"kak mark?"
suara lembut itu membuat mark menoleh. menemukan seorang na jeno dalam balutan mantel tebal musim dingin dengan sebuah botol susu dan satu ubi manis hangat di tangan.
raut lega terpasang begitu saja di wajahnya, sebelum berjalan mendekat dengan langkah tergesa untuk menarik tubuh sang pemuda masuk ke dalam dekapannya. "jeno, aku—"
"udara semakin dingin." pemuda april itu mendorong tubuhnya menjauh, kemudian menggenggam tangannya yang begitu dingin karena terlalu lama berada di bawah salju. "kita bicara di dalam saja."
jeno berjalan di hadapannya menuju rumah, masih dengan kedua tangan yang bertautan. mark melirik tautan mereka lalu mengulum senyum simpul. hanya berpegangan tangan saja sudah berhasil membuat dirinya merasa utuh, seakan ia telah menemukan sebagian dari hidupnya yang selama ini tidak lengkap.
"ingin minum apa?" tanya adik tingkatnya itu sambil melepas sepatu dan mantel lalu, menaruh barang bawaannya ke atas meja.
ia duduk di sofa ruang tamu setelah menggantung mantelnya pada gantungan kayu dekat pintu.
"susu cokelat hangat," jawab mark. memberi lirikan kecil pada pujaan hatinya yang begitu serius menyantap camilannya.
"hah?" tubuh jeno membeku, membuat kunyahannya pada ubi manis di tangannya mendadak terhenti meski hanya beberapa detik. kepala bersurai cokelat itu menoleh kaku, menatapnya dengan kedua manik yang mengerjap kaget. "ah, okay."
tak lama, jeno datang dengan secangkir susu cokelat hangat. pemuda itu kemudian duduk di hadapannya dengan turtleneck berwarna beige yang membalut tubuhnya. memainkan lengan panjang yang dibiarkan menutupi seluruh tangannya.
mark menyesap susu cokelat itu, meniup pelan uap air tipis yang menari di udara sembari memberi lirikan kecil pada sang pemuda yang menundukkan kepala. senyum di wajahnya mengembang ketika suatu rasa yang familiar mulai memasuki mulutnya.
dengan perlahan cangkir bermotif polkadot itu ia letakkan kembali ke atas meja. kedua matanya memandang lurus pemuda na di hadapannya, sebelum mengeluarkan satu helaan napas kecil. "aku tahu semuanya, jeno. tentang susu cokelat dan juga perasaanmu."
mark mengedarkan pandangan, menatap apapun selain adik tingkatnya yang kini duduk menegang. namun, dari sudut matanya ia menangkap kepala jeno terangkat dengan kelopok mata yang berulang kali berkedip panik.
"hari itu saat kau melihatku bersama jaemin, aku bersungguh kalau itu semua hanya salah paham! cangkir minumanku pecah dan jaemin terluka saat ingin membereskannya, aku meraih tangannya—maksudku aku panik sekali saat itu. di hari itu juga aku semakin yakin kalau kau yang selalu memberikanku susu cokelat hangat setiap hari."
ia membasahi bibir bawahnya. berusaha menautkan netranya dengan milik sang pemuda, meski yang lebih muda segera mengalihkan tatapan. "maaf membuatmu menunggu terlalu lama, aku hanya ingin memastikan kalau memang kau yang membuatnya," ujarnya.
pemuda na itu menggeleng, memandangnya dengan sorot mata tidak percaya. "kenapa? kenapa kau tidak bicara apapun saat kita bertemu di koridor waktu itu? atau saat kita di kelas?" tanyanya lirih.
ada keheningan sejenak di dalam ruang tamu rumah jeno. pandangan mark terpaku pada cangkir berisi susu cokelat di atas meja, sebelum beralih pada pemuda di hadapannya. membiarkan hati dan pikirannya berperang perihal keputusannya untuk mengaku, "suka."
jeno tidak menjawab, meski bibirnya kini terbuka begitu saja dengan kedua netra yang bergetar memandangnya bingung.
"awalnya aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini datang. mungkin sudah lama sejak aku menjadi asisten dosen di kelasmu atau mungkin sejak aku dekat denganmu sebagai pendamping di lomba esai kemarin, aku tidak tahu tapi yang pasti aku selalu senang memerhatikanmu.
aku senang melihatmu ada di kelasku dengan kaca mata bulatmu, raut seriusmu setiap aku mengajar, tawamu setiap haechan membuat lelucon, aku selalu memerhatikanmu. awalnya, aku pikir perasaan ini hanya perasaan ingin dekat sebagai asisten dosen juga tetangga. namun, lama-lama aku sadar ada sesuatu yang berbeda. aku hanya ingin bersamamu dan menghabiskan waktu denganmu."
dengan penuh kasih sayang, ditatapnya kedua manik penuh binar indah milik jeno yang begitu mark rindukan. ia memajukan tubuh, menggerakkan tangan untuk menangkup wajah memerah yang lebih muda. seulas senyum tipis terukir di wajahnya.
"aku menyukaimu, jeno. benar-benar menyukaimu."
begitu ucap mark, sebelum memejamkan mata dan menjatuhkan satu kecupan manis di atas bibir tipis jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
the warmest things i've found
Fanfictionmark selalu menemukan sebotol cokelat hangat di depan pintu apartemennya.