06

16.9K 3K 350
                                    

susu cokelat hangat
ke seratus duapuluh satu untukmu~
(tidak ada pesan semangat karena
aku sedang marah padamu!)
j.


mark menaikkan kedua alisnya tinggi, agak heran karena tidak merasa sudah membuat orang lain kesal padanya.

"aku salah apa?" gumamnya sembari menempel memo kecil bergambar kucing itu ke dinding apartemennya lalu memasukkan botol berisi susu itu ke dalam tasnya. "terserahlah."

baru saja mark ingin menutup pintu, suara orang berseru terdengar dari pintu di seberangnya membuatnya sontak terdiam. terlebih ketika pintu bernomor seribu limaratus tujuhpuluh satu itu tiba-tiba terbuka kecil. diam-diam mark berharap agar jaemin yang keluar dari sana.

"jangan lupa beri makan anak-anakku sebelum kau pergi kuliah nanti!"

"iya iya. berisik! sana berangkat!"

"na jaemin, aku serius!"

"kau sudah berbicara itu sepuluh kali, na jeno! aku bosan mendengarnya."

"dasar. pokoknya jangan sampai lupa! aku berangkat dulu! dadah!"

"dah!"

pintu dibuka lebar. sebuah kepala bersurai cokelat menyembul dari dalam sana, diikuti tubuh yang memakai kaus kuning dibalut kemeja berwarna jingga.

"oh, jeno?" bahu mark tanpa sadar menurun lesu.

jeno hanya meliriknya sekilas. "halo," balas pemuda itu singkat sambil membetulkan sepatunya yang belum terpasang sempurna.

mark berdeham, berusaha mengumpulkan kembali semangat yang sudah runtuh. "kelas pagi?" tanyanya, basa-basi.

"iya," jeno mengangguk lalu membetulkan tas ransel yang tersampir seadanya di bahu kirinya. wajah manisnya begitu datar, "dan kau yang mengajar."

dalam hati mark merutuki pertanyaannya tadi. bodoh, sudah jelas kau akan mengajarnya nanti.

"kau bisa minta bantuanku jika—"

"haha terima kasih, kak mark." jeno tertawa yang terdengar begitu memaksa di telinga mark, sebelum membungkukkan tubuh, pamit undur diri. "terima kasih tawarannya. maaf, aku buru-buru."

adik kelasnya itu segera berlalu meninggalkan dirinya. pakaian berwarna terangnya terlihat begitu mencolok di antara koridor apartemen yang didominasi warna netral.

mark menghela napas, memandangi punggung itu yang berjalan pelan. entah mengapa merasa ada sesuatu yang harus ia lakukan dengan pemuda yang akan ia ajar nanti.

"hei, jeno," panggilnya sembari berjalan mendekat.

jeno menoleh, menatapnya dengan mata membulat bingung. "apa?"

"ingin berangkat bersamaku?" mark bertanya ketika hanya ada jarak dua kaki di antara mereka. "maksudku, kita searah kan. kau bisa menghemat ongkos."

jeno berbalik, menatapnya dengan pandangan yang tak bisa diartikan. kembaran jaemin itu mengalihkan wajah sejenak dan sebuah senyum tipis tiba-tiba terlukis di wajahnya, diikuti anggukan pelan.

"okay. demi menghemat ongkos."

the warmest things i've foundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang