Chapter 18

260 47 6
                                    

Sekeluarnya Jieun dari rumah sakit, situasi yang sulit kembali membelit. Esai untuk beasiswa yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari mendadak kosong tak ada isinya. Entah, siapa yang tega-teganya menukar hasil kerja keras Jieun. Akibatnya, Jieun tak akan mendapatkan beasiwa tahun depan. Lantas, bagaimana ia akan melanjutkan sekolah?

Keluarga Jieun bukanlah termasuk dalam jajaran konglomerat, hanya ekonomi kelas menengah seperti kebanyakan orang pada umumnya. Ayahnya sudah sangat bekerja keras sampai tak bisa sering pulang. Kebutuhan sehari-hari yang tanpa henti, belum lagi beliau harus menanggung biaya pengobatan untuk penyakit Jieun dan juga uang sekolah.

Yoongi, kakaknya itu juga tak hanya diam. Lelaki itu melakukan pekerjaan sampingan sesuai passion yang dia miliki, seperti bermain piano dari kafe ke kafe setiap malamnya. Dan juga mengikuti berbagai kontes piano, kalau menang ia akan menggunakan uang hadiahnya untuk membayar biaya pengobatan Jieun yang sudah menumpuk di rumah sakit.

Sampai pada titik ini, Jieun benar-benar merasa tak berguna. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk meringankan beban Ayah dan kakaknya kini sudah lenyap, beasiswanya sudah hilang.

Gadis malang itu berjalan dengan gontai seraya menatap lurus kedepan dengan sorot kosong. Sepertinya, keinginan untuk bertahan perlahan meredup.

Buagh..

Tak bergeming, Jieun hanya diam sekalipun bahunya terasa nyeri karena bertubrukan dengan bahu yang lain.

"Yaa! Kau buta?" Hardik seseorang.

Mengalihkan atensi, Jieun menyorot seseorang itu dengan pandangan hampa. Tak ada niat untuk membalas.

"Ish! Sudah buta, bisu lagi!" Bentakan itu makin menjadi.

Menghela napas dalam, Jieun memilih terus melangkah. Ia tak ada minat untuk bertengkar.

Tak terima, orang itu mencekal lengan Jieun. Tak membiarkan gadis itu pergi, "Mau kemana? Kau pikir bisa pergi dengan mudah?"

"Kau salah minum obat? Kenapa jadi pendiam?" Imbuhnya makin geram, karena Jieun tak juga menyahut.

Kembali menghela napas, Jieun menepis tangan si pencekal. "Maaf Jisoo Sunbaenim"

Tawa Jisoo mengudara, "Maaf? Tumben banget! Benar-benar salah makan obat, ya?"

"Eh sebentar, kau tadi dari ruang beasiswa?" Lanjut Jisoo setelah tawanya mereda.

Diam, Jieun masih konsisten dengan kebungkamannya. Bahkan ia tak menatap Jisoo lagi, pandangannya terlayang ke lain arah bersama dengan pikirannya yang juga memikirkan nasib yang tak seberuntung orang lain.

Jari telunjuk tertempel di dagu Jisoo, memindai penampilan Jieun dari atas sampai bawah "Melihat dirimu yang kacau.... Beasiswamu dicabut, ya?"

Deg! Jieun tersentak, apa raut wajahnya terlihat begitu menyedihkan?

Lagi-lagi tawa Jisoo pecah, respon Jieun yang hanya diam menunjukkan bahwa dugaannya benar. Tangannya terulur mengusap kepala Jieun, "Aduh kasian, jangan menangis cup cup"

Entah itu sebuah simpati atau hanya ejekan, Jieun tak bisa mengartikan tindakan Jisoo.

"Sudah sadar, kalau kau itu hanya beban?"

"Sudah sadar, kalau kau itu hanya beban?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Half Of Me; Season 1 [KookU♥️] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang