jeno memandang sayu memo kuning bergambar kucing di tangannya yang masih kosong, tanpa pesan tulisan tangan apapun.
ia begitu terburu-buru tadi. begitu tahu jika ia terbangun di atas kasur mark dengan pemuda itu di sampingnya, satu-satunya hal yang ada di pikirannya hanyalah: pergi dari sana secepatnya dan segera membuat susu cokelat untuk sang pemuda.
sial, mengapa ia bisa ketiduran?! bagaimana jika mark berpikir yang tidak-tidak?
jujur, jeno merasa lelah harus mengerjakan esai untuk lomba. berulang kali mengetik kalimat yang sudah ia susun di dalam kepalanya, tapi berulang kali pula ia menghapusnya karena terasa tidak cocok dengan kalimat sebelumnya.
jeno lelah. namun, di saat yang bersamaan ia tidak ingin kesempatannya untuk dapat berdekatan dengan mark berlalu begitu saja dengan sangat cepat. ia ingin menikmati semua waktunya bersama pemuda itu.
mark yang membuatkannya teh hangat, mark yang mengajarinya mengetik kalimat dengan benar, mark yang menuntunnya agar esai tersebut tidak keluar tema, juga mark yang sering mengusap kepalanya dengan lembut.
jeno tidak ingin kehilangan itu semua. jeno ingin terus bersama mark.
terlalu larut dalam lamunan membuatnya tidak sadar bahwa sejak tadi haechan terus meliriknya dengan dahi mengerut, bingung.
"kertas apa itu? sejak tadi kau menatapnya terus."
ia tersentak, cepat-cepat menoleh pada teman sekelas yang fokus menyetir di sampingnya. "hah? oh, ini memo. tak sengaja terbawa."
haechan mengangguk mengerti, sembari bergerak memutar setir ke kiri. "susu cokelat tadi," ucapnya pelan, di antara alunan lagu milik michael jackson rock with you.
"apa?" ia bertanya, meminta temannya itu untuk melanjutkan ucapannya.
diam-diam kedua mata jeno melirik kecil pemuda itu. dalam hati berharap agar yang berbicara tidak mengetahui rahasianya.
"itu buatanmu kan? kau bukan menemukannya. kau sengaja memberikannya untuk kak mark." pemuda lee itu menoleh padanya, setelah memberhentikan mobil di bawah lampu yang berganti merah. "aku benar kan?"
jeno terdiam. lidahnya terasa kelu. jujur, tidak tahu harus menjawab apa. maniknya bergetar, menatap haechan di sampingnya yang mengulas senyum simpul. mengapa ia merasa seperti tengah menyakiti pemuda itu?
"kau menyukai kak mark." haechan mengangguk seakan mengerti akan diamnya tadi, lalu menghela napas tipis. mungkin tidak akan terdengar jika musik di radio mobil pemuda itu tidak dipelankan. "tidak apa-apa, aku akan tetap menyukaimu."
"haechan," ucapnya pelan sembari menggelengkan kepala. astaga, aku tidak ingin menyakitimu lebih banyak.
baru saja jeno ingin kembali membuka mulut, dua kalimat panjang dari haechan kembali berhasil membuatnya bungkam. merasakan ada sesuatu yang menohok dadanya dengan keras hingga terasa sesak, karena ia sungguh tahu pedihnya cinta tak terbalaskan.
"aku akan tetap menyukaimu, jeno. pundak dan pelukku akan tetap untukmu."
author note:
kok mendadak sedih.......
KAMU SEDANG MEMBACA
the warmest things i've found
Fanfictionmark selalu menemukan sebotol cokelat hangat di depan pintu apartemennya.