, sepasang matanya bergerak gusar bagaikan nyala lilin yang diterpa angin.
"Jieun?"
Bodoh! Bodoh! Dan bodoh! Umpatan demi umpatan lolos begitu saja. Bisa-bisanya ia tak ada saat Jieun dalam bahaya. Air matanya mengucur deras tanpa bisa dicegah. Jungkook menatapi ruang UGD dengan lampu yang masih menyala merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Of Me; Season 1 [KookU♥️] ✓
FanfictionTakdir akan membawamu pada sesuatu yang mungkin membuatmu bahagia Atau bisa juga membuatmu merasakan luka Apakah kau bisa memilih akan bagaimana takdirmu kelak??